10b. A School of Magic (Classmate)

22 0 0
                                    

Setelah pidato kepala sekolah, semua siswa-siswi tingkat 1 berjalan mengikuti guru wali kelas mereka, menuju kelas masing-masing.

Lumi, Linda, dan siswa-siswa kelas A yang lain, mengikuti Putri ke naik ke lantai 2, dan masuk ke kelas.

Di dalam kelas, terlihat kursi-kursi yang disusun rapi, melengkung sehingga semua kursi menghadap ke titik yang terpusat, dengan barisan belakang dibuat lebih tinggi dibanding barisan di depannya.

Setiap 2 kursi dipasangkan dengan satu meja, total ada 3 meja tiap baris, dan 4 baris ke belakang.

"Baik anak-anak, silahkan mengambil tempat duduk masing-masing, kalian bebas duduk di mana saja, dengan syarat tidak ada kursi yang kosong di depan."

"Ayo Lumi, kita duduk di sana saja." Linda menunjuk ke baris paling depan, sebelah kiri kelas, tepat sebelah jendela, berhadapan dengan meja guru.

"Ah, iya."

Lumi mengikuti saran Linda dan duduk di samping jendela.

Siswa-siswi yang lain juga mulai duduk berpasang-pasangan, sebagian besar sudah saling mengenal tempat sebangkunya, ada juga yang baru berkenalan.

Namun diantara mereka, ada seseorang yang mencolok di mata Lumi.

Seseorang dengan rambut hijau cerah, dan tangan yang bersisik. Gadis itu duduk di barisan belakang Lumi, tepat di belakang Linda.

"Luzia?"

Tapi, Lumi segera menyadari beberapa perbedaan mencolok antara gadis itu dan Luzia.

Pertama, ia mempunyai ekor yang tebal dan bersisik bagaikan ekor kadal.

Kedua, ia mempunyai sayap bagaikan naga terbang.

"Ah ... tenanglah Lumi, itu adalah orang yang berbeda, lagipula tidak mungkin dia bisa berada disini."

"Baik anak-anak, selanjutnya untuk hari ini, kita akan melakukan sesi perkenalan. Pertama dari ibu dulu ya. Perkenalkan nama ibu Putri Srikana, ibu adalah seorang Velis, dan seperti yang kalian tahu, ibu adalah wali kelas kalian. Di kelas ini, ibu juga mengajar Ilmu Alam. Ada pertanyaan?"

"Ibu? Apakah ibu pengguna sihir?" tanya seorang siswi.

"Ya, sihir yang bisa ibu gunakan adalah air, atau liquid. Ada lagi? Baiklah kalau tidak ada, kita mulai dari yang berada di baris paling depan sebelah kanan ibu, silahkan maju."

"Iya, baik bu."

Lumi berdiri dan maju ke depan kelas, sedangkan Putri berjalan dan duduk di belakang meja guru.

"Em ... perkenalkan, namaku Lumi, Aeonlumi Abasta. Em ...." Lumi merasa canggung, ia tidak tahu apa yang harus ia katakan, ia melirik ke arah Putri, seolah meminta bantuan.

Melihat hal itu Putri membantu Lumi dengan bertanya padanya.

"Darimana asalmu Lumi?"

Lumi pun menengok ke arah Putri dan menjawab.

"Ah, aku lahir di sebuah desa di Ziakugan."

"Kalau ayah dan ibumu?"

"Ibu dari Santunara, dan ayah dari Arvoten, mereka berdua adalah ras campuran, sama sepertiku."

"Boleh aku bertanya?" seorang siswa berambut hitam mengacungkan tangan dan bertanya pada Lumi.

"Ya?" Lumi pun menengok ke arah siswa itu.

"Apakah ayah dan ibumu punya tanduk?" tanya siswa itu.

"Ah ... itu, tidak kok, hanya aku saja."

Aeonlumi Abasta : Perjalanan Seorang Gadis Bertanduk di Dunia FantasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang