Sembilan

10 0 0
                                    

"Waaaaa??? Ngapain dia di depan???", tanya Felly.

Felly dan yang lainnya menatap tiga peserta yang memakai baju tukang parkir tampil di atas panggung. Yuko semakin sakit perut melihat mereka karena ngakak abis-abisan. Kalian tau siapa yang tampil?

"KYAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!", sorak para penonton.

"Mana suaranya, fans-fans kami?!", sambut seseorang diiringi dua orang di belakangnya. Penonton-penonton bersorak kembali.

Gilang:

Kalau cinta sudah membara

Rindu jadi menggebu-gebu

Janji janji seribu janji

Janji apel di malam ini

Faris:

Pacarku tak ada di rumah

Malam minggu jadi kelabu

Dalam hati ngomel sendiri

Akhirnya aku pulang pergi

Anton:

Aku tak mau malam ini kecewa

Ku ambil gitar, kupanggil teman temanku...

Trio Bandel:

Suka suka.. nyanyi di pinggir jalan

Suka suka.. joget di pinggir jalan

Bernyanyi walau bukan dangdut asli

Yang penting goyangnya a..sik a..sik

Berjoget walau bukan dangdut asli

Yang penting kita bisa hepi...

Yang penting hepi suka.. suka..

Faris:

Pacarku tak ada di rumah

Malam minggu jadi kelabu

Dalam hati ngomel sendiri

Akhirnya aku pulang pergi

Oh, ya, author ubahin lagu tampilan mereka karena sebelumnya ada disebutkan mereka ingin nyanyi lagunya Trio Macan-Iwan Peyek (baca chapter sebelumnya). Tapi anehnya, fans pun heboh juga. Yang sedang di backstage aja pada sweatdrop secara dramatik (?). Fathur yang suka nahan tawa aja ketawa.

"Pffffftt... Bwahahahahahaha!!!!!! Ini mau coba-coba ngambil jabatan tukang parkir atau apa coba?! Bwahahahahahaha!!!!!", gelak Fathur tanpa ampun.

"Bajunya bagus juga~", puji Felly.

"Eh... seleramu aneh juga, Felly...", sahut Li.

"Fathur bisa ketawa juga, ya...", kata Alfin.

"Iyalah, bego!", umpat Fathur. "Emang cuma kamu aja yang bisa ketawa?!"

"Kalo dilihat-lihat, bukannya itu bajunya Om Bambang, Om Ucok, dan Om Budi alias tukang parkir sekolah kita, да?", tanya Ivan.

"Iya juga, sih. Apa jangan-jangan, mereka nyuri pakaian?!"

"Gak mungkin, lah! Jangan suudzon dulu, mana tau, kan, mereka pinjam atau apalah gitu..."

"Hmmm... sou desu ne (saya mendengar)..."

Mereka kembali menonton dan menikmati pertunjukan Trio Bandel di balik panggung. Setelah mereka menyelesaikan satu lagu itu, mereka melanjutkan 'perbincangannya' dengan fans-fans tercintanya (dari Hong Kong!).

"Hey! Fans-fans kami yang keren ini! Apakah kalian menikmatinya?!", tanya Gilang kepada para penonton.

"LAGI!! LAGI!! LAGI!! LAGI!! LAGI!! LAGI!!", sorak penonton.

"Sepertinya mereka mau lagi, nih...", sahut Anton.

"OKE PENONTON KAMI YANG TERCINTA! KAMI AKAN MENYANYIKAN SATU LAGU LAGI DEMI KALIAN YANG KAMI CINTAI!!!!!", kata-kata Faris membuat para penonton makin histeris.

"Dan tentu saja, demi Dek Amara~~", sahut Anton ke pacarnya yang bernama Amara (kembarannya Felly).

Amara yang mendengarnya dari kejauhan, langsung marah-marah. "Apa, nih, manggil-manggil?!"

"Baiklah! Langsung saja kita mulai ya!! MUSIC START!!!", Gilang bersiap memutar lagu kedua.

Lagu yg kedua pun berputar dan mereka kembali menyanyi. Lagu yang ditampilkan adalah Satu Jam Saja-Melinda. Yang di belakang panggung mulai terkejut lagi.

"APA?! MEREKA NAMPIL LAGI?!", seru Alfin dan Luthfi.

"Waduh, ngeri banget... . Lagu dangdut pula," sahut Yuko sweatdrop.

"Lagunya gak cocok dengan imej mereka...", kata Makorin.

"Mereka pakai baju tukang parkir, ya, gimana enggak!", Kaori berkacak pinggang.

"Gak sekalian pake baju Abang penjual cilok aja, Ri?", tanya Miyu. Anak-anak The Sempoyongans langsung menatap Kaori yang sakit hati sambil tersenyum menyeringai.

"Ah, berisik! Kalian bikin aku putar masa lalu lagi tentang dia!", Kaori memarahi satu The Sempoyongans.

"Alah... barusan juga putus tadi...", sahut Kirana.

"Kenapa Faris malah buka atasan?? Mau kena bacok, nih, да??", sahut Ivan sambil menatap panggung dengan hawanya yang begitu mengerikan. Memangnya, kenapa kalo Faris buka baju? Masalah buat Ivan? //dibom nuklir sama Ivan//.

"WHAT THE HELL?!", koor semua yang di backstage.

Yoi, dengan berani tanpa menunjuk sedikit urat malunya, di atas panggung Faris membuka atasannya dan menampakkan tubuhnya yang berbulu lebat (?) dan seperti papan setrika(?). Bagi dia, biar keliatan 'seksi' di hadapan para penonton.

"Li-san! Awas! Bisa katarak matamu!", Kurosawa menutup mata Li dengan tangannya.

"Ada apa, sih??!! Aku gak nampak, ih!!! Lepasin!", Li meronta-ronta melepaskan tangan Kurosawa dari matanya.

"Mantab jiwa (?)...", sahut Alfin pasrah.

"Felly... tolong jangan lihat,", Luthfi menutup mata Felly dengan tangannya.

"Eeeh??!! Apa, nih?! Aku ga liat apa-apa!", sahut Felly.

"Stupid! This is truly stupid, you b***** FROG! Kesopanannya ada di dengkul, ya?", umpat Fathur.

"KYAAAAAAAAAA!!! AKU KE TOILET BENTAR! INI SUNGGUH MEMALUKAN!!!", jerit Miyu sambil berlari ke toilet.

"Tu-tunggu! A-aku juga ikut! Melihat adegan tadi bikin perutku sembelit, tau!", Kaori mengekor Miyu yang lari ke toilet.

"Dia kerasukan apa, kok, sampe gitu?", tanya Riza.

"Tenang. Entar aku bacok dia pakai 'senjata'-ku, kok," jawab Ivan (masih) dengan aura gelapnya.

"Ja-jangan juga, 'pintar'...", koor semuanya.

"Aku gabisa nahan muntahku," sahut Yuko sembari berlari ke toilet.

Akhirnya, KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) antah-berantah datang dari suatu tempat dan segera menangkap mereka bertiga untuk disidang (eh?). Tapi, yang menelepon KPAI tadi siapa?

"Siapa yang manggil KPAI?," tanya Eliza.

"Mana ABANG??? Jangan sampai dia ikutan tertangkap KPAI, atau mereka akan KUBACOK!!!", teror seorang gadis (yang lebih) mengerikan (dari Yuko-Ivan) bernama Natasya (adek Ivan).

"Siapa lagi kalo bukan aku," sahut Amara.

"Eeh?", Eliza heran dengan Amara.

"Aku ga nahan liatnya, mataku terasa mau katarak, so why not call KPAI?" Yep, it's totally sang mahakarya Amara... //plakk//

BERSAMBUNG...

Dareka no Tame Ni!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang