Differently - 1

91 21 0
                                    

Bunyi alarm yang memekakan telinga membangunkan perempuan yang kini sedang damai di dalam mimpi nya.

"Nghhh.. Ribut banget" ujar dinda sambil mencoba mentralkan pandangannya.

"Dinda! Bangun nak nanti telat loh.. Hari ini kan kamu MOS." teriak bunda dinda dari arah dapur.

Dinda hanya mendengus, duduk sebentar lalu berdoa setelah bangun tidur.

"Iya bun.. Dinda mandi dulu."

Dinda memperhatikan pantulan diri nya pada cermin yang lumayan besar. Sudah menggunakan baju seragam putih abu-abu yang selalu dia impikan.

Adinda Aqilah Reynandra. Perempuan cantik berumur 15 tahun ini baru saja memasuki jenjang sekolah menengah atas.

Dengan rambut panjang berwarna hitam yang sering di ikat kuda sembarangan, tetapi mampu membuat dirinya terlihat lebih manis. Kulit yang putih dan mata yang besar. Memiliki hoby membaca novel dan bermain musik serta mendesain sebuah baju.

Tapi, sttt.. Dinda tidak memberitahukan siapa pun kalo dia punya hoby bermain musik dan mendesain baju.

"Hai dinda.. Lo pasti bisa!" ujar dinda pada dirinya sendiri.

***

Dinda berjalan menuruni tangga dengan suka cita sampai akhirnya mood dinda dirusak oleh suara nenek nya.

"Dindaa.. Dinda.. Selalu lambat, kan kamu tau hari ini MOS." ujar nenek dinda sambil memakan roti.

"Iya nek maaf. Malam tadi dinda begadang baca novel." ujar dinda dengan suara lebih pelan.

"Emang novel bisa bantu kamu sekolah? Kan gak dinda."

Bukan, itu bukan nenek dinda tapi ayah nya sendiri yang ikut berbicara.

"Itu hoby dinda yah." ujar dinda dengan nada malas. Karena mood nya benar-benar hancur sekarang.

"Cari hoby yang lebih menguntungkan sayang. Kaya Naya tuh.. Dia hoby basket bisa dapet prestasi." ujar bunda dinda menimpali.

Ada yang bertanya siapa naya?

Aisyah Naya Reynandra. Saudara kandung dinda. Umur mereka tidak jauh beda. Naya memang satu tahun lebih muda, tapi Naya bisa mengejar pendidikannya dengan ikut kelas akselerasi.

Anak dan cucu yang paling di banggakan diantara yang lain. Dengan paras yang lebih dominan manis, rambut yang sedikit kemerah-merahan karena sering terkena matahari ketika bermain basket.

"Iya.. Nanti dinda coba belajar nyari hoby yang lain." ujar dinda sambil berjalan menuju meja makan. Mengambil sehelai roti lalu beranjak keluar rumah tanpa berpamitan.

Semua yang terjadi sudah cukup membuat dinda jengah. Buat apa dia menjadi baik? Sedangkan menjadi baik pun dia tidak pernah dipandang oleh keluarganya sendiri.

Naya hanya bisa diam memandang sosok perempuan yang sebenarnya sangat dia sayangi itu. Sosok seorang kakak yang selalu menjadi contoh baginya.

Sudah semenjak kelas 8, dinda berubah. Hanya karena dua kalimat yang keluar dari mulut orang yang sangat dinda kagumi.
"Naya hebat banget ya din, cantik lagi. Gue jadi suka."

Mengingat hal itu, naya langsung memejamkan matanya.

***

Sementara di lain sisi. Dinda sudah memasuki mobil berwarna merah nya, memasukkan kunci lalu menanjak gas dengan sangat dalam. Dinda perlu pelampiasan sekarang.

Jangan mengira bahwa dinda adalah perempuan dengan watak kalem. Dinda sedikit menjadi berandal setelah segala hal yang terjadi dengannya.

Dinda sukses memakirkan mobil nya di sekolah yang selalu menjadi impiannya sejak dulu. SMA Nusa Bakti. Tetapi semua impiannya hilang saat dinda tau saudara kandung nya itu juga masuk di sekolah yang sama dengan jurusan yang sama juga.

Dinda turun dengan langkah malas, jengah melihat segala hal yang berhubungan dengan saudaranya itu.

Percaya tidak percaya, Naya yang notabennya adalah murid yang baru masuk sudah dapat dikategorikan sebagai siswa berpengaruh di sekolah itu. Naya sudah bisa dijadikan kandidat osis.

"Sumpah demi apa. Gue males sekolah. Pake beginian lagi." ujar dinda sambil menatap malas pada kokarde besar yang harus dia gantung di leher nya itu.

Saat dinda berjalan dengan kepala menunduk, langkah nya tercegat dengan kerumunan perempuan-perempuan yang mengelilingi ruang osis.

Alis dinda mengerut. Ada apa pagi-pagi begini?

Dinda mengambil dua langkah ke depan dan bertanya pada salah satu orang dengan pandangan masih tertuju pada ruang osis.

"Itu kenapa sih? Kok rame?" tanya dinda.

Yang ditanya malah tertawa kecil.

Dinda memalingkan wajah nya dan terkejut melihat siapa orang yang dia tanya.

Dira Oktavia. Orang yang selalu dinda lihat di instagram nya. Dengan followers yang banyak dan foto-foto yang cantik. Membuat dira hampir dijuluki sebagai "selebgram nya Nusa Bakti".

Dinda hanya bisa menggigit bibir bawah nya tersenyum kikuk.

"Ehh dira. Ya ampun. Gue gak lihat kalo gue nanya lo. Maaf yaa.. Otak gue emang kadang bisa bego mendadak." ujar dinda sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

"Gak papa kok. Lo dinda kan? Kakanya kandidat osis yang keren itu. Siapa tuh namanya? Naya ya?" tanya dira dengan antusias.

Seketika raut muka dinda kembali lagi ke awal. Datar. Dinda hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan dira.

Dira yang sadar dengan perubahan raut muka dinda langsung mengalihkan pembicaraan.

"Eh, tadi lo nanya kan itu ada apa?" tanya dira.

Dinda hanya menggangguk sambil memainkan ponsel bergambar buah apel di bagian belakang yang ada di tangannya.

"Itu lohh.. Mereka lihat ketos yang katanya ganteng banget. Udah ganteng pinter lagi. Pokoknya mendekati perfect lah." ujar dira dengan mata berbinar.

Dari mata dira pun dinda bisa menilai kalo dira juga termasuk penggemar dari ketos yang gak jelas menurut dinda.

"Siapa namanya?" tanya dinda.

"Rama. Putra Rama Yudistyo. Ketos yang terkenal banget. Beberapa kali mewakilkan sekolah dalam banyak ajang lomba dan membawa piala paling besar." jawab dira.

Mulut dinda hampir saja menganga. Mata besar nya membulat. Tubuh dinda menegang tiba-tiba. Orang yang membuat dinda berubah 1 tahun yang lalu. Orang yang membuat dinda bersumpah tidak ingin melihatnya lagi. Sekarang satu sekolah dengan dirinya sendiri.

Rama. Sahabat masa kecil dinda. Yang sudah tau bagaimana berat nya beban dinda disaat dinda harus menunjukkan bahwa dinda juga bisa seperti naya.

Tetapi dengan satu hal kecil yang di lakukan naya, semua pandangan rama seperti buram seketika. Rama seakan melupakan segala hal yang terjadi pada dinda.

Tanpa memperdulikan dira yang bingung dengan wajah terkejut dinda. Dinda langsung berjalan melewati kerumunan itu tanpa melihat ke arah lain selain ke arah depan.

Di lain sisi, rama terpaku ditempat ketika melihat orang yang sangat dia rindukan selama ini. Berjalan tanpa memandang nya dengan aura dingin yang terakhir kali rama lihat 1 tahun lalu.

"Permisi. Gue mau lewat." ujar dinda yang langkahnya terhalang oleh seorang perempuan dari salah satu kerumunan perempuan itu.

"Enak aja. Gue mager. Cari jalan lain aja sana." ujar perempuan itu.

Dengan tatapan yang menajam. Dinda mendorong perempuan itu dengan keras dan berjalan melewati kerumunan itu. Dorongan dinda itu mampu membuat perempuan yang di dorong jatuh dengan mengenaskan.

Rama semakin terpaku, ketika melihat perempuan anggun dan berparas cantik yang 1 tahun lalu dia lihat berubah menjadi perempuan kasar.

Sebelum dinda berjalan semakin jauh, rama berjalan dengan langkah lebar nya mencoba mengejar dinda. Sampai rama berada tepat di belakang dinda tanpa dinda sadar.

"Dinda. Apa kabar?"

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita baru yey.. Kayanya bakal lebih fokus ke cerita ini dulu deh. Voments nya di tunggu yaa

DifferentlyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang