Empat

331 48 26
                                    

Mata Ryeowook terpana dengan kemegahan mansion bergaya inggris klasik itu. Dihadapannya terbentang megah tangga melingkar dengan aksen kayu dan emas dipegangannya. Lampu hias gantung dan marmer putih bersih yang seakan menggoda Ryeowook untuk berlama-lama menatap setiap sudut mansion itu.

Seperti dalam novel saja,gumamnya.

Tak jauh dari tempatnya berdiri terdapat banyak lukisan mewah klasik abad 90-an milik beberapa pelukis ternama yang bahkan Ryeowook tak berani membayangkan harganya. Ryeowook menoleh kearah Marcus yang sedang berbincang dengan pria paruh baya.

Jika Marcus bukan orang yang seperti ia pikirkan, siapa sebenarnya Marcus?

Pertanyaan itu memenuhi benak Ryeowook, gadis itu terus memandangi sosok Marcus hingga tanpa sadar Marcus telah berada dihadapannya. Pria itu tersenyum dan mengulurkan tangannya lembut.

"Kau pasti lelah, kemarilah aku akan menunjukan kamarmu" ujarnya. Ryeowook tidak menjawab namun juga tidak menolak ajakan pria itu. Kaki kecilnya melangkah beriringan dengan langkah Marcus menaiki tangga. Menatap betapa indahnya kulit pria itu diterpa lampu-lampu terang dari atas sana.

Beberapa saat kemudian, Marcus membuka sebuah pintu coklat yang Ryeowook yakini adalah kamarnya. "Masuklah, Jordan akan memanggilmu turun ketika makan malam siap". Lalu tanpa diduga Marcus memajukan tubuhnya dan mengecup kilat dahi Ryeowook. Ryeowook terkesiap menerima perlakuan itu, namun tak ada kata yang keluar dari bibirnya hingga Marcus hilang dihadapannya.

Ryeowook menahan dada kirinya yang seakan meledak. Semua yang ada dihadapannya kini serasa seperti mimpi yang bahkan tak mungkin untuk dijangkaunya. Marcus, pria itu terlalu sempurna, semua yang dimiliki pria itu terlalu sempurna dan berlebihan untuk Ryeowook. Bahkan walaupun ini mimpi, Ryeowook harap tak pernah bangun dari mimpi ini. Ryeowook menatap jendela besar disebelah kirinya dan membayangkan sosok Heechul disana.

Jika aku menghilang, apakah kau akan merindukanku, Eonni?

***

Suasana mansion Siwon masih dilingkupi ketegangan. Sudah hampir sejam berlalu sejak kepergian Ryeowook dari mansion. Sang rembulan pun sudah siap di singgasananya menemani malam hari ini. Dan sudah hampir sejam pula Heechul mengurung dirinya sendiri di dalam kamar. Siwon berjalan mendekati pintu kamarnya dengan Heechul, mengetuk pintu itu untuk kesekian kalinya berharap wanita itu mau membuka pintu untuknya.

"Heechul-ah, makanlah dahulu. Kau sama sekali belum menyantap makan malammu" Siwon berkata lembut dibalik pintu. Sedang Heechul didalam sana masih setia bergelung dengan selimut. Menumpahkan air mata karena rasa bersalahnya terhadap Ryeowook.

"Tinggalkan aku sendiri Siwon, aku tak mau diganggu siapapun" lirih Heechul yang bahkan kemungkinan untuk didengar Siwon sangat kecil. Tapi dibalik pintu itu Siwon tahu, seberapa keras kepalanya wanita itu. Bila biasanya Siwon akan mengalah, tapi tidak kali ini. Mengurung diri tanpa makan malam bukanlah pilihan tepat disaat seperti ini dan tidak akan menyelesaikan apapun. Lalu dengan tekad bulat, Siwon memanggil Leeteuk untuk mendobrak pintu kamarnya.

"Anda yakin tuan?" Tanya Leeteuk memastikan. Ini pertama kalinya Leeteuk melihat sisi tegas Siwon. Lalu dengan satu anggukan dari Siwon, Leeteuk dan beberapa pelayan lainnya mendobrak pintu itu hingga terbuka lebar. Siwon masuk kedalam, berjalan mendekati Heechul yang tak bergeming dari tempatnya. Siwon duduk dipinggir kasur dan perhalan mengelus surai hitam Heechul.

Piano ForestWhere stories live. Discover now