10a. A School of Magic

20 0 0
                                    

Seorang gadis muda bertudung putih, berjalan membawa sebuah tas jinjing, menembus dinginnya pagi hari di kota Rindung. Ia berjalan menuju sebuah gerbang besar, gerbang sebuah sekolah yang namanya dikenal di seluruh Orbis.

Sekolah Internasional Widyakarya.

"Berhenti!" seorang penjaga dengan baju zirah berseru pada gadis itu, "siapa anda dan ada urusan apa anda datang kesini?"

"Aku ingin mendaftar masuk di sekolah ini."

"Ha! Gadis kecil, memangnya kau punya cukup uang untuk—"

Saat pria penjaga itu masih berbicara, gadis itu mengeluarkan sebuah surat dan menunjukannya pada sang pria penjaga, sebuah cap pada surat itu membuat sang penjaga terkejut.

"M—maafkan kami nona muda! Kami sungguh bodoh, maafkan kami!"

"Haah ... lain kali jangan menilai orang dari penampilannya saja ya."

"I—iya! Maafkan kami ... si—silahkan nona muda." dengan panik, penjaga itu mempersilahkan sang gadis untuk memasuki wilayah sekolah.

Gadis itu berjalan memasuki wilayah sekolah, pemandangan yang ia lihat membuatnya kagum.

"Waah, ternyata sekolah ini luas juga."

Sebuah dinding tebal berbentuk segi tujuh, dengan panjang sisi 200 meter dan tinggi 11 meter, mengelilingi gedung sekolah di tengah-tengahnya.

Padang rumput hijau disertai pepohonan bagaikan taman yang megah, mengisi jarak antara dinding dan gedung utama sekolah.

Jalan setapak yang terbuat dari batu menghubungkan gedung utama dengan gerbang luar, juga dengan taman dan gedung lain di sekeliling sekolah.

Walaupun masih pagi, tapi suasana sekolah sudah mulai ramai, terlihat murid-murid yang lalu lalang di taman, bahkan ada yang memanfaatkan waktu sebelum masuk kelas dengan berpacaran.

Gadis itu memutuskan untuk langsung menuju ke ruang kepala sekolah, sesuai dengan instruksi kakeknya. Namun ....

"Whuush ...."

Saat berjalan di antara gedung dan gerbang, angin kencang berhembus, gadis itu berusaha meraih tudungnya sebelum terbuka karena angin, namun sudah terlambat.

Tudungnya terbang terbawa angin, memperlihatkan rambut hitamnya yang panjang, mata hijaunya yang berkilau, dan sepasang tanduk hitam bagaikan kambing jantan di kepalanya.

Anak-anak di sekitar Lumi yang melihat hal itu terkejut dan menjauh, suara obrolan yang tadinya riang sekarang hening.

"Haah ...." gadis itu mengeluh mendesah untuk kedua kalinya sejak ia berada di sekolah ini, tanpa memerdulikan mereka, ia mengambil tudungnya yang jatuh, dan kembali berjalan ke gedung utama. Ia sudah tidak peduli lagi dengan penampilannya.

Setelah masuk ke dalam gedung, gadis itu kembali dibuat kagum.

Di tengah gedung, terdapat sebuah taman dengan air mancur yang megah, disinari cahaya matahari yang menembus atap kaca, dan ke 6 lantai diatasnya bagaikan teras yang menghadap ke tengah air mancur tersebut.

Di sebelah kanan, terdapat sebuah papan kaca yang menunjukan denah sekolah. Disaat gadis itu mencari ruang kepala sekolah pada denah.

Namun, kedatangan gadis itu juga membuat banyak orang terkejut dan takut.

"Lumi?"

Tiba-tiba terdengar suara seorang pria tua memanggil Lumi.

"Ya?" Lumi berbalik kearah suara pria tua itu.

Aeonlumi Abasta : Perjalanan Seorang Gadis Bertanduk di Dunia FantasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang