F1. A Small Family in the Forest

23 1 0
                                    

Bumi, di suatu malam, pada waktu dan tempat yang tidak diketahui.

DAR!

Suara tembakan memecahkan kesunyian, menggema sepanjang lorong bangunan. Di sana terlihat dua sosok pria, salah satu pria memegang senjata, dan pada pria yang lain ... sebuah lubang bekas peluru terpahat di dadanya.

BRUK.

Pria yang tertembak itu jatuh pada lututnya, dengan tangan kirinya, ia menahan darah yang keluar dari dadanya, sedangkan tangan kanannya menahan agar tubuhnya tidak terjatuh. Dengan wajah terkejut dan heran, ia mengarahkan wajahnya ke atas, ke arah muka penembaknya.

"A—Al? Ke–kenapa? Kenapa kau–melakukan ini?"

"Kenapa kau bilang? Yaah katakan saja aku punya rencana tersendiri dengan organisasi ini dan aku tidak suka ada orang yang menghalangi rencanaku. Tapi tenang saja, kematianmu tidak akan sia-sia, kau akan dikenang sebagai seorang pahlawan, sama seperti pacarmu Rahel ... oh maaf, kau bahkan belum sempat menyatakan perasaanmu padanya ya? Hahahaha!"

Mata pria itu terbelalak, perasaan sedih dan kecewa berubah menjadi amarah.

"K—kau, jadi kau, waktu itu?"

Pria itu menaruh ujung senjatanya tepat di dahi pria yang tertembak.

"Ya, ya, karena itulah, bila kau menyukai seseorang, cepatlah 'tembak' dia sebelum dia ... atau malah kau yang 'ditembak' orang lain."

DAR!

Liondare jatuh terlentang ke belakang, wajahnya menatap langit-langit bangunan yang gelap.

"Tidak! Aku tidak boleh mati! Aku ...."

Kesadaran pria itu menghilang seiring dengan menghilangnya gema suara tembakan, hingga akhirnya, semua menjadi sunyi.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Orbis, Hari ke 77 musim gugur, tahun 100.

Di tengah badai yang hebat, di sebuah rumah kecil dekat danau yang ada di tengah hutan Nerva terlihat seorang wanita hamil yang akan melahirkan.

Wanita itu memiliki rambut hitam panjang yang diikat kebelakang, mata biru sebiru lautan dalam, dan ia sedang merintih kesakitan.

"Haa... haa... aaaAAAAHHH!"

Zu ... DAR!

Suara petir menggelegar. Wanita itu melahirkan sepasang anak kembar sendirian, keduanya adalah laki-laki.

""WAAA!""

Kedua anak kembar itu menangis, badai pun reda seolah menyambut kelahiran mereka.

"Haa, haa ... syukurlah, terimakasih Tuhan, kau telah membiarkanku melahirkan mereka dengan selamat ...."

Sambil menahan rasa sakit, wanita itu meraih kedua anaknya, dan menyusui mereka.

"Ah, aku harus memberi kalian nama."

Wanita itu berpikir sejenak, dan akhirnya menentukan nama untuk mereka.

"Reyland dan Lysander, kalian akan menjadi saudara yang tidak dapat dipisahkan."

‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Hari ke 40 musim semi, tahun 107.

Di tengah hutan Nerva, di ruang terbuka dekat danau, seorang anak kecil sedang berjalan-jalan, ia terlihat seperti sedang mencari sesuatu.

Rambutnya putih perak, matanya biru lautan, kombinasi yang jarang ditemukan di Orbis.

"Rey!" Mendengar suara dari kejauhan, anak yang dipanggil Rey menengok ke arah suara itu, ia dapat melihat adik kembarnya melambaikan tangan di mulut sebuah gua yang besar.

Aeonlumi Abasta : Perjalanan Seorang Gadis Bertanduk di Dunia FantasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang