Dinda sampai rumah jam 7 malam. Dengan masih menggunakan seragam SMA nya. Dengan muka lelah tercetak jelas.
Dinda bukan keluyuran kok apalagi clubing, orang dateng aja jam 7 malam. Dinda sejak pulang sekolah sudah ada di butik karena ada proyek besar yang menunggu.Proyek baju gaun untuk pesta besar-besaran keluarga Reynandra atas keberhasilan ayah dinda membangun perusahaan sampai keluar negeri.
Tentu bunda akan memesan sejumlah besar baju gaun untuk keluarga besar Reynandra. Dan butik dinda yang bunda pilih.
Dinda tersenyum saat mendengar kabar itu. Itu kesempatan besar baginya menunjukkan bahwa dia juga bisa seperti naya.
Nuansa gaun biru malam dengan sentuhan manik-manik berkilauan. Itu yang diminta bunda pada saat memesan.
Meskipun lelah, dinda tetap tersenyum malam ini. Tekad nya bulat sekali. Dia ingin tampil secantik mungkin demi membanggakan orang tuanya.
"Assalamualaikum." sapa dinda sambil membuka pintu.
Tanpa dinda duga, ayah sudah ada di depan pintu. Sepertinya sudah menunggu dinda dari tadi.
"Kemana aja kamu?! Jam berapa ini?! Kamu itu anak perempuan! Jaga diri jangan malah keluyuran!" ujar ayah yang sukses membuat dinda membeku di tempat."Din.. Dinda.. Dinda.. Habis ngerjain tugas yah di rumah temen." ujar dinda terbata-bata.
Jujur saja. Dinda sebenarnya lelah sekali. Badan nya lemas, panas benar-benar terasa di seluruh tubuh nya.
"Tugas kata kamu?! Tugas apa?! Tugas melayani laki-laki di luar sana?!" ayah masih berbicara tanpa melihat mata dinda mulai memerah.
Serendah itu kah diri nya sampai ayah nya sendiri menganggap dia sebagai jalang yang berkeliaran di jalan malam? Hancur. Hati dinda hancur.
Mencoba untuk kuat. Dinda mengangkat kepalanya. Menatap tepat di manik ayah. Memperlihatkan begitu rapuh nya dinda. Begitu hancur nya dinda.
"Dinda serendah itu di mata ayah? Dinda mencoba jadi yang terbaik untuk ayah. Dinda ga serendah itu yah! Ayah ga tau! Hati dinda hancur!! Siapa dinda sebenarnya?! Anak ayah kah? Atau anak buangan yang ayah temukan di depan rumah? Dinda seperti sampah yang ayah buang!!!" teriak dinda sebelum semuanya hitam.
Ayah tertegun. Belum sempat ayah menjawab dinda sudah jatuh. Anak perempuannya yang sangat dia sayangi jatuh. Dinda jatuh beriringan dengan air mata ayah yang jatuh setetes demi setetes.
Dengan cepat ayah membawa tubuh dinda ke dalam kamar. Merasakan begitu panas badan dinda karena demam. Anak nya sakit.
"Bunda! Bunda! Cepat bawa kompres bun! Dinda sakit!" teriak ayah sambil membaringkan tubuh dinda ke atas tempat tidur.
5 menit. Bunda sudah datang sambil membawa baskom dan handuk kecil.
"Kenapa dinda yah?" tanya bunda dengan muka terkejut dan khawatir.
"Panjang ceritanya bun. Bunda ganti baju dinda dan kompres dinda dulu. Nanti ayah jelaskan di bawah." ujar ayah lalu keluar.
Sepeninggal ayah dari kamar dinda. Bunda mengganti baju dan membersihkan tubuh dinda. Sesekali merasakan seberapa panas tubuh dinda.
"Kamu tau nak? Saat kamu lahir, dan bunda lihat wajah mu. Bunda merasa seperti melihat diri bunda sendiri. Tolong jangan begini." ujar bunda pelan dengan air mata yang tidak berhenti.
Dinda bisa merasakan itu. Sentuhan lembut dari tangan bunda nya. Dinda rindu.
Jika dinda bisa meminta kepada Tuhan. Dinda akan meminta, tolong jangan jalankan waktu barang sedetik pun. Dinda benar-benar rindu bunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Differently
Teen FictionPrinsip Adinda itu, 1. Adinda pasti dapat. 2. Adinda sudah dapat 3. Adinda selalu kehilangan yang dia dapat. Selalu seperti itu. Adinda jenuh dan akhirnya pasrah akan semuanya. Sampai seseorang datang dan merubah prinsip nomor 3 Adinda. Seseoran...