If I Fell

9 1 0
                                    

"Ilyas.."
Panggilku lirih sambil menatap punggungnya. Ilyas berbalik lalu tersenyum lebar padaku.

"Hei, kamu.. permen karet pisang. Ada apa jauh jauh kesini?"

"Ini, fotomu jatuh di kedaiku semalam."
Jawabku sambil menyodorkan pasfoto yang tadi malam kutemukan. Sebenarnya aku lebih suka menyimpan foto ini di kamarku daripada mengembalikannya pada Ilyas. Hitung-hitung untuk mengingatkannya disaat aku sedang rindu.

"Jadi kamu jauh-jauh dateng ke fakultasku cuman buat balikin foto? Oke permen pisang, aku hutang sama kamu. Tapi sebelumnya, kok kamu tahu kalau aku kuliah disini? Kartu pelajarku nggak jatuh juga kan?"

Aku menggeleng, sambil tersenyum simpul.

"Kita cuma dipisahkan papan triplek tebal, Yas. Airin."
Kataku sambil membalikkan badan.

"Tunggu, Airin! Permen pisang! Jam 1 siang nanti kamu ada kelas?"

Aku menggeleng lagi dengan menaikkan bahuku. Apakah Ilyas akan mengajakku keluar? Deg.. deg.. aku agak gugup menunggu perkataannya..

"Baguuusss.. Makan yuk di warung pecel Bu Marmi. Aku yang traktir, makasih udah balikin fotoku. Tapi aku nebeng ya, motorku lagi dipinjem temen."

Yeeeessss! I said yeeesss!!
Ilyas benr-benar mengajakku keluar. Aku sungguh tidak sabar menunggu sampai jam 1.

Setelah bel berbunyi, aku menunggu Ilyas di samping gedung E. Tak lama kemudian Ilyas datang sambil meniup ubun-ubunku. Aku tertawa kecil, lelaki ini memang lucu. Atau mungkin aku yang terlalu baper.

"Motormu di mana? Sini biar aku yang ngambil."

"Di pojok, yang ada kanopinya. H 4322 ZZ, honda beat warna kuning. Ada stiker tulisan mandarin di slebor belakangnya."

Lalu aku berboncengan dengannya. Demi Tuhan, ini benar-benar seperti kisah Cinderella yang naik kereta kencana dengan Ilyas sebagai kudanya. Salah, maksudku pangerannya.

"Airiinnn kok kamu sama Ilyas sih? Airiiinn aku tanda tanya looh sama kamuuu.."
Teriak Septi saat melihatku dan Ilyas melintas di depannya.

Mendadak aku gagap. Antara ingin menjawab iya mau makan, ikut yuk? Tidak-tidak, nanti Septi yang heboh akan mengganggu acara makan siang berduaku dengan Ilyas.
Lalu jika kujawab dengan hehehe, duluan ya.. bagaimana jika Ilyas menafsirkan hehehe-ku dengan artian lain? Jadi terkadang memang gagap itu diperlukan.

"Duluan ya, Septi.. tolong LPJ diselesaikan ya.. jangan lupa nanti malam kita rapat rutin. Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam Ilyas.. hati-hati, nanti malem kamu harus curhat ke aku loh ya!"

Sepanjang perjalanan Ilyas membelokan setang ke kanan dan kiri tidak beraturan hingga membuat kami hampir terjatuh. Aku mencubit punggungnya, dan Ilyas-pun meringis. Lalu ia tertawa terbahak-bahak.

"Sebenernya, tulisan mandarin di slebor motor kamu itu artinya apa sih?" Tanya Ilyas memulai percakapan.

"Bacanya Qilin. Qilin itu makhluk mitologi dari Tiongkok berbadan rusa, pakai baju zirah, kepalanya agak mirip kayak naga gitu ada tanduknya. Biasanya Qilin  dianggap sebagai lambang kedamaian dan kemakmuran. Kalau kamu sendiri di ada nggak makhluk mitologi dari asalmu?"

"Hmm.. urang Bandung mah gak kenal begituan, Teh geulis.. Hahahaha. Tapi, aku pernah ini Rin, mimpi jadi Ichtyocentaurus. Menurutmu gimana?"

"Itu simbol rasi bintang pisces, kan? Mimpimu perlu di eksplor lagi, Yas. Mungkin nanti malem kamu bisa jadi Gorgon, Chimera, Satyr, Griffin? Who knows? Biasanya mimpi itu punya arti."

Across The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang