Part 2

750 67 1
                                    

Hari audisi tiba. Sejak malam hari sebelumnya, yuna tidak bisa tidur. Penentuan masa depannya ada di hari ini. Meski ibunya selalu mengatakan padanya bahwa semua akan baik-baik saja, kenangan tentang kegagalan masa lal membuatnya merasa tidak tenang. Dia mulai minum air putih lebih banyak daripada yang biasa mnum tiap harinya.

Keringat dingin mulai mengalir, membasahi bajunya. Yuna tidak memperbolehkan ibunya ikut mengantar saat audisi itu. Jadilah dia hanya sendiri menunggu giliran untuk dipanggil. Perlahan tapi pasti, waktu gilirannya hampir tiba. Tiba-tiba dia merasa ingin buang air kecil. Yuna segera berlari menuju toilet yang terdekat dengan ruangan audisi. Betapa kagetnya yuna saat menemui tulisan "Toilet sedang dalam perbaikan".

Gedung audisi adalah gedung yang memiliki beberapa lantai, yang tiap laintai digunakan untuk kantor-kantor yang lain. tiap kantor mempunyai kamar mandi sendiri-sendiri, untuk bisa masuk kantor yang lain harus mempunya tanda pengenal kantor itu. Ruang audisi ada di lantai 7 gedung itu yang mana itu adalah lantai teratas gedung itu, sedangkan kamar mandi umum yang lain ada di lantai paling bawah.

Yuna segera berlari menuju lift ntuk turun ke kamar mandi yang ada di lantai bawah. Sebelum itu dia mengecek ke meja pendaftaran berapa nomor lagi sebelum dia.

"Sekarang.." seorang wanita yang menjadi panitia audisi mengecek ke dafar peserta untuk memastikan informasi yang akan dia berikan sudah benar. "Sudah nomor 25" lanjutnya sambil memandang ke arah yuna.

"sial 2 nomor lagi sebelum aku" kutuk yuna dalam hati. "aish, kenapa selalu seperti ini" belum selesai di mengeluh, rasa kebeletnya semakin menjadi-jadi. Dia tidak ada pilihan lain selain turun ke bawah dan menggunakan kamar mandi yang ada di lantai bawah.

Ketidakberuntungan seakan menghantui kemanapun yuna pergi. Saat mencapai lift, ternyata posisi lift ada di lantai dasar. Perlu waktu cukup lama untuk mennggu lift hingga berada di posisinya sekarang. Yuna kembali lari ke meja pendaftaran.

"Kira-kira berapa lama samapi ke nomor 28?" yuna berusaha keras berbicara sambil menahan rasa kebeletnya.

"sekitar 20 menit atau bsa lebih cepat. Tergantung..." jawab wanita penjaga meja pendaftaran.

Sebelum selesai wanita itu berbicara, yuna segera berlari menuju tangga darurat. Baru saja dia turun 2 lantai, rasanya dia sudah tak kuat lagi. yuna merasa dia akan mengompol. Dia mencoba untu duduk di salah satu anak tangga untuk menahan rasa kebeletnya.

"Tuhan, kenapa hars berakhir seperti ini" yuna kembali menyalahkan dri sendiri matany mulai berkaca-kaca.

"Apa yang kau lakkan disini?" seseorang pemuda membuka pintu darurat yanga da di belakang yuna dan mengagetkannya. Yuna segera menghapus air matanya sebelum melihat siapa orang itu. "Bukannya kau ada audisi di atas?"

"to..i.. let... tolong aku..."yuna menjawab perlahan agar tidak memicu kandung keihnya bekerja lebih cepat dan menghancurkan semuanya pada pemuda yanga ada d depannya.

"ikut aku" pemuda itu menarik tangan yuna ntuk mengikuinya. Pemuda itu mengantarkan yuna ke toilet yang ada di kantornya yang berada di lantai 5 itu.

Setelah buang air kecil, yuna sesaat merasa lega. Dia hampir lupa bahwa waktu terus berjalan dan waktu audisinya tak lama lagi akan tiba.

"Terima kasih" kata yuna kepada pemuda yang sudah mengantarnya untuk menunaikan panggilan alamnya. "kau..." yuna mencoba mengingat ingat siapa pemuda itu. dia ingat bahwa pemuda itu yang menyelamatkannya ketika kejiadian di atap 2 hari yang lalu. Tapi yuna melupakan namanya. Kebetulan tanda pengenal pemda itu sedang terbalik, jadi yuna tidak bisa melihat siapa namanya.

NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang