Ilyas menepati janjinya ketika hari raya Imlek datang ke rumahku, kali ini bukan datang sebagai seorang pengunjung kedai, tapi datang sebagai tamu. Ilyas membawa sebungkus kurma berwarna coklat tua dan diberikannya pada ibukku untuk bahan tambahan eksperimen membuat kue. Keluargaku menerima kedatangan Ilyas dengan terbuka, sehingga Ilyas akhirnya sering bertamu ke rumahku setelah perayaan imlek itu.
"Lihat nih, Rin... dompetku tebel lagi, efek awal bulan. Hehehe.."
"Itu ibumu, Yas?"
Tanyaku saat melihat foto perempuan cantik berkulit senada dengan Ilyas di dalam dompetnya. Ilyas mengangguk."Ini kan Imlek, gimana kalok kamu jadi turis guide-ku? Mau?"
"Yas, Gang Baru panjangnya nggak lebih dari 500 meter, dan itu cuma lurus aja. Kamu nggak bakal hilang, Yas."
Lalu kuambil jaketku dan menemani Ilyas berjalan di sepanjang Gang Baru. Aku dan Ilyas terhanyut pada suasana pecinan, dengan alunan musik karaoke mandarin di pinggir jalan, bau khas masakan cina, cahaya lampion yang menyinari di sepanjang jalan, desain vintage dari bangunan tua, dan hembusan angin malam hingga tanpa kusadari,
Kami bergandengan.
Aku tidak berusaha melepaskan tanganku dari tangan Ilyas, begitu juga dengan Ilyas. Kurasakan tangannya hangat dan agak kasar pada bagian telapaknya. Waktu benar-benar seakan berhenti. Aku dan Ilyas berdiri cukup lama di depan pedagang es krim sampai teriakan Rasya membuyarkan suasana itu..
"Airin!"
Panggilnya sambil berlarian ke arahku. Aku balik menyapanya."Eh.. Airin, pantes tadi aku cari di rumah nggak ada. Kamu sama siapa?"
Tanya Dani yang tiba-tiba muncul dari kerumunan orang, dan pada saat itu juga Ilyas muncul dari balik punggungku dengan membawa dua es krim. Ekspresi Dani benar-benar terkejut melihat Ilyas. Sebenarnya aku juga terkejut melihat Dani di sini. Aku baru saja menghadiri ballroom dance dengannya beberapa minggu yang lalu dan saat ini aku, Dani, dan Ilyas berada pada satu tempat yang sama."Hei, bro! Kebetulan banget nih, makan bareng yuk!"
Ajak Ilyas pada Rasya dan Dani.Makan malam ini terasa agak aneh. Baik aku maupun Dani tidak saling menatap maupun berbicara, padahal di malam setelah ballroom dance, aku banyak berbicara dengannya. Hanya Ilyas dan Rasya lah yang dari tadi saling bertukar cerita. Setelah makan malam selesai, Rasya dan Dani pamit untuk pulang, begitu juga Ilyas dan aku. Ilyas mengantarku sampai ke depan pagar lalu pergi dengan motor birunya.
Di saat aku hendak tidur, aku melihat handphoneku seakan bersinar, ketika kubalik, ternyata benar. Dani menelponku,
"Rin, udah tidur?" Tanyanya.
"Belum." Jawabku singkat
"Aku mau bertanya, tapi kamu jangan marah, apa kamu dan Ilyas punya hubungan khusus?"
Tanpa berpikir panjang, aku langsung menceritakan semuanya pada Dani. Aku menceritakan bagaimana awalnya aku bisa mengenal Ilyas dan bagaimana keluargaku sudah sangat dekat dengannya. Hingga pada suatu titik, aku bercerita pada Dani kalau aku sudah jatuh cinta pada Ilyas sejak masih menggunakan pakaian putih hitam, hanya saja baru sekarang aku bisa mengenal dan dekat dengannya.
"Airin.. aku suka padamu.. Sejak kita masih menggunakan pakaian putih hitam juga. Hanya saja saat itu, aku berhasil membawamu keluar nonton bioskop."
Jantungku terasa berhenti dan dadaku sangat sesak. Bukan rasa bahagia yang kudapatkan, tapi rasa bingung dan bersalah yang bercampur menjadi satu.
Kalau saja Dani berani mengatakannya sejak dulu, mungkin ada hal lain yang akan terjadi. Baik aku maupun Dani sama-sama mengalami kejutan di malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Universe
Romance"Aku menangkap sinar matanya diantara remang-remang lampion imlek. Sosok lelaki dengan rambut sebahu yang diikat rapi dan lintang bibirnya yang seperti bulan sabit itu melumpuhkan syaraf di lidahku saat ia memintaku untuk mencatat pesanannya..." Acr...