5. A Cursed Job, for the Cursed Child

27 1 1
                                    

Di sebuah kamar yang tertutup, seorang pria duduk di lantai, menatap sesosok makhluk di depannya dengan penuh ketakutan.

SWIF.

Makhluk itu mengayunkan suatu benda dengan tanggannya, gerakannya cepat, membuat sebuah kilatan berwarna biru.

DUK.

Sesaat kemudian, kepala pria itu, jatuh begitu saja ke lantai kayu.

BRUK.

Berikut tubuhnya.

Di belakang pria itu, seorang gadis kecil melihat kejadian itu, melihat saat-saat ayahnya dibunuh oleh makhluk itu.

"A–aau ...."

Ia tidak dapat mengerti apa yang terjadi. Atau tepatnya ia menolak untuk mengerti.

Kakinya lemas, dan ia jatuh berlutut ke tanah.

Sang pembunuh, mengalihkan pandangannya ke gadis kecil itu.

"Sekarang giliranmu ...."

Suara pembunuh itu terdengar olehnya, suara seorang gadis dengan nada yang dingin, tapi entah mengapa suara itu tidaklah asing.

"A–ah? Uu ...."

Ia mencoba berteriak, ia mencoba meminta tolong, tapi suara yang keluar, bagaikan bayi yang belum bisa bicara.

Air matanya mengalir, jantungnya bertedak kencang, badannya bergetar bagaikan seluruh udara di sekitarnya berubah dingin, tapi bila udara menjadi dingin, mengapa keringatnya bercucuran seolah ia sedang berada di tengah gurun?

Ia melihat pembunuh itu mendekat, hitam, seluruh tubuh pembunuh itu tersembunyi kegelapan malam.

Tap.

Tap.

Tap.

Suara langkah kaki memecahkan kesunyian malam.

Perlahan, cahaya lampu dari luar jendela, memantul pada pembunuh itu, menampakan sosoknya.

Terlihat ia menggunakan pakaian berwarna hitam, menutupi hampir seluruh tubuhnya.

Kulit di wajahnya putih bagaikan seorang putri dari dongeng, sama sepertinya.

Rambutnya hitam berkilau seperti malam yang diterangi bintang-bintang, sama sepertinya.

Dari wajahnya ia terlihat masih muda, cantik, dan matanya yang hijau berkilau, sama sepertinya.

Sama seperti dirinya.

Entah mengapa, gadis pembunuh yang ada di depannya, memiliki tubuh dan wajah yang persis dengannya.

Namun ada perbedaan. Yaitu sepasang tanduk. Pembunuh itu mempunyai tanduk bagaikan setan.

Juga, di belakangnya terlihat sebuah ekor, kecil dan panjang, dengan ujung meruncing bagaikan anak panah, melambai pelan.

Gadis itu melihat kembali pada sang pembunuh, dan sang pembunuh melihat ke arah gadis itu.

Lalu entah bagaimana, gadis itu sedang berdiri, memegang sepasang belati yang dipakai oleh pembunuhnya, dan melangkah, ke arah seorang gadis yang berlutut di lantai.

Ia lalu teringat bahwa ia datang untuk membunuh ayahnya, tapi siapa gadis yang ada di depannya?

Tubuhnya bergerak begitu saja seolah tanpa perintah, tangannya yang memegang belati berayun dengan cepat.

SWIF.

DUK.

Gadis itu membunuh gadis yang ada di depannya, kepalanya jatuh ke lantai.

Aeonlumi Abasta : Perjalanan Seorang Gadis Bertanduk di Dunia FantasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang