F2. A Family of Assasin

25 0 0
                                    

Suatu malam di dalam sebuah rumah, di tengah hutan Nerva.

Reyland, Lysander, dan ibunya duduk di sebuah meja makan yang terbuat dari kayu.

Banyak luka di tubuh mereka bertiga, bekas dari pertarungan dengan rigol sore tadi, sekarang sudah terbalut kain. Kaki kanan Li juga terbalut kain beserta sebatang kayu untuk menahan agar kakinya tetap lurus.

"Rey ...."

"Kau bukan Li."

"Rey, apa maksudmu, dia adalah Lysander adikmu."

"Tidak ibu, yang ada di dalam pikirannya adalah orang lain, dia bukan Li yang ku kenal."

"Rey, aku ...."

"Berhenti berpura-pura menjadi Li!"

"Aku tidak berpura-pura! Berhentilah menuduhku yang tidak-tidak!" seru Li sambil menepuk meja.

"Aku tidak menuduh! Aku mengatakan yang sebenarnya!"

"Reyland Blackwolf! Lysander Blackwolf!" Sang ibu menggertak kedua anaknya.

Rey dan Li sadar, pertengkaran mereka telah membuat ibu mereka emosi, apa lagi alasan sang ibu untuk memanggil mereka dengan nama lengkapnya? Lagipula, ini bukanlah pertengkaran kecil yang biasa mereka lakukan.

"Lysander, coba ceritakan apa yang terjadi di dalam gua itu."

"Baik ibu, waktu itu ...." Li mulai bercerita.

‡‡‡‡‡‡‡‡‡

Saat Rey berhasil keluar dari gua, Li dihantam oleh salah satu tangan Rigol, ia terlempar jauh kedalam gua dan menabrak bagian stalaktit di atap gua, bagian atap itu jatuh bersama dengan Li sehingga ia tertimbun puing dan debu.

Pada saat itulah, ada sesuatu yang memasuki ingatannya. Gambar-gambar dari dunia yang berbeda, ingatan dari seorang pria seolah ia adalah pria itu sendiri, ingatan tentang orang-orang yang "ia" sayangi, ingatan tentang kehidupan yang "ia" jalani, pengetahuan-pengetahuan yang "ia" miliki, dan ingatan ketika "ia" mati dikhianati.

Saat ia terbangun, Li sempat bingung, siapakah dirinya yang sebenarnya? Tapi suara dari Rey menyadarkannya.

"Li, bangunlah Li, kita harus pergi sekarang! Hey Li! LYSANDER!" Seru Rey sambil menggoyangkan badan Li.

"Re, Rey?"

"Ayo! Kita harus pergi sekarang!"

Li mengangguk. Siapapun dirinya sekarang, ia dan kakaknya harus pergi keluar dari gua itu.

"AAH!" Saat ia mencoba berdiri, ia berteriak kesakitan.

"Kenapa Li?"

"Kaki kananku, tidak bisa digerakan."

"Sini, biar ku bantu."

Rey memanggul Li dan mulai berjalan dengan cepat menuju pintu gua.

Sesampainya disana, mereka melihat ibu mereka yang sedang bertarung melawan Rigol, kemudian dengan tangannya, sang Rigol menghempaskan ibu mereka ke luar gua.

"Ibu!"

Mendengar teriakan Rey, sang Rigol berbalik badan dan menghadap kearah Rey dan Li.

Mereka berdua tahu bahwa satu-satunya cara untuk keluar adalah dengan melewati sang Rigol, tapi dengan kondisi Li sekarang, mereka tidak bisa melakukannya.

Monster itu mengarahkan pukulannya ke dua kakak-beradik itu, Rey dan Li berhasil menghindar, tapi pukulan itu memisahkan mereka berdua.

"Rey!"

Aeonlumi Abasta : Perjalanan Seorang Gadis Bertanduk di Dunia FantasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang