Malam acara GEMA itu menjadi malam terbaik di hidup Dion. Bagaimana tidak, sosok Rifa hadir menontonnya, dan lagu itu seakan-akan muncul langsung dari hati. Dion mencoba mengingat wajah Rifa kembali malam itu, wajah yang bersinar karena pantulan lampu dekorasi, namun perlahan bayangan wajah itu hilang bersamaan dengan bunyi telepon dari ponselnya.
Nomor tidak dikenal, lalu diletakkannya kembali ponselnya secara tertelungkup. Setelah bunyi panggilan masuk itu berhenti, muncul kembali panggilan masuk yang lain. Berkali-kali hingga Dion muak karena bunyinya mengganggu acara melukis wajah Rifa di dalam ingatannya. Kemudian diambil kembali ponselnya itu, masih nomor tidak dikenal yang tadi.. 7 panggilan masuk. Dion berpikir mungkin saja itu telepon dari mamanya, lalu Dion menelpon balik nomor tersebut.
"Akhirnya... Dion?"
Terdengar suara perempuan dari seberang sana. Dion mencoba mengenali suara itu,"Dion? Kamu masih disana?"
Tanya perempuan itu lagi, tapi suaranya tidak dapat Dion kenali."Iya benar, dengan siapakah saya berbicara?"
"Ini.. ini Alisa, Ion.. Alisa.. Kamu nggak kenal sama suaraku?"
Sialan! Perempuan itu lagi rupanya! Perempuan yang sudah memecahkan hatinya dan merubahnya menjadi lelaki playboy. Perempuan yang diam-diam menghianatinya dari belakang. Dion menyingkirkan ponselnya dari telinga dan berniat untuk mematikannya, tapi Alisa berteriak terlebih dulu,
"Jangan tutup teleponnya, Dion! Aku mohon jangan tutup teleponnya!"
Teriak Alisa memohon, Dion lalu mendekatkan kembali ponselnya ke telinga."Lo mau apa?"
Tanya Dion dengan nada sinis"Aku mau kita ketemuan, plis.. Kasi aku kesempatan sekali lagi, Dion. Aku mohon.."
Suara Alisa terdengar bergetar, Dion tahu Alisa sedang menangis disana. Tapi dirinya hanya tersenyum sinis"Kalok gue nggak mau, lo mau apa?"
"Gue bakal cari lo, Dion.. Gue bakal ngelakuin berbagai cara biar bisa ketemu sama lo lagi. Gue mohon Dion, sekali ini aja, tolong.."
Alisa semakin menjadi-jadi, Dion agak kesulitan mendengarnya berbicara karena suara Alisa yang tidak jelas dan tertumpuk dengan tangisannya."Untuk saat ini gue lagi gak mau ditemui. Next time aja kalok gue udah mati, lo boleh nemuin gue di kuburan. Lo boleh nemuin gue di alam kubur. Good night.. my bitchy sister!"
Dion lalu menutup teleponnya dan segera memblokir nomor Alisa.Jantungnya cukup berdebar ketika mendengar nama Alisa tadi. Ada rasa takut di dalam diri Dion saat Alisa mengajaknya bertemu. Rasa takut jika cinta mereka terulang kembali.
Dion merebahkan dirinya ke tempat tidur sambil menatap tajam ke arah layar ponselnya, membayangkan barangkali Alisa akan bertindak nekat dengan menghubunginya melalui sosial media."Dion, besok kamu sibuk?"
Satu chat ter-pop up di layarnya. Dion tersenyum dengan lebar, lalu langsung membalas chat tersebut."Free kok, Rif. Kenapa?"
"Bisa minta tolong temenin aku beli pepton?"
Chat dari Rifa barusan seakan-akan menghilangkan bayangan Alisa dalam sekejap. Membuat Dion yang awalnya agak depresi mulai tersamarkan dan bisa beristirahat dengan tenang.
Dion sengaja membolos kuliah pagi ini karena ada janji mengantarkan Rifa membeli kebutuhan praktikum, ia sengaja tidak memberitahu Rifa kalau pagi ini ada kuliah karena yakin kalau Rifa tidak akan mengijinkannya membolos.
Seperti malam acara GEMA kemarin, Dion menggunakan pakaian terbaiknya lengkap dengan sepatu pemberian ayahnya dan memotong sedikit rambutnya supaya rapi."Kamu beneran nggak ada kuliah, kan?"
Tanya Rifa begitu Dion sampai di depan kostnya. Dion menggeleng."Kenapa rambutmu dirapikan, Ion?"
Tanya Rifa lagi, Dion ingin menjawabnya dengan karena cewek suka yang rapi, tapi niatnya tersebut ia urungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Across The Universe
Romance"Aku menangkap sinar matanya diantara remang-remang lampion imlek. Sosok lelaki dengan rambut sebahu yang diikat rapi dan lintang bibirnya yang seperti bulan sabit itu melumpuhkan syaraf di lidahku saat ia memintaku untuk mencatat pesanannya..." Acr...