Chapter 9

3 0 0
                                    

#Junsu POV#

"Heeseul-ah."

"Jun-Junsu shi?" tatapan matanya mengartikan ketidakpercayaannya. Dia kaget melihat diriku yang kini ada dihadapannya.

"Lama tidak bertemu, Heeseul-ah." Kataku lagi. "Aku senang melihat dirimu disini, aku kira kau sudah pergi jauh dan tidak ingin kembali lagi. aku merindukan dirimu."

Aku tidak dapat menahan rasa rindu ini padanya, aku memeluknya dengan erat seakan tidak ingin dia meninggalkan diriku lagi. sudah cukup selama 3 bulan ini dia menyiksaku dengan kepergiaannya. Aku tidak ingin dia hilang dari hadapanku lagi. aku ingin dia bersamaku selalu.

"Kau baik-baik saja kan selama ini, tidak ada yang sakit kan?" tanyaku sambil melihat keadaan dirinya saat ini. dia benar-benar masih tetap sama seperti terakhir kali kami bertemu. Cantik namun sedikit lebih kurus. Terlihat dari pipinya yang menirus itu.

"Iya, aku ba-baik-baik saja." Dia menjawabku dengan sedikit gugup.

"Kenapa menatapku begitu? Apa kau tida suka bertemu dengan diriku saat ini, apa kau tidak merindukan disiku lagi Heeseul-ah?" tanyaku.

"Ba-bagaimana kau bisa ada disini, bukankah tempat ini-"

"Ah, aku selalu kesini. Setelah Yoochun hyung pergi, aku yang menempati tempat ini. dia pergi meninggalkan semuanya disini." Satu kebohongan lagi kubuat agar Heeseul tidak lagi kembali pada orang bodoh itu.

"Yoochun oppa pegi? Dia pergi dari sini? Tapi bagaiaman mungkin dia bisa pergi begitu saja. Itu tidak mungkin." Heeseul mundur perlahan dan akhirnya menjatuhkan diri diatas ambal.

Aku mendekatinya, dia terlihat begitu rapuh saat ini. aku tidak ingin melihat dirinya yang seperti itu. Aku lebih menyukai dia yang ceria dan perhatian padaku. Yang seperti ini sama sekali tidak pantas untuknya. "Sudahlah, biarkan dia pergi. Ada aku disini. Aku akan selalu bersamamu. Yoochun hyung sama sekali tidak pantas untuk dirimu, kau hanya pantas bersamaku Heeseul-ah."

Belum sempat aku mencium keningnya, dia sudah menjauh dari diriku dan kembali berdiri. Airmatanya diabiarkan saja mengalir dan dia tampak marah akan apa yang aku lakukan pada dirinya. Tapi aku tidak akan menyerah, aku harus mendapatkan dirinya.

"Berhenti, jangan mendekat!" Heeseul menjerit. "Jangan mendekat lagi. Aku tidak akan pernah menjadi milikmu. Tidak akan pernah."

"Apa? Bagaimana kau bisa mengatakan hal itu." Aku tidak percaya dengan perkataannya. "Apa kau masih mencintai si bodoh itu, apa kau masih mengharapkan orang yang sama sekali tidak punya masa depan itu? Apa kurangnya diriku? Apa kau tidak pernah melihat diriku?"

"Bohong, bohong jika aku tidak pernah melihat dirimu sebagai seorang pria. Tentu saja aku pernah. Bahkan aku sampai tidak menyadari kalau aku mulai jatuh hati padamu, pada perhatian dan kebaikan hatimu. Tapi semua itu semu, semua itu hanya sebuah kesalahan. Ya, itu semua kesalahanku. Tidak seharusnya aku membiarkan rasa itu tumbuh diantara hubunganku dengan Yoochun oppa. Aku benar-benar wanita yang tidak tahu diri."

"Tidak Heeseul-ah, kau sama sekali tidak bersalah. Rasa cinta yang kau miliki untukku sama sekali tidak bersalah, kita berdua sama-sama merasakan hal yang sama. Seharusnya kita membuat rasa itu menjadi nyata, bukan seperti saat ini. semuanya tidak jelas adanya."

"Cinta, rasa cinta katamu?" Heeseul tersenyum tipis. "Bukan, ini bukanlah rasa cinta. Aku hanya merasa suka dan nyaman terhadapmu. Kau hadir disaat yang tepat, dimana aku merasa ada kekosongan didalam hati ini yang biasanya diisi Yoochun oppa. Dia begitu sibuk dan kemudian kau masuk untuk mengisinya. Aku sudah memikirkan semua hal itu, selama ini aku hanya terbawa suasana saja. Dan kau, kau sama sekali tidak bisa dibandingkan dengan Yoochun oppa. Kau tidak dapat menggantikan dirinya dalam hatiku."

LOVE STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang