New York.
Sudah 1 bulan berlalu sejak seokmin memutuskan untuk mengejar mimpinya sebagai stuntman papan atas mengikuti seniornya yang selama ini dia panuti. Meninggalkan kenangan yang sebenarnya kadang masih cukup menyiksa saat malam tiba. Lelaki berzodiak aquarius itu mencoba melupakan gadis yang sempat mengisi hatinya yang kosong dengan terus giat berlatih hingga kadang belakangan dia mulai mencederai dirinya sendiri. Minggu ke-empatnya di NY dilaluinya dengan terbaring di salah satu bilik rumah sakit Karena luka di sekujur tubuhnya.
Hujan tak lagi turun, tapi kelembabannya masih terasa di kamar seokmin. Musim panas telah datang di NY. Hanya ada 2 pilihan cuaca ketika musim panas tiba, hujan atau sangat panas. Karena dia belum menjadi stuntman yang diakui, dia hanya bisa membayar kamar rumah sakit kelas paling rendah yang ada di NY. 1 kamar terdapat 8 orang yang dipisahkan oleh selambu putih khas rumah sakit dan per kamar dibekali 1 kipas angin besar di atas dan kipas angin kecil di beberapa sudut ruangan.
Kenangan saat terakhir kali ia bertemu dengan gadis yang ia sayangi kembali muncul saat dia benar-benar tidak memiliki apapun yang bisa di lakukan saat di rumah sakit. Saat dimana gadis itu menciumnya di depan rumah gadis itu. Saat itu, ingin sekali seokmin membalas ciuman gadis itu, tapi dia takut tidak akan bisa melepaskannya. Dia begitu menyayangi gadis itu hingga ia bisa mengabaikan apapun hanya untuk bersama dengan gadis itu. Tapi dia sadar masa depannya tidak seindah itu. Gadis itu memiliki cita-cita yang sangat besar hingga seokmin merasa tidak pantas menjadi penghalang gadis itu. Terlebih dia tahu benar gadis itu masih belum sepenuhnya berpaling dari saudara sepupunya.
"Klang" ringtone bunyi pedang bersabetan tanda ada pesan singkat terdengar dari ponsel seokmin. Dengan malas dia meraih ponselnya dan melihat jam di ponselnya menunjukkan pukul 12 malam sebelum akhirnya membuka pesan yang ternyata dikirimkan oleh saudara sepupunya itu.
"Seokmin-a. kau tidur?" tulis soonyoung dalam pesan singkatnya.
"Tidak hyung. Ada apa?" balas seokmin.
Tak lama terdengar nada dering lagu soundtrack fast to furious terbaru dari ponsel seokmin, ternyata soonyoung memutuskan untuk menelepon saudara sepupunya itu.
"Halo, hyung." Sapa seokmin.
"Hmm." Balas soonyoung singkat. "Kudengar dari ketua kau di rumah sakit. Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya khawatir. Seokmin tidak kaget saudaranya itu mengetahui tentang keadaannya saat itu. Ketua stuntman yang memimpin perusahaan seokmin memang sudah kenal dekat dengan keluarga anak buahnya. Jadi, berita tentang sakitnya seokmin cepat atau lambat pasti akan sampai ke soonyoung.
"Aku.. baik-baik saja" jawab seokmin singkat.
Samar-samar terdengar suara nyanyian seorang gadis yang ia kenal dan rindukan dari speaker ponsel seokmin. Nyayian merdu yang sempat ia curi dengar di atap perusahaannya dulu saat di seoul. Entah kenapa dadanya kembali sesak saat mengetahui, soonyoung sedang bersama yuna.
"Hyung, aku ingin tidur. Terima kasih sudah menelepon" potong seokmin sebelum soonyoung kembali membuka suara. Tak lama dia menutup teleponnya tanpa mendengar balasan dari soonyoung dan kemudian merebahkan diri ke tempat tidurnya. Dadanya masih berat. Tapi tidak ada yang bisa dia lakukan. Dia hanya bisa menghela nafas panjang untuk mengurangi rasa sakitnya.
(backsound : dokyeom – she don't love me)
***
Seoul.
"seokmin-a, seokmin-a" kata soonyoung tiba-tiba dari luar ruang latihan. Panggilan itu tak sengaja terdengar oleh yuna yang sedang berlatih bernyanyi di salah satu bilik kecil yang ia biarkan terbuka sedikit agar udara di sekitarnya tidak terlalu pengap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nostalgia
FanfictionAku pernah memilikimu. Tapi sekarang tak lagi. Kau miliknya, dan aku pun sudah jadi milik yang lain. Tapi jika kau hadir kembali di hidupku, apa yang harus kulakukan?