Sepuluh

270 34 12
                                    

Ryeowook mengusap air matanya. Hatinya merasa sesak, dirinya tidak tahu bahwa alunan piano yang selalu membawanya kepada Marcus memiliki arti sebesar ini. Ditengah-tengah rasa haru itu, waktu kembali bergerak cepat. Hae Ryeong dan Marcus tumbuh bersama, menikmati waktu senggang mereka dengan bermain piano. Menikmati waktu yang mereka lewati bersama. Hingga kemudian mereka berhenti pada Marcus dan Hae Ryeong memasuki usia dewasa mereka. Tapi kenyataan dihadapannya membuat hati Ryeowook mencelos. Darah dimana-mana.

Ryeowook menatap Marcus yang masih menggenggam tangannya erat, mata Marcus memerah seakan merasakan sakit yang lebih dalam.

Disana, didepan sana benar-benar kacau. "Ayahku diturunkan dari jabatannya karena pihak kerajaan pada akhirnya mengetahui hubungan gelap yang ia lakukan dengan pihak kerajaan. Putri dari adik Ratu diturunkan dari gelarnya, mereka menyalahkan keberadaanku yang terendus oleh kaum sekutu yang tidak aku mengerti.", suara Marcus bergetar tapi dia masih melanjutkan ceritanya.

Ayahku menyewa para pembunuh profesional untuk melenyapkan keberadaanku. Menjauhkanku darimu. Menghancurkan segala yang berharga dari tanganku.

Ryeowook berteriak ketika para pembunuh itu melayangkan pistol mereka kehadapan Hae Jun, menembuskan timah panas tepat di dadanya. Hae Ryeong berlari tertatih-tatih mendapati ayahnya meregang nyawa. Hae Ryeong menangis pilu melihat kematian ayah, saudara serta pelayan lainnya.

Salah seorang dari pembunuh itu mengacungkan pistolnya ke kepala Hae Ryeong yang tertunduk tak berdaya. Marcus berlari, menendang tangan pria itu hingga pistolnya terhempas. "Jauhkan tanganmu darinya!" Desis Marcus. Pria itu tertawa meremehkan keberanian Marcus. Marcus berjongkok dihadapan Hae Ryeong, memeluk gadis itu memberi perlindungan.

"Jangan takut Ryeonggu, aku disini oke. Kau akan baik-baik saja"

Hae Ryeong menangis, "Tuan muda kau harus pergi. Pergi dari sini aku akan menghalangi mereka". Tapi Marcus menggeleng, "Kau gila. Aku tidak akan meninggalkanmu"

Detik berikutnya beberapa orang pria datang mengelilingi mereka. Pria pertama yang ingin membunuh Hae Ryeong sebelumnya menarik rambut Marcus hingga kepalanya mendongak tinggi. "Berani juga kau. Baiklah kalau kau tidak membiarkan aku membunuh gadis sialan ini, aku akan membunuhmu!"

Marcus meronta tapi kedua tangannya ditahan oleh pria lain hingga tubuhnya benar-benar tidak bergerak. Hae Ryeong ditahan oleh 3 orang pria dibelakangnya karena meronta. Teriakannya begitu memekakan telinga. Pistol hitam ditempelkan sempurna pada pelipis Marcus, "Ada ucapan terakhir Tuan Muda Marcus Alexandrite William?"

Marcus memejamkan matanya, "Ryeonggu, aku mencintaimu. Jangan lupakan aku"

"Manis sekali. Sekarang selamat tinggal", ujar pria itu dan menarik pelatuk pistolnya. Suara tembakan terdengar, tapi Marcus tidak merasakan sakit. Suara itu ada lagi dan lagi. Dia membuka perlahan matanya dan mendapati pria yang menahan Hae Ryeong telah tumbang dibelakang sana.

Hae Ryeong terlihat memegang pistol, entah darimana gadis itu mengambilnya. Pria yang menahan Marcus terkejut bukan main mendapati tiga rekan mereka berhasil tertembak oleh seorang gadis. Dalam kesempatan itu Marcus meronta, kaki Marcus yang terbebas menendang salah satu kaki pria dihadapannya tepat dibagian tulang kering hingga pria tersembut kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Pria yang menahan tangan Marcus terlihat marah dan menembakan pelurunya membabi buta kearah Hae Ryeong. Sekuat tenaga Marcus melepaskan diri dan berlari mendekap tubuh Hae Ryeong yang bersimbah darah.

"Ryeong-ah... ryeongguku...", suara Marcus benar-benar bergetar. Pria yang menembaki Hae Ryeong kini melancarkan timah panasnya kepada Marcus. "Mati saja kalian dan bertemu di akhirat!", teriaknya dan kembali melancarkan tembakan ketubuh Marcus dan Hae Ryeong.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 26, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Piano ForestWhere stories live. Discover now