Pemakaman berjalan secara khusyuk. Banyak kerabat mereka yang datang di tempat peristirahatan Clara terakhir.
Keenan yang duduk memeluk batu nisan bertuliskan nama seorang gadis yang ia cintai.Vanessa yang sudah dua kali pingsan dan di amankan oleh tantenya saat ini.
Oliv yang ikut merasakan kehilangan sangat. Kehilangan seorang sahabat seperti Clara, tak akan pernah terlupakan olehnya.
Oliv begitu menyesal saat melihat betapa terpuruknya Keenan saat ini. Bajunya yang lusuh dengan kacamata yang bertengker di hidung untuk menutupi matanya.
Andai saja Oliv menolak nya sejak awal. Andai saja Keenan tak mejauhi Clara. Andai saja semua masih dalam keadaan baik baik saja. Andai saja. semua sudah terjadi! kata andai tak berguna lagi untuk menyesali semua ini.
Orang - orang sudah meninggalkan pemakaman. Hanya tersisa Keenan dan Oliv. Tak lama hujan turun dengan lebat membuat Oliv mau tak mau mengajak Keenan untuk berteduh.
" pergilah aku ingin disini "
ucapnya dingin. Oliv tersentak baru sekali ini ia mendengar Keenan berbicara padanya dengan dingin.
" tidak mau, kau juga harus berteduh Keen. Aku yakin Clara pasti akan sedih bila melihatmu seperti ini " bujuk Oliv mengenggam bahu Keenan.
" lepas dan pergi. sebelum aku kehabisan kesabaran " sinis Keenan tanpa menoleh sedikitpun kepada wanita yang kini di belakangnya yang sudah basah kuyup.
Tanpa ragu Oliv menarik tangan Keenan dengan paksa. Pria itu menatap Oliv penuh kebencian dari dalam kacamata hitam yang ia gunakan.
Dengan kasar ia menepis tangan Oliv dari lengannya. Keenan membuka kacamatanya dan menatap mata Oliv penuh kebencian.
" bukankah ini yang kau mau? "
tanya Keenan tiba - tiba membuat Oliv semakin tidak mengerti apa maksudnya. Keenan hanya tersenyum kecut.
" Kau yang meminta kedua orangtuamu untuk menjodohkan kita. Kau iri dengan Clara karna aku bisa mencintainya. Beda dengan kau tak ada mau laki laki denganmu "
Kalimat panjang yang Keenan lontarkan sangat terdengar kasar dan menyakitkan. Ia hanya diam tak memberontak.
" Kau meminta kedua orangtuamu untuk memutuskan kontrak perusahaan kedua orangtuaku jika aku menolak perjodohan itu "
Oliv terkejut mendengar kalimat yang dilontarkan Keenan. Ia menunduk menyesal. Ia tahu Keenan akan menyalahkan ia atas hubungannya dengan Clara.
" Kau selalu iri dengan Clara. apa yang ia punya tidak bisa kau dapatkan. Pantas saja kau munafik, dan egois. "
Keenan dengan tawa meremehkan dan pergi meninggalkan Oliv sendiri di bawah air hujan yang semakin deras.
" ya tuhan " lirihnya mendekati makam Clara.
Ia sadar dengan perbuatannya selama ini. Ia membenci orang yang selama ini tulus bersamanya. Ia sudah mengkhianati sahabatnya.
Memori indahnya bersama Clara terlintas begitu saja. Wajah Clara yang begitu antusias mengenalkan pacar pertamanya. Wajah Clara yang selalu tersenyum saat bersama Keenan.
Clara yang selalu menampilkan bahwa dirinya bahagia. Clara yang hangat. Clara yang sabar dan penuh kelembutan. Semua sudah berakhir.
Ia sudah merebut semua kebahagian Clara bahkan di saat hari terakhirnya. Ia sudah menyakiti hati Clara, sahabatnya. Benar apa yang Keenan katakan bahwa ia tidak pantas di panggil sahabat.
Hanya hujan dan tuhanlah yang mengerti atas semua rasa menyesal ini. Dengan isakan kencang Oliv memeluk batu nisan yang bertuliskan nama seorang yang begitu berarti di hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
Romance[CERITA DI PRIVATE] Dandelion? bukankah itu bunga yang sangat indah namun rapuh? tidak! Dandelion tidak rapuh tapi dia sangat kuat dan berani. Saat angin memisahkannya dengan helai daun yang lain ia tidak langsung mati. Ia tetap siap mengikut keman...