Part 7

436 46 4
                                    

Lama tidak apdet. Semoga masih ada yang ngikutin cerita ini.

Yuna POV

Aku berlari sekuat tenaga yang kupunya setelah apa yang dilakukan seokmin padaku. Aku pasti jadi bahan candaan antara seokmin maupun soonyoung. Aku marah kepada diriku karena begitu lemah, hingga orang yang tidak ada hubungannya denganku mempermainkan perasaanku.

Awalnya aku merasa seokmin hanyalah pacar pura-pura yang kujalani karena rasa terima kasihku atas jasanya dulu. Tunggu. Bukan saja lemah, aku juga bodoh. Aku seharusnya curiga dengan kebetulan-kebetulan yang ada. Tapi aku malah tenggelam, berpikir bahwa aku telah seokmin benar-benar menyukaiku, dan aku telah berkhianat padanya. Ternyata aku hanya jadi bahan mainan untuk mereka berdua.

Aku berlari melintasi jalan-jalan yang mulai tak ku ketahui arahnya. Aku hanya ingin ketenangan untuk saat ini. Tapi sepertinya jalanan sedang tidak mau kompromi dengan perasaanku. Kemana pun aku pergi kerumunan selalu menghalangi jalanku. Aku buru-buru mengelap air mataku agar tidak semakin menjadi tontonan orang. Sekarang bukan saatnya aku jadi pusat perhatian orang. Bukan seperti ini pusat perhatian yang aku inginkan.

Saat gerombolan manusia lain mulai menutupi jalanku lagi, kakiku melemas. Aku tidak kuat berlari lagi. Aku terengah-engah kembali menbatur nafas. Kusadari tidak ada gunanya aku lari, toh seokmin juga tidak mengejarku. Aku membentak diriku sendiri dalam hatiku karena telah menginginkannya.

Hiruk pikuk kota membuatku sesak. Aku ingin pulang. Tapi aku juga tak ingin ibu melihat kondisiku sekarang. Aku mulai berjalan pelan sambil menyeret tas mungilku. Pandanganku kosong ke jalanan berpaving yang kupijak.

Aku meremas pegangan tasku karena sakit di dadaku yang tiba-tiba muncul. Selama ini yang kutahu aku memang masih menyukai soonyoung. Tapi tak kusadari, kejadian tadi dengan seokmin cukup membuat dadaku sesak. Tanpa sadar aku mulai menyalahkan diriku sendiri. Kenapa tadi terlalu emosi. Pada akhirnya hati kecilku malah membela seokmin dan menyalahkan tingkah kekanak-kanakanku. Aku bahkan berpikir jika aku meminta maaf pada seokmin, apa dia akan memaafkanku.

***

Pukul 3 pagi. Aku terjaga di atas tempat tidur bergaya film kartun disney berjudul frozen. Segalanya berwarna biru. Ada poster elza tertempel rapi tepat di depan tempat tidurku. Sudah menjadi cita-citaku saat aku bangkit dari kenangan lamaku dan menjadi elsa. Elsa yang kuat dan terus berjuang meski takdir yang dia milili tidak sama dengan yang lain, dan membuatnya berbeda.

Meski aku memandangi wajah elsa di dinding, bayangan seokmin kemarin siang masih menghantuiku. Aku berkali-kali melirik ponselku ingin menelepon seokmin. Tapi aku langsung menepisnya dan mencoba tidur, meski akhirnya gagal dan hal itu menjadi seperti looping yang tidak ada ujungnya. Hingga akhirnya aku benar-benar tertidur.

"Rrrr" suara ponselku menyentakku bangun seketika. Sinar matahari ternyata sudah menembus jendela kamarku dan menyinari sebagian kamarku. Aku buru-buru meraih ponselku, berharap itu dari seokmin.

"Seokmin-a, apakah ini kau?" Kataku tergesa-gesa saat menjawab telepon itu.

"Selamat pagi, nona yuna." Jawab suara dalam telepon dengan malas. Sepertinya orang itu sudah tidak tidur semalaman, sedangkan telepon itu memaksanya untuk mengundurkan lagi jam tidurnya. "Ini dari star entertainment"

Aku tercekat saat mendengar nama perusahaanku menelepobku. Aku berusaha menelan ludah yang sebenarnya belum dihasilkan kelenjae ludahku.

"Ya. Yuna disini. Apa yang bisa saya bantu?" Kataku setelah mengatur nafas agar tampak tenang. Ini pasti soal audisi. Aku harus siap apapun hasilnya.

"Seperti kontrak yang kita sepakati sebelumnya, akan ada pelatihan selama 1 tahun di asrama, dan pembagian hasilnya.." jawab suara yang makin melemah tapi entah kenapa telingaku saat itu menjadi sangat peka.

NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang