Something

8 1 0
                                    

"Ion, lo yang ngisi acara GEMA nanti malem, ya. Gantiin gue jadi lead vocal. Plisss tolong banget..."
Pinta Akbar pada Dion,

Ya, malam ini akan diadakan acara wajib dari himpunan tiap semester. GEMA namanya, agak mirip seperti pentas seni tapi lebih ke arah akustik. Acara ini bebas diisi oleh siapapun. Dari masing-masing kelas berhak mengirimkan maksimal 2 perwakilan.

"Lah.. kok gue sih? Ngga ada yang sebagus lo deh kalok nyanyi.. suara lo seksi seksi gimana gitu bikin cewek klepek-klepek, Bar."

"Yah, gue gak bisa ngisi Ion. Cewek gue dateng dari Jakarta. Yakali mau gue lewatin? Lagian kan lo mantep banget tuh kalok megang bass. Udah ya, gue cabut dulu."

Mau tidak mau akhirnya Dion menerima permintaan Akbar. Setelah kelas berakhir, Dion cepat-cepat menuju ke lab mikrobiologi untuk mengecek media buatannya tadi pagi dengan Rifa. Bukan, tepatnya mengecek apakah Rifa masih disana.

"Permisi?"
Sapa Dion diikuti dengan membuka pintu lab. Dion celingukan mencari keberadaan Rifa. Naasnya, justru bang Kudil yang ada di situ.

"Eh, kamu Aldion kan? Dari 14-C ? Media kamu udah kelar?"
Tanya bang Kudil sambil mempersilahkan Aldion masuk. Aldion masih celingukan mencari-cari Rifa.

"Udah, Bang. Tapi gatau disimpen Rifa dimana. Dicek aja dulu."

Bang Kudil akhirnya mengecek ke dalam ruang penyimpanan, mata Dion cepat-cepat mengamati ruangan mencari tahu sedikit info tentang Rifa. Kemudian senyum terbentuk di wajahnya kala matanya melihat kertas laminating terpajang di tembok lab. Ya, kertas itu bertuliskan nama-nama asisten lab beserta nomor telepon yang dapat dihubungi. Dion mencari-cari handphone nya. Sial! Ketinggalan di kos! Lalu dengan cepat Dion menyambar bolpoin milik bang Kudil yang ditinggalkan di meja dan menulis nomor Rifa di telapak tangannya.

Got you !!

Sore, Fa..
Ini Dion, kamu nanti dateng ke acara GEMA?

Bego banget lo, Ion! Rifa kan beda himpunan apa urusannya ikut acara himpunan lo! Ganti-ganti..

Fa, media tadi pagi gagal kata bang Faiz.

Makin bego lo, Ion! Tadi kan si Kudil udah bilang kalok media gue baik baik aja.. Kampret! Kenapa tiba-tiba gue kehilangan kemampuan playboy gue sih.. Nggak berlaku buat cewek baik deh kayaknya..

Waktu sudah menunjukkan pukul 15.30, Dion lalu mengambil busurnya dan menggenjot sepedanya sampai ke stadion untuk latihan rutin. Disitu Dion berharap Rasya tidak membolos latihan sore ini untuk meminta bantuannya. Dari kejauhan Dion melihat motor Rasya sudah terparkir. Bagus.. batinnya. Lalu Dion berlari ke stand tempat anak panahan biasa kumpul.

"Sya, gue butuh bantuan lo.."
Pinta Dion dengan ngos-ngosan.

"Lo kenapa dah lari-lari kayak gini? Busur gue mana ya.. tadi kayaknya gue taro di... Ah! Bego! Kampret! Kenapa busur gue lo injek! Gue barusan beli baru minggu kemaren! Singkirin kaki lo dari Marimar!"

"Sori-sori.. Lo ngasi nama Marimar ke busur lo? Lo nggak punya nama lain yang lebih bagus, apa?"

"Apa yang lebih bagus dari Marimar? Zaskia? Cintya? Alya? Suka-suka gue dong! Udah nginjek, pakai ngejek lagi. Kesel bat gue!"

"Rifa mungkin?"

Tiba-tiba saja nama itu terlontar dari mulut Dion. Dion cepat cepat menutup mulutnya, tapi Rasya sudah terlanjur mendengarnya terlebih dulu.

"Jadi lo mau minta tolong ke gue buat cari tau kontaknya si Rifa? Asisten lab itu, kan?"
Rasya menebaknya hampir benar,

"Bukan, gue udah punya kontaknya. Kayaknya gue naksir sama Rifa deh, Sya.."

Across The UniverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang