Hancur. Penampilan dinda benar-benar hancur. Bedak dan sebagainya yang dia pakai sebelumnya sudah luntur.
Dinda melirik jam tangan nya sekilas. Masih ada waktu satu jam sebelum bel sekolah berbunyi. Dinda memutuskan memutar arah menuju taman.
Setidaknya, dinda ingin bersantai sebentar dan melupakan sebagian yang sudah terjadi dari pagi tadi. Dinda juga ingin merapikan sedikit penampilannya.
Bunga-bunga di taman ini sangat cantik. Membuat dinda sejenak merasa aura nyaman di tempat itu. Memejamkan matanya sebentar dan merasakan udara sejuk yang menyejukkan hati.
Sampai semua kenyamanan itu hilang ketika ketukan di pundak dinda membuat dinda terkejut.
"Oii!!"
Dinda sukses membulatkan mata nya dan segera berbalik. Mata nya makin lebar setelah melihat siapa yang ada di depannya.
"Lo? Ngapain lo disini?" tanya dinda dingin.
"Dingin banget mba. Seharusnya gue yang nanya, lo ngapain disini? Gak ke sekolah? Mau bolos ya? Atau mau bolos bareng gue?" tanya genta jail.
"Pd banget lo genta. Udah sana. Ganggu aja." usir dinda dengan kesal.
"Nanti aja lah. Masih ada satu jam lagi." jawab genta santai.
Dinda hanya memutar bola mata nya malas. Berjalan mencari bangku terdekat.
Dinda mengeluarkan sisir dalam tas nya dan melepas ikat rambut yang sebelumnya melekat rapi di rambut indah dinda.
Genta sempat tertegun melihat dinda ketika rambut nya di biarkan tergerai.
"Kenapa tuh rambut gak dibiarin gitu aja? Pake acara di iket segala lo mah." ujar genta.
"Panas." jawab dinda singkat.
"Lo lebih enak di lihat aja kalo gitu." ujar genta dengan pandangan lurus ke depan.
"Lo jadi perempuan deh. Rasain panasnya rambut panjang." ujar dinda kesal.
"Nyante dong.. Makin lama lo tua nanti." ujar genta tidak kalah kesal.
"Terserah."
"Lo berantakan banget. Abis tawuran ya lo?" tanya genta lagi.
"Nanya mulu lo. Mulut udah kaya ikan lohan. Diem deh." ujar dinda sambil kembali mengikat kuda rambutnya.
Merasa kesal, genta dengan ganas menarik ikat rambut dinda. Membuat rambut yang semula nya sudah rapi di ikat kembali tergerai.
"Ih! Balikin!" teriak dinda kesal.
"Gak mau. Makanya jadi cewe jangan judes. Lo mau jadi jomblo seumur idup?" ujar genta jail.
"Asli. Terserah deh."
Dinda mengeluarkan bedak yang biasa dia pakai. Bedak yang dinda beli sendiri tanpa campur tangan orang tua nya. Percaya tidak percaya dinda sudah bekerja sendiri tanpa harus meminta uang dari orang tua nya.
Ada yang bertanya dinda kerja apa?
2 tahun lalu, ketika dinda mulai berubah. Ayah dan bunda dinda memberikan uang saku sebagai hadiah ranking 1 dinda. Jelas lebih besar hadiah yang di dapatkan naya daripada dinda. Karena saat itu nilai naya lebih tinggi 0,2 dari dinda.
Dari uang saku itu, dinda mencoba membuka usaha kecil-kecilan dengan modal kemampuannya dalam mendesain baju.
Sampai akhirnya dinda membuka toko butik. Cukup terkenal. Keluarga nya pun tau butik itu, tapi keluarga dinda tidak tau kalo dinda yang membangun butik itu sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Differently
Teen FictionPrinsip Adinda itu, 1. Adinda pasti dapat. 2. Adinda sudah dapat 3. Adinda selalu kehilangan yang dia dapat. Selalu seperti itu. Adinda jenuh dan akhirnya pasrah akan semuanya. Sampai seseorang datang dan merubah prinsip nomor 3 Adinda. Seseoran...