Chapter 7

3 0 0
                                    

Seminggu berlalu dari hari yang begitu menyesakkan dada bagi Yoochun. Kehidupannya kini berubah drastis dari apa yang dia harapkan sebelumnya saat dia bertemu dengan Junsu. Semua hal yang dia harapkan dari kerjasamanya bersama dengan Junsu sirna sudah. Tidak ada yang namanya keberhasilan dalam project yang dia kerjakan, bahkan namanya saja terhapus begitu saja dari daftar pencipta lagu dan bagaikan tertimpa tangga setelah jatuh, Yoochun juga tidak mendapatkan keuntungan sepeserpun dari semua kerja kerasnya itu. Dia dalam kegagalan yang sempurna.

Tapi dari semua kesengsaraannya saat ini, dia masih bisa bernafas dengan lega. Heeseul yang menjadi penyebab semua ini sama sekali tidak mengetahui akan nasib sialnya. Wanitanya itu masih seperti sedia kala, dia masih bersama dalam pelukan Yoochun. Masih menjadi tunangannya yang setia menemaninya, bahkan dia tidak bertanya banyak saat Yoochun pulang membawa lebam diwajahnya. Dia tiada menaruh curiga pada Yoochun yang saat itu hanya memberikan penjelasan ala kadarnya, bahwa dia hanya tidak sengaja terjatuh dan terantuk pinggiran meja kerjanya.

Wanitanya itu benar-benar sesuatu yang paling berharga yang akan Yoochun perjuankan sampai akhir. Tidak akan pernah terbersit dalam pikiran Yoochun untuk memberikan Heeseul pada Junsu. Dan itu tidak akan pernah terjadi, apapun akan Yoochun upayakan untuk tetap menjadi sebuah kebanggaan bagi wanitanya, walaupun dia harus melakukan pekerjaannya dulu. Kembali menyanyi di cafe tempatnya dulu bekerja. Hal ini sempat menjadi pertanyaan bagi Heeseul, dan lagi-lagi Yoochun kembali meyakinkannya dengan memberikan penjelasan bahwa dia ingin kembali seperti dulu, hal ini hanya sementara waktu saja sampai dia mendapatkan lagu baru lagi untuk di rekam.

Memang kelihatannya tidak sulit, tapi semua hal itu sudah diatur waktunya oleh Junsu. Selepas dia meninggalkan Yoochun di ruangan perayaan albumnya itu, dia sudah mengatur semua hal yang akan dia lakukan selanjutnya. Setiap gerak gerik Yoochun-pun dipantaunya. Junsu bukanlah orang sembarangan, dia orang yang berpengaruh. Tidak sulit bagi dirinya untuk menyuruh beberapa kenalannya untuk membuntuti kemana saja Yoochun pergi, dan melaporkan seluruh kegiatan apa saja yang Yoochun lakukan. Dan dari semua hal yang dilaporkan itulah, sudah saatnya dia bertindak saat ini. rencana yang sudah dia siapkan untuk Yoochun, akhirnya semua akan terlaksana.

#Junsu POV#

"Bagus, kerja yang bagus. Aku harap hari ini aku bisa melihat hasilnya."

Aku melekakkan kembali ponsel yang ku gunakan tadi keatas meja makan, laporan tadi cukup membuat suasana hatiku kembali seperti sedia kala. Rencana pertamaku sudah mulai berjalan, Yoochun bodoh itu tidak akan berkutik lagi jika tidak akan ada lagi yang mau menerima dirinya.

"Maaf, sampai mana tadi kita bicara?" tanyaku pada wanita pujaanku yang saat ini berada dihadapanku.

"Tidak apa-apa, kelihatannya kau sangat senang dengan pembicaraan tadi. Apa kau dapat sesuatu yang menyenangkan?" tanya Heeseul padaku, kami sedang makan siang saat ini.

"Kau benar, pembicaraanku tadi memang menyenangkan terlebih jika hal itu sudah kau nanti dari jauh-jauh hari."

"Oh begitu, pantas saja."

"Sudahlah jangan dibahas hal itu, sekarang ceritakan lagi keluh kesahmu itu. Maaf tadi terpotong teleponku."

"Oh, masalahku?" dia mencebilkan bibirnya dan menghembuskan nafas lelah. "Aku ada sedikit masalah akhir ini dengan Yoochun oppa. Dia sedikit berbeda."

"Berbeda? Berbeda bagaimana maksudmu?" tanyaku seolah tidak tahu.

"Ya dia berbeda, ada yang aneh. Seakan ada sesuatu yang terjadi tapi dia tidak ingin aku mengetahuinya." Dia menangku dagunya dengan sebelah telapak tangannya dan melihat kearah jendela, tepat dimana orang ramai berlalu lalang. "Kau tahu, satu malam dia pernah pulang dengan beberapa lebam di wajahnya. Saat aku tanya kenapa dia bisa sampai seperti itu, Yoochun oppa hanya bilang kalau dia kurang hati-hati saat berjalan dan terantuk meja kerjanya. Tapi saat itu aku yakin sekali dia sedikit mabuk. Aku takut dia berkelahi diluar sana, aku takut dia menyakiti seseorang sampai dia dipukuli."

LOVE STORY [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang