#Heeseul POV#
Tanpa mengindahkan semua orang yang berteriak memanggil namaku, aku langsung memberhentikan taxi dan pergi dari hadapan mereka semua. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku jika kedua orang pria itu bisa dengan jahatnya melukai diriku. Air mata ini sudah tak dapat aku tahan lagi, biarlah supir taxi ini menjadi saksi betapa sedihnya aku saat ini. aku sudah tidak perduli lagi, bahkan jika meraka mengejaku saat ini aku tidak akan pernah peduli terlebih lagi aku tidak akan memaafkan perlakuan mereka.
"Maaf nona, sebenarnya kita mau kemana? Sudah lebih dari dari 2 jam kita berkeliling tanpa tujuan, apa anda sebenarnya tidak punya tempat tujuan?" tanya sopir taxi padaku.
Kuhapus air mata ini. "Bisa berhenti di depan pak." Tunjukku pada salah satu sisi jalan.
Taxi yang kutumpangi langsung mengarah pada sisi jalan yang kutunjuk dan berhenti disana. Aku membayar seharga argo yang tertera dimesin meteran taxi, tidak kurang bahkan berlebihan karena aku asal menarik beberapa ribu won dari dalam dompetku. Dan untuk kesekian kalinya aku tidak peduli dengan semua hal yang terjadi, biarlah uang itu lenyap dari hadapanku sekalian dengan supir taxi itu. Aku sungguh tidak peduli.
Dan kini, aku pun tak tahu harus kemana. Aku marah, kesal, benci dan juga sakit hati. Kenapa semua hal itu berkumpul dalam satu waktu di dalam hatiku. Apa semua rasa itu tidak bisa berbagi waktu untuk aku rasakan, ini menyesakkan hati.
--------
#Yoochun POV#
Khawatir, itu yang aku rasakan saat ini. aku tidak mengerti kenapa Heeseul bisa ada ditempat yang sama denganku tadi terlebih lagi dia bersama dengan Junsu. Aku takut ada hal buruk yang menimpanya diluar sana. Dia sama sekali tidak dapat dihubungi saat ini dan aku tidak tahu harus mencarinya kemana lagi. Aku khawatir.
Tapi rasa khawatir itu pudar setelah bunyi pintu terbuka dan menampakkan dirinya. Aku yang sedari tadi duduk di sofa langsung menghambur menghampirinya dan memeluknya. "Heeseul-ah."
Dia atidak bergeming, hanya diam saat aku peluk. Dia tidak mengatakan sepatah katapun dan aku tidak tahu harus bagaimana lagi. hanya mengelus punggungnya saja untuk membuatnya merasa nyaman dalam pelukanku. Aku harap dia baik-baik saja.
"Oppa." Katanya membuatku sadar.
"Hm, ada apa?"
"Ada yang ingin aku bicarakan, bisa kau lepaskan pelukanmu?"
Perlahan aku melepaskan pelukanku dari sisinya, aku menatapnya penuh dengan pertanyaan. Ada apa sebenarnya dengan dirinya, saat bertabrakan denganku tadi di resto, aku melihat lelehan air mata di pipinya. Disana juga ada Junsu, sebenarnya apa yang mereka lakukan disana dan apa yang terjadi sebenarnya?
"Duduklah dulu, aku akan ambilkan air untukmu. kau perlu menenangkan diri terlebih dahulu."
Dia menahan lenganku saat akan pergi dari hadapannya. "Tidak perlu, aku ingin bicara sekarang. Aku ingin tahu semuanya dari dirimu."
"Baiklah, tapi bisa kita duduk dulu?"
Kami berdua duduk di sofa dengan berhadapan, aku merasa sedikit aneh dengan situasi ini. dan ruangan ini menjadi semakin luas rasanya.
"Entah aku harus mulai dari mana, tapi aku ingin oppa menjawabku dengan jujur. Aku tidak ingin dibohongi. Kita sudah sudah sama-sama berkomitmen untuk saling menjaga satu sama lain dan kita juga tidak akan pernah merahasiakan apapun selama kita masih menjalin hubungan. Jadi aku mohon katakan padaku kalau apa yang dikatakan Junsu-shi itu semuanya bohong."
"Junsu? Memangnya apa yang telah dia katakan padamu? Aku sama sekali tidak mengerti akan semua ini."
"Dia menjelaskan padaku semua keanehan yang kau lakukan seminggu belakangan ini, semua hal yang terjadi pada dirimu. Tentang dirimu yang sudah tidak bekerja sama dengan dirinya lagi, tentang dirimu yang memplagiat lagunya dan juga tentang bekas lebab di pipimu minggu lalu. Semuanya dia katakan padaku." Dia kembali terisak. "Tolong oppa, ku mohon katakan itu semua bohong. Kau sama sekali tidak melakukan hal keji itu kan oppa? Kau tidak memukulnya kan oppa? Kau tidak akan membohongi ku juga kan oppa? Hiks.. tolong oppa, katakan itu semua hanya kebohongan semata? Tolong oppa."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY [END]
RomanceSaat hati manusia saling menyukai satu sama lain, saat itu cinta mulai tumbuh. Tidak peduli jika orang yang dicintai itu sudah memiliki pilihannya dan tidak peduli jika harus saling merasakan sakit karena kebodohan dan kebohongan, saat cinta menyapa...