"Woy!!!"
Dinda tersentak kaget saat menyadari ada yang menepuk pundak nya dan teriak tepat di telinga dinda.
"Apaan sih lo?"
"Lo.. Nangis?" tanya genta sambil memperhatikan hidung dan mata dinda yang sedikit merah.
"Eh. Ga kok. Temenin gue ke kantin ya gen.. Gue laper." ujar dinda mencoba mengalihkan perhatian genta.
"Ha? Tumben. Ya udah ayo."
Di perjalanan menuju kantin hanya genta yang paling heboh. Entah ngelucu, sampai heboh gara-gara hal yang sama sekali ga bermutu. Sementara dinda hanya diam sambil sesekali tersenyum tipis karena lelucon genta.
"Coba deh lo pikir ya. Angsa sama jerapah tuh leher nya sama-sama panjang. Tapi kok ga satu spesies ya?" ujar genta konyol.
Dinda hanya tersenyum tipis. Setidaknya genta mampu mengembalikan sedikit mood dinda. Hanya sedikit. Jangan baper dinda.
"Lo tuh ya. Kalo gue lihat terlalu menutup diri lo." ujar genta setelah mereka berhasil mendapatkan dua mangkuk mie ayam dengan porsi berbeda. Porsi dinda yang masih normal dan porsi genta yang seperti kuli bangunan.
Dinda hanya diam menanggapi genta. Dinda diam karena dia berasa tertampar.
"Diri yang terlalu tertutup itu sama aja kaya bom. Nanti saat lo udah ga tahan lagi lo bisa aja ngelakuin hal-hal gila." ujar genta dengan mulut penuh mie ayam.
"Lo tuh kalo ngomong jangan sambil makan. Ini nih kalo diri terlalu terbuka. Sampe ga punya malu makan ciprat-ciprat ke orang." ujar dinda sambil mengambil tissue dan memberikannya pada genta.
Bukannya menerima tissue itu, genta malah hanya diam sambil sesekali menaik turunkan alis nya.
"Tangan gue penuh din. Satu pegang garpu satunya lagi pegang sendok." ujar genta dengan muka konyol nya.
"Ish. Lepas dulu sendok sama garpu nya genta." ujar dinda sambil melanjutkan makannya.
"Ga bisa din. Sendok sama garpu nya lengket di tangan gue nih." ujar genta tambah konyol.
"Mau lo apa sih?" ujar dinda kesal sampai tidak sadar ada noda saus di pipi nya.
"Bersihin dong.." ujar genta dengan baby face nya yang membuat dinda ingin sekali menuang semua saus di muka genta.
Dengan terpaksa dinda maju sedikit mendekat ke arah wajah genta. Lebih tepatnya bibir genta karena memang area itu yang kotor terkena kuah mie ayam.
Dinda hampir saja mengusap bibir genta dengan tissue sampai akhirnya dengan gerakan cepat genta mengambil tissue itu dan menghapus noda saus di pipi dinda.
"Ini nih orang yang terlalu menutup diri kadang ga tau kalo dirinya sama aja sama yang dia tegur tadi." ujar genta sambil mengamati noda saus di pipi dinda.
Dinda kikuk.
Kikuk.
Kikuk.
Jantung dinda berasa bentar lagi copot dari tempatnya.
Dari jarak segini dekatnya. Dinda bisa merhatiin genta. Alis nya, mata nya, hidung mancung nya pokoknya semua dehhhh..
"Gue tau gue ganteng. Tapi jangan di lihatin segitu nya."
Dinda otomatis langsung tersadar tapi tidak sadar dengan posisi nya sekarang.
"Orang-orang ngira kita mau ciuman lohh.. Lo ga mau mundur terus duduk dengan tenang?" tanya genta dengan muka sok cool nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Differently
Teen FictionPrinsip Adinda itu, 1. Adinda pasti dapat. 2. Adinda sudah dapat 3. Adinda selalu kehilangan yang dia dapat. Selalu seperti itu. Adinda jenuh dan akhirnya pasrah akan semuanya. Sampai seseorang datang dan merubah prinsip nomor 3 Adinda. Seseoran...