Junsu membanting jaket yang dikenakan tadi dengan sekuat tenaga kelantai apartemennya. Dia beteriak melampiaskan semua yang dirasa dan menghancurkan apa yang ada disekitarnya. Tidak peduli jika tangannya kini sudah terluka dengan pecahan kaca manakala sebuah vas bunga dihempaskan kasar sampai menyentuh lantai. Sungguh benar-benar mengesalkan apa yang dia lihat tadi. Tidak pernah Junsu pikirkan jika hal itu harus dilihatnya karena itu menyakitkan.
Apartemen ini bagai kapal pecah, semua barang-barang berserakan kemana-mana akibat kemarahannya. Amarah kini mengendalikannya. Junsu terduduk ditengah kekacauan apartemennya. Nafasnya menderu dengan hebat, dia seperti kehilangan kendali dirinya. Matanya memerah, tatapan penuh kebencian terpancar dengan sangat kuat namun terselip airmata penuh kesedihan yang mengalir tanpa permisi di pipinya.
"Tidak, tidak akan aku biarkan kau mendapatkannya. Tidak akan pernah. Hanya aku yang akan mendapatkannya, karena dia adalah milikku. Selamanya Heeseul akan menjadi milikku, tidak akan kubiarkan kau untuk memilikinya."
Dia terdiam, memikirkan berbagai macam cara yang akan dia lakukan untuk memiliki Heeseul, benaknya tidak mampu untuk memikirkan jika dirinya harus berpisah dengan gadis muda itu. Dia sudah terlanjur jatuh hati pada Heeseul, tidak semudah itu pula dia bisa menerima jika Heeseul harus bersanding dengan Yoochun di depan altar. Hatinya tidak akan pernah mengizinkan hal itu terjadi.
Tapi disaat hatinya hancur berkeping-keping, sebuah lantunan musik masuk dengan tidak terduga ketelinganya. Alunan musik yang dia setting sebagai panggilan teleponnya itu terus berulang, sepertinya sebuah panggilan penting. Dengan tidak sabaran, Junsu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana yang dia kenakan. Tertera dengan jelas nama penelpon itu-Manager Hyung.
"YA!! KEMANA SAJA KAU? KENAPA TIDAK MENGANGKAT TELEPONKU?" suara teriakan yang nyaring itu langsung menyapa pendengaran Junsu.
"A-ada apa hyung?" jawab Junsu dengan suaranya yang sedikit serak.
"Besok jangan lupa untuk datang ke studio, lagu dan lirik untuk album barumu sudah jadi dan kau bisa langsung tech vocal. Jangan sampai terlambat, araso?" Junsu tidak menjawab lagi panggilan itu, dia langsung mematikannya. Dia sama sekali tidak peduli dengan perasaan manager-nya yang menelponnya tadi.
"Aku akan membuatmu hancur hyung" Dan sebuah seringai terukir jelas dibibir indah Junsu. Ada sebuah kebencian dan rasa ingin balas dendam yang ingin dia lampiaskan pada Yoochun.
Junsu membuang ponselnya dengan tanpa belas kasihan kesembarang arah. Dia beranjak dari tempatnya menuju kamarnya dan menutup pintunya dengan kasar.
"Kau akan merasakan rasa sakit ini saat Heeseul lebih memilihku dibanding dengan dirimu. Akan kubuat dia menjadi milikku, selamanya."
-----
#Junsu POV#
Pagi ini seperti yang diakatan Manager-hyung, aku sudah berada di studio. Beginilah nasibku, dengan kacamata hitam aku memasuki studio. Tidak terlalu banyak orang yang ada di studio tempat biasa aku melakukan rekaman. Saat ini hanya ada manager-hyung, teknisi dan juga tidak ketinggalan Yoochun Hyung yang pagi ini terlihat begitu ceria. Tapi jujur saja aku benci melihat senyumnya itu, terlebih saat dia menyapaku. Sungguh menjengkelkan.
"Kenapa pakai kacamata didalam ruangan? Buka saja." Kata manager-hyung.
"Bukan urusanmu hyung, sudah cepat berikan liriknya." Ucapku ketus. Aku tidak akan mungkin memperlihatkan mata bengkak ini dihadapan semuanya. Setelah manager-hyung memberikan kertas liriknya, aku langsung masuk kedalam ruang rekaman tanpa menyapa sedikitpun pada Yoochun hyung.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY [END]
RomanceSaat hati manusia saling menyukai satu sama lain, saat itu cinta mulai tumbuh. Tidak peduli jika orang yang dicintai itu sudah memiliki pilihannya dan tidak peduli jika harus saling merasakan sakit karena kebodohan dan kebohongan, saat cinta menyapa...