Part 7: Over?

475 22 2
                                        

WARNING: Sadisme cerita meningkat di part ini. Yang tidak kuat baca adegan bunuh-bunuhan atau pembantaian jangan diteruskan, bisa skip saja langsung ke bawah.

***

“House of Mystery”

Part 7

Percikan dan simbahan darah. Usus merah bak cacing yang berserakan. Lambung yang terkoyak, paru-paru yang terbelah, otak yang hancur bertebaran, jantung yang membocorkan cairan merah lalu hancur sehancur bubuk di mesin penggiling manusia―ah. Insting spiritualnya mungkin menumpul, mungkin juga menajam; rasanya butiran-butiran air hangat telah menciprat ke dirinya dari tadi. Sedikit demi sedikit lama-lama jadi bukit. Makin banyak air hangat yang terciprat. Ketika ia melihat tubuhnya, itu bukan air. Darah. Lagi. Seseorang yang hitam legam bak bayangan di belakangnya telah mengoyak pembuluh darahnya sendiri, mengotori kulitnya di daerah sana-sini. Darah kembali bercipratan, dan ia merasa dirinya melayang. Kepalanya berputar. Visi penuh dengan darah. Darah, darah, darah. Darah. Cairan itu mengejarnya, membanjirinya―dan ia berteriak.

Drey dilanda depresi tingkat akut. Itu pun jika memang benar itu depresi.

Tentu saja semuanya hanya visiun. Trauma dan suguhan tontonan banjir darah, bercampur dengan imaji iblis buruk rupa yang telah ditemuinya, bercampur lagi dengan senjata-senjata tajam, visi spiritual Drey kacau. Sangat kacau. Ia dikejar-kejar visualisasi darah dan darah―atau organ internal, atau juga adegan pembunuhan. Salah. Pembantaian, pembunuhan berkala.

Dan Drey masih duduk mantap di sofa merah. Eh? Bukan. Rupanya sofa itu putih.

Sudah dibilang. Pikirannya kacau.

Tubuhnya tidak kaku tidak lemas. Mungkin ketegangan terlihat secara terselubung di saraf dan ototnya, tetapi ia tidak bergerak. Nyaris tak bernapas. Hidup, bernapas, tak berkutik, abstain, pikiran kacau. Ketakutan? Entahlah. Ia hanya depresi secara sunyi tanpa abilitas untuk berteriak lepas. Tenggorokan terasa sempit. Jantung bekerja lebih keras dari kapan pun. Kelenjar keringat mungkin sudah kehabisan minyak.

Cahaya dari proyektor yang tak lazim menimpa wajah Drey. Warnanya berubah-ubah. Mata berat Drey di balik kacamata menatap fokus tak fokus. Tidak―pikirannya memang tidak fokus, tapi gambar bergerak pada dinding merupakan bahan bakar bagi delusinya. Entah hal klenik apa yang menyebabkan mata dan telinganya tetap menajam, mendengar tiap bunyi tusukan dan sadisme adegan, menyaksikan tiap gerakan tiap detik.

Lama-lama, tangannya mulai gemetaran. Getaran itu luput dalam kegelapan.

Rein memutar video ketiga. Kejadian dua tahun lalu. Terakhir.

Tak banyak yang bisa disimpulkan. Yang mereka ketahui hanyalah apa yang ada di layar―well, dinding―dan tiap kejadian dari video itu merupakan kegagalan. Mengandalkan teks dokumen, Rein membantu menyimpulkan setiap kali video berakhir. Bahkan air muka gadis itu tidak baik.

Video ketiga mulai. Drey merasa lemas, lelah dan mata perih, tapi tubuh tidak sejalan dengan fakta itu. Ia tak punya apa-apa untuk mempersiapkan diri terhadap adegan pembunuhan lainnya.

Dinding yang menjadi layar proyeksi menunjukkan empat orang remaja―mungkin SMA―yang membuka pintu ruangan penuh kegelapan. Ruangan bertangga lima multiwarna. Sekalinya masuk, mereka langsung dibekuk oleh pasukan Shade yang berkostum putih―lain dengan pasukan yang menyerang mereka yang berkostum hitam. Keempat remaja SMA itu dibawa keluar rumah Jordan. Salah satu dari mereka, lelaki, ditawan di depan teman-temannya yang diikat tangannya. Tanpa aba-aba, sebuah pedang milik pasukan Shade memotong tengkuknya dalam sekali tebasan.

Fokus mata Drey menetap pada kepala yang jatuh menggelinding dan mata yang membelalak tak berkedip karena tak bernyawa.

Darah. Da... rah.

House of MysteryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang