Dandelion-18

201 19 10
                                    

Hari ini aku memutuskan untuk bertemu dengan Keenan. Cukup sulit menghubunginya dengan ponselku tapi sangat mudah saat aku meminjam ponsel ka Vanessa.

Hatiku semakin sakit, aku tidak ingin fikiran negatif menguasai otakku. dan aku yakin semuanya baik baik saja.

" Hallo Keen "
ucapku memulai obrolan

" Hallo ka. ada apa telfon? " balasnya 'kak' Hey! apa dia tidak mengenali suaraku?

" Bisakah kita bertemu? hanya sebentar saja " suara ku terdengar serak air mata ku sudah mengalir.

" baiklah. di Taman Reyhg jam tiga siang " katanya memutuskan tempat kita bertemu

" terimakasih keen, bye "

-

saat ini aku duduk sendiri di taman. Keenan belum juga datang padahal sudah lima belas menit dari waktu yang ia tentukan.

Tak lama wangi parfum yang sangat aku kenali sudah dekat, dan aku tau itu adalah parfum Keenan!

Pria itu sudah duduk di sampingku sibuk dengan kantong belanjaan. bisa ku pastikan dia habis dari supermarket.

" Keen "

panggilku, ia menoleh dan terkejut. Apakah sangat lama aku tidak bertemu dengannya? sampai melihatku saja sudah seperti melihat hantu.

" what are you doing here?! "

Sentaknya tiba tiba, membuat aku tertegun. untuk pertama kalinya dalam hidupku seorang pria yang aku cintai berteriak kencang ke arahku.

tak terasa air mata itu menetes begitu saja. Aku bisa melihat ketidaknyamanan saat aku mengenggam tangannya.

" jangan sentuh! "

ujarnya melepas kaitan tangannya dariku.

" can i say something? " tanyaku pelan

" ngomong aja. dan ga perlu basa basi "
jawab Keenan tanpa melihat ke arahku sedikitpun

aku mengatur nafas sebelum memulai semuanya. semoga tuhan memudahkan.

" Baiklah, sebelumnya aku ingin bertanya apakah kau masih menjadi kekasihku saat ini? "

Tak ada jawaban dari Keenan. matanya hanya terus menatap ke depan. bisa kulihat ada rasa sakit di dalam mata itu.

" tiga minggu tidak melihat wajahmu, tiga minggu tidak mendengar suaramu, tiga minggu itu hari hari yang sulit untukku "

ucapku mengikuti arah pandangan Keenan yaitu anak - anak yang sedang bermain.

" dan di saat itu aku sedang membuat keputusan yang aku pastikan kau tidak akan menyetujuinya "

'Kuatkan aku tuhan' ucapku dalam hati

" Aku harap kau akan menerima keputusanku suatu hari nanti sayang "

kataku memegang bahunya. Ia melihatku sinis sangat sinis membuat aku menunduk takut.

" jangan sentuh! "

katanya mengulang. aku terdiam dan ia bergeser menjaga jarak dari posisi kami sebelumnya.

" aku tau selama ini kau bermain api di belakang ku -

belum selesai kalimat itu ter ucap sempurna kulihat tubuhnya menegang. aku hanya tersenyum tipis melihat reaksi seperti itu.

" dan aku tahu siapa wanita itu. Keen aku tidak akan marah aku hanya kecewa. Kenapa begitu mudah kau melepaskan hubungan ini "

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang