"Mampus gue."
Dinda sudah keringat dingin sendiri. Sementara genta masih memegang erat pergelangan tangan dinda sambil menunduk.
Dari posisi ini, dinda bisa melihat genta yang tersenyum miring sambil mengelus cincin yang dinda pakai. Benda terakhir yang diberikan bunda nya.
"Kok kamu pake duluan cincin nya? Kan aku bilang tunggu aku yang pakein?" tanya genta dengan senyum miring.
"Ha?!"
"Iyaa, ini kan cincin yang aku kasih waktu nembak kamu dinda. Kok kamu pake sendiri?" tanya genta lagi dengan senyum jail nya.
"Anjirr!! Lo berdua pacaran?!" teriak teman-teman sekelas mereka dengan histeris.
Setelah itu sorak soray suara "CIE CIE" memenuhi isi kelas Ipa-3.
"Ehh apa-apaan?!" ujar dinda histeris.
Genta dengan senyum jail nya melepas cincin dinda itu. Perlahan berjongkok ala pangeran yang meminta persetujuan putri nya untuk menjadi milik pangeran seutuhnya. Genta memberikan cincin itu tepat di hadapan dinda.
Mata dinda sukses terbelalak. Genta memang sudah gila.
"Hi my princess. Will you be mine?"
Dinda hanya diam. Memori seperti dipaksa untuk berputar kembali. Kata-kata itu, kata yang pernah keluar dari mulut seorang rama. Yang pernah membuat dinda berjanji akan mencintai satu orang itu sampai akhir. Namun semuanya terlambat.
Flashback on
Dinda masih menggunakan baju seragam dengan rok berwarna biru malam. Menandakan bahwa dinda baru saja pulang.
Di depan pintu sudah terlihat rama yang menunggu bersandar di pintu. Dengan tangan kanan memainkan handphone dan tangan kiri di masukkan ke dalam saku celana.
Senyum dinda merekah seketika. Dinda itu seperti aliran listrik yang perlu muatan elektron untuk bisa mengalir. Dan rama elektron itu. Mengakumulasi kekurangan elektron yang ada di tubuh dinda.
"Hai.. Udah lama?" tanya dinda dengan senyum manis nya.
"Aduhh senyum mu mengalihkan duniaku." celoteh rama.
"Renyah kaya kerupuk." ujar dinda malas.
Rama tertawa. Tawa yang manis sekali. Mampu membuat lagi-lagi hati dinda merasa di luruhkan. Luruh seluruh luruhnya.
Setelah rama menormalkan napas nya yang ngos-ngosan. Rama mencoba untuk tersenyum tipis sambil menatap manik mata terdalam dinda.
Dinda yang merasa di tatap seperti itu, agak sedikit salah tingkah.
"Kenapa ram?" tanya dinda akhirnya.
"Thanks banget buat selama ini din. Lo jadi orang spesial yang selalu bisa bikin gue seneng dengan senyum lo. Yang selalu bisa buat gue ketawa dengan tingkah lo. Dan gue sekarang mau ngasih tau lo sesuatu yang cuman hati gue yang tau selama ini." ujar rama panjang.
Alis dinda terangkat. Sekedar memberi isyarat "apa yang mau lo kasih tau?"
"Hi my princess. Will you be mine--"
Jantung dinda seperti meloncat dari tempatnya. Demi apapun. Dinda tidak pernah bermimpi akan diperlakukan seperti ini.
Dari sinilah, dinda berjanji akan selalu mencintai rama dan tidak akan mencintai siapa pun lagi.
"--Naya?"
Hati dinda mencelos. Bukan untuk dia. Itu semua bukan untuk dia. Itu untuk naya. Demi apapun juga, dinda tidak pernah sebodoh ini. Dan sekarang dinda di bodohi oleh cinta. Cinta membuat dinda sebodoh ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Differently
Teen FictionPrinsip Adinda itu, 1. Adinda pasti dapat. 2. Adinda sudah dapat 3. Adinda selalu kehilangan yang dia dapat. Selalu seperti itu. Adinda jenuh dan akhirnya pasrah akan semuanya. Sampai seseorang datang dan merubah prinsip nomor 3 Adinda. Seseoran...