Suara rintik hujan tak lagi indah dibenak yuna. Bukan karena petir yang kadang menyertainya, tapi sisa genangan air yang masih ada meski hujan telah reda membuatnya muak jika hujan turun. Orang bilang saat hujan turun, segala kerinduan yang sempat terlupakan akan hadir kembali tanpa ada aba-aba terlebih dahulu. Pada awalnya yuna tidak memahami bagaimana itu bisa terjadi. Apa hubungannya hujan dengan rasa rindu, tanyanya dalam hati tiap kali dia mendengar teman-temannya mulai mengumbar romantisme saat hujan turun.
Dengan kaki bengkak, yuna hanya bisa terdiam di rumah tanpa bisa melakukan latihan tari yang selama ini berhasil membantunya mengalihkan perhatiannya tentang seokmin, soonyoung, dan masa depannya sebagai penyanyi. Kekosongan yang dirasakannya membuat yuna berfikir tentang hal yang sempat ia lupakan sebelumnya, diantaranya hubungannya dengan seokmin yang sempat dia biarkan begitu saja sejak kejadian seokmin memintanya menjadi pacarnya beberapa waktu lalu. Dia tahu dengan jelas bahwa tidak ada sesuatu yang spesial untuk seokmin di hatinya, yang ada hanya rasa balas budi semata. "Hanya untuk 1 bulan Yuna menjadi pacar seokmin. Seharusnya tidak ada masalah. Lagipula itu hanya untuk membantu seokmin menguasai skrip projek dramanya kelak." Pikirnya. Tapi kenapa saat seokmin mengatakan bahwa dia akan pergi, hatinya kembali merasa kosong. Ditambah dengan kehadiran soonyoung yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Semuanya semakin menambah keruhnya pikiran yuna.
Tapi sejak hari itu, hujan akan selalu mengingatkannya akan seokmin.
Hari itu, hujan turun lebih deras daripada hari-hari sebelumnya. Yuna hanya duduk termenung di teras rumah. Kakinya yang terkilir masih digips dan ikut diangkat ke atas kursi. Dinginnya angin akibat hujan membuatnya tenggelam dalam kursi santainya di teras. Dia membenamkan wajahnya diantara kedua lutut dan membiarkan rambut panjangnya terurai menutupi sebagian kakinya.
"Clang clang" suara besi yang diketuk-ketuk mengagetkan yuna dari lamunannya. Yuna masih tidak bergeming dari posisinya. Sebagian dari dirinya ingin menganggap bahwa itu hanya salah dengar, dan sebagaian lagi ingin tahu suara apa itu.
"Yuna!" Yuna mendengar suara seseorang memanggilnya. Suara itu menjadi samar saat petir ikut menyertainya. Sekali lagi yuna dihadapkan kepada dua pilihan. Itu hanya salah dengar atau suara itu benar-benar ada. Untuk memastikan, yuna mencoba mengintip melalui celah rambut panjangnya yang menutupi muka, lutut, dan sebagian kaki depannya.
Bulu kuduk yuna seketika berdiri saat menyadari ada sebuah bayangan seseorang di depan pagar rumahnya. Suasana horor ditambah dengan matinya lampu jalan yang ada di depan rumah yuna. Sepertinya petir yang tadi menyertai panggilan samar itu berhasil membuat seluruh lampu jalan mati.
Yuna ingin berlari masuk ke dalam rumah tapi kakinya tidak akan mengizinkannya. Yang ada kakinya tidak akan cepat sembuh jika dia memaksa untuk menggunakannya berlari.
Setelah perdebatan panjang antara jiwa pemberani dan jiwa penakut yuna, jiwa pemberani berhasil mendominasi perdebatan itu. Perlahan yuna mengangkat kepalanya dan melihat lebih jelas ke arah bayangan itu. Setelah mengamati postur tinggi bayangan itu, yuna mulai mereka-reka siapa bayangan yang berdiri itu.
"Seokmin?" Kata yuna pelan.
Tiba-tiba bayangan itu jatuh tergeletak di depan pagar rumah yuna. Yuna mengambil ponselnya dari kantongnya dan mencoba menghubungi nomor seokmin untuk memastikan dimana seokmin berada. Betapa kagetnya yuna saat mendengar suara ringtone lagu kesukaannya terdengar dari kantong bayangan yang tergeletak di depan rumahnya itu. Tanpa yuna sadari ponsel yang dia gunakan untuk menelepon meluncur jatuh dari tangan yuna dan terbanting tidak berdaya di lantai rumah yuna saat mulai meyakini bahwa bayangan yang ada di depan rumahnya adalah seokmin.
Tanpa peduli hujan, yuna perlahan berjalan menuju ke depan rumahnya. Dadanya semakin sesak saat menyadari warna air yang mengalir di depan rumah yuna tak lagi jernih. Warna gelap yang menyerupai warna darah di kegelapan menyertai aliran itu. Dengan segera yuna membuka pintu pagar dan mendekati bayangan itu.
Saat matanya sudah terbiasa dengan kegelapan, bayangan itu semakin jelas berubah menjadi sosok seokmin yang terkulai lemas di mata yuna.
"Eommaaaaaa, tolong yuna." Teriak yuna memanggil ibunya setelah mengangkat seokmin kepangkuannya. Rasa panik menyerangnya saat menyadari kepala seokmin terus mengeluarkan darah. "Seokmin-a, apa yang terjadi padamu?" Tanya yuna sambil mulai menangis.
***
Seokmin terbaring lemas di rumah sakit. Yuna yang masih basah kuyub bertahan untuk tetap di sisi seokmin meski ibunya memaksanya untuk pulang dulu dan ganti baju. Dia ingin memastikan bahwa seokmin benar tidak apa-apa sebelum dia pergi meninggalkannya.Ibu yuna sedang dipanggil dokter untuk membicarakan kondisi seokmin saat itu. Setelah keluar dari ruang gawat darurat, dokter mengatakan bahwa kondisi seokmin sudah stabil tapi kepastian efek selanjutnya perlu melihat perkembangan yang terjadi pada seokmin saat dia sadar nanti.
Meski sudah menggunakan selimut dari rumah sakit, perlahan badan yuna mulai bergetar karena kedinginan. Hanya ada yuna dan seokmin di kamar pasien itu. Melihat seokmin terbaring lemas membuat perasaan yuna kacau. Pertanyaan "sebenarnya apa yang terjadi? Apakah dia terluka saat menjalani syuting sebagai stuntman? Kenapa dia ada di depan rumahku dengan kondisi ini?" terngiang-ngiang dipikirannya. Yuna ingin meraih tangan seokmin, tapi di sisi lain dia tidak ingin menyalurkan dingin tubuhnya pada tubuh seokmin. Seokmin sudah nampak lebih hangat dari saat dia temukan di depan rumahnya. Sepertinya dia sudah lama berjalan di tengah hujan sebelum sampai di rumah yuna.
Rasa kedinginan yang dirasakan yuna hampir mencapai puncaknya. Tubuhnya mulai bergetar hebat. Beruntung ibunya tepat datang membawa minuman panas sebelum yuna tidak kuat menahan rasa dingin di tubuhnya.
"Mari kita pulang yuna-ya, sebentar lagi saudaranya akan kesini" kata ibu yuna. "Setelah kau ganti baju, eomma akan mengantarmu kesini lagi jika kau masih mau bersamanya." Ibu yuna kasihan melihat yuna yang terlihat kedinginan.
"Apa kata dokter tadi eomma?" Tanya yuna sambil gemetaran memegangi minuman panas dari ibunya.
"Kondisinya sudah baik-baik saja. Benturan di kepalanya tidak menimbulkan efek yang berbahaya untuk organ di dalamnya. Tinggal menunggu dia sadar" jawab ibu yuna. "Semua akan baik-baik saja yuna. Lebih baik kita pulang" lanjut ibunya lagi.
Setelah mendengar keadaan seokmin, yuna akhirnya luluh dan mau diajak pulang oleh ibunya. Saat yuna mencapai pintu kamar, seokmin memanggil nama yuna dalam tidurnya. Dengan segera yuna menghampiri seokmin dan memegang tangannya.
"Aku disini. Apa kau ingin sesuatu? Biar kupanggil dokter.." kata yuna sambil hendak berlari keluar mencari dokter tapi seokmin mempererat genggaman tangannya di tangan yuju.
"Tanganmu dingin sekali" lanjut seokmin saat sudah membuka matanya.
"Seokmin-a, beritahu yuna untuk pulang duli. Bajunya basah kuyub. Dia bisa sakit kalau bersikeras disini dengan kondisi seperti itu" potong ibu yuna.
Seokmin memghela nafas mendengar kata ibu yuna. Dia sebenarnya tidak ingin melepaskan tangan yuna tapi apa kata ibu yuna memang benar. Dia juga tak ingin yuna jatuh sakit. "Benar kata imo (red. Tante). Kau harus pulang. Kita bisa bicara nanti" kata seokmin.
"Setidaknya katakan padaku apa yang terjadi hingga kau seperti ini?" Tanya yuna.
"Aku hanya merindukanmu" jawab seokmin sambil menatap kedua mata yuna dalam-dalam. Dada yuna berdegup kencang saat mendengar kata-kata seokmin yang terlalu terus terang itu. Mata keduanya bertemu, tanpa sadar yuna membalas genggaman tangan seokmin. Mereka seakan melupakan bahwa ibu yuna masih di situ.
"Eehhm" ibu yuna berdeham untuk memotong romantisme antara anaknya dengan pria bernama seokmin itu "sekarang, mari kita pulang" lanjut ibu yuna sambil melepaskan tangan yuna dari genggaman seokmin dan menariknya keluar kamar.
"Aku akan kesini lagi besok" kata yuna sebelum pintu kamar ditutup oleh ibunya dan dia diseret pulang. Seokmin hanya bisa tersenyum getir melihat yuna hilang dari pandangan. Pandangannya masih mengarah pada pintu kamar, berharap yuna kembali dan memeluknya sebelum pergi.
"Sepertinya hanya aku yang merindukannya" katanya pelan sambil menhela nafas. Bekas dinginnya tangan yuna masih terasa di tangan seokmin. Seokmin mencium tangannya sendiri untuk membantunya mengurangi rasa rindu kepada yuna. "Tanganmu begitu dingin, seperti perasaanmu terhadapku" lanjut seokmin hampir menyerah dengan hubungannya dengan yuna.
Harapan seokmin seakan kembali saat mendengari pintu kamar tiba-tiba terbuka. Seokmin sangat berharap, orang yang dibalik pintu itu adalah yuna. Tapi, ternyata.
"Soonyoung hyung" kata seokmin setelah melihat orang yang telah membuka pintu kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia
FanfictionAku pernah memilikimu. Tapi sekarang tak lagi. Kau miliknya, dan aku pun sudah jadi milik yang lain. Tapi jika kau hadir kembali di hidupku, apa yang harus kulakukan?