House of Mystery

Part 1: The Strange Dream & House

Multimedia: Drey Carfsen. Gayanya nggak se-eksis itu, tapi kira-kira begitulah fisik dia. Orangnya cute dan ceria, jarang serius.

***

"House of Mystery"

Part 1

Sekelompok anak-anak SMP sedang berjalan di sebuah hutan. Jumlah mereka tujuh orang. Mereka tidak tahu apa tujuan mereka, ke mana mereka pergi, ataupun di mana mereka―mereka hanya tahu bahwa mereka sedang tersesat di sebuah hutan. Apakah mereka semua saling mengenal? Ya, secara kebetulan, mereka satu sekolah dan sekelas, bahkan berteman baik.

Ada seorang anak laki-laki yang berkacamata memimpin jalan mereka―tidak berarti bahwa anak laki-laki itu merupakan pemimpin kelompok itu. Ialah Drey Carfsen. Keenam temannya yang terlihat setengah takut dan setengah pasrah, hanya mengikutinya di belakang. Empat dari enam temannya adalah laki-laki; Jashon Adbeth, Jonathan Pawks, Hans Williams, dan Joseph Kenton―dan dua lainnya perempuan; Rein Einstolf dan Elizabeth Zeoar.

Tidak terlalu lama setelah mereka berjalan, mereka sampai di depan sebuah rumah yang terlihat tua―namun juga modern. Rumah itu terlihat sedikit aneh, dan memang menyebarkan aura aneh dan misterius, yang memancing kawanan ini untuk masuk. Tapi mereka bertujuh hanya terbengong menatap bangunan aneh di hadapan mereka ini.

"Sebaiknya masuk atau tidak, ya?" tanya Jashon.

"Masuk saja. Kita tidak punya tujuan ataupun pilihan lain." sahut Jonathan yang langsung berjalan lebih dulu dan paling depan.

"Baiklah, ayo."

Yang lainnya pun mengikuti Jonathan. Tapi rasanya ada yang janggal. Kenapa Jonathan bisa tiba-tiba ingin memasuki rumah tersebut dan langsung berjalan paling depan? Seolah-olah... Ada sesuatu yang menyuruhnya, atau... Merasukinya? Ah, tidak mungkin. Beberapa dari mereka bertujuh bisa melihat―atau setidaknya, merasakan jika ada makhluk halus di tempat itu. Salah satunya Drey sendiri. Tapi Drey juga merasa bahwa kekuatannya yang satu itu terkunci. Dan saat ini yang bisa dirasakannya hanyalah aura berbahaya.

Mereka bertujuh mendorong pintu gerbang hitam yang tidak terkunci itu dan berjalan menyusuri jalan setapak yang tidak begitu panjang. Di pinggir jalan setapak itu, ada semak-semak pendek yang telah dipotong rapi menjadi berbentuk kotak―atau tepatnya balok. Jalan setapak itu bercabang lagi di tengah-tengah ke kiri dan ke kanan. Sepertinya kedua jalan itu merupakan jalan untuk menyusuri taman. Rumah tua misterius ini jelas dihuni seseorang, karena semua tanaman di sana subur dan terawat dengan baik. Tapi, taman yang lumayan luas tersebut sedikit menghilangkan kesan horor dan misterius tempat itu, karena taman itu serba hijau―bahkan ada kolam. Namun sepertinya kolam itu sudah lama tidak digunakan, karena tidak ada ikannya, walau ada airnya―tapi airnya keruh. Mereka hanya memperhatikan sekeliling mereka sambil terus berjalan, dan akhirnya sampai di depan pintu. Dengan sedikit tidak sabaran, Jonathan langsung meraih gagang pintu itu.

***

Kringgg! Kringgg!! Kringgg!!!

Drey tersadar dari mimpinya. Ia langsung membuka matanya besar-besar dan bernapas tersengal-sengal―walaupun mimpinya tadi tidak bisa disebut mimpi buruk. Dengan sedikit kesal, ia mengambil jam beker berisik yang terletak di meja di samping tempat tidurnya tanpa bangkit dan langsung mematikan jam itu, lalu meletakkannya kembali di atas meja. Ia menghela napas dan berusaha menenangkan diri dahulu. Sebenarnya, ia hampir akan tidur lagi, jika ibunya tidak membuka pintu kamarnya―ibunya tidak pernah membuka pintu dengan cara halus ketika membangunkan Drey.

.

Di sekolah, pada jam pelajaran kedua, olahraga...

Saat itu sedang free time dalam pelajaran olahraga. Drey, yang sebenarnya hobi bermain basket, sekarang tidak mau bermain basket. Ia hanya duduk di sebuah kursi dan melamun memikirkan mimpinya semalam. Ia masih tidak yakin. Jonathan, Hans, dan Joseph juga sedang duduk diam disebelahnya. Tidak ada satu pun yang berbicara―Drey sendiri sedang tidak ingin berbicara, walau orang-orang pasti bingung terhadapnya, karena ia biasanya periang.