#Yoochun POV#
Rasanya baru kemarin kami berdua terpisah, kini aku bisa menggenggam tangannya dengan sangat erat. Dia kembali kepadaku, disampingku, mendampingi tiap langkahku lagi. Dan aku yakin dia juga merasakan yang hal yang sama dengan diriku, senang, gembira dan aku makin mencintainya. Tapi, aku juga membuatnya terkejut dengan kehadiran ayah dan adik tiriku. Aku jadi geli sendiri bila mengingat wajah kagetnya kala tahu semua cerita mengenai kehidupan keluargaku yang bisa diilang cukup rumit. Namun dia bisa menerimanya dengan senang hati. Aku harap ini akan menjadi awal yang baik kedepannya. Aku berencana untuk menikah dengannya dalam waktu dekat dan aku harap dia bersedia menerima lamaranku nantinya.
"Oppa, aku senang akhirnya kau bisa bebas dan bersamaku lagi." ucapnya membuatku sadar dari pemikiranku sendiri. kini aku sadar, keadaan kami saat ini adalah aku baru saja menjemputnya dari tempat dia bekerja saat ini. sudah menjadi kebiasaan baru bagiku menjemput dirinya, yah hitung-hitung menghapus waktu yang telewatkan beberapa waktu lalu.
"Aku juga." Aku kembali mengeratkan genggamanku dan memperlihatkan hal itu padanya. "Aku ingin selalu seperti ini, berjalan bersama dan kau selalu ada dalam tiap langkahku."
Dia memukul lenganku dan tersipu malu. Aku suka rona merah di pipinya. Bukan karena udara malam ini dia begitu tapi karena aku. "Akh..sakit." rintihku.
"Hm, kau pasti bercanda. Aku memukulnya pelan begitu, bagaimana bisa kau kesakitan, eum?"
Aku tertawa, senang juga membuatnya seperti itu, hiburan gratis yang sangat menyenangkan. Dia kembali seperti semula, tidak ada lagi air mata yang menetes dari mata indahnya. Tidak ada lagi isak tangis yang keluar dari bibirnya yang merekah itu. Hanya ada tawa dan kegembiraan yang kini akan aku berikan padanya.
"Kau duduklah dulu disini, aku akan ke mini market sebentar." Dia mendengarkan perkataanku dan kemudian duduk. Ini sudah biasa, aku memang selalu menyuruhnya seperti. Seperti biasa aku akan ke mini market untuk membeli minuman hangat. Beberapa malam ini sungguh dingin rasanya. Mungkin karena sebentar lagi musim gugur jadi udara menjadi lebih dingin.
---------------
Junsu seperti kehilangan akal sehatnya saat dilihatnya tubuh Heeseul terpental beberapa meter dari tempat pemberhentian bus. Wanita yang dicintainya itu kini tergeletak tak berdaya bersimbah darah. Supir bus dan para penumpang turun dari dalam bus, mereka begitu histeris saat tabrakan itu terjadi. Terutama supir bus itu, yang langsung turun dan melihat keadaan Heeseul saat ini. Para penumpang yang mendengar supir bus itu menyuruh memanggil ambulan langsung kembali merasakan ketakutan, mereka takut wanita yang tertabrak itu meninggal di tempat.
"Aku tidak membunuhnya, bukan aku. Bukan, bukan aku, BUUUKKKAAANN!!!"
Para penumpang menatap Junsu dengan tatapan aneh dan juga secara tidak langsung berpraksangka kalau dialah yang telah menyebabkan wanita itu sampai tertabrak bus.
"Tidaaakkk!!" Junsu berteriak keras dan menjauh dari kerumunuan penumpang yang menganggapnya sebagai seorang pembunuh. Dia bergegas pergi menuju mobilnya dan langsung tancap gas.
-------
#Yoochun POV#
"HEEESEEEUL-AHH!!"
Rasanya duniaku hancur berkeping-keping kala melihat tubuh Heeseul terpental begitu saja tertabrak bus didepan mataku. Tanpa memikirkan apa yang sudah aku beli, aku langsung melesat berlari sekuat tenagaku menuju tempat tubuh Heeseul-ku terbaring disana. Kenapa aku harus menyaksikan hal ini, kenapa dia harus tertabrak seperti ini??
"Tidak, Heeseul-ah!!" aku histeris mendapati dirinya bersimbah darah. Supir bus sudah berteriak untuk siapa saja membantu memanggilkan ambulan, suara para penumpang bus sungguh mengusik pendengaranku namun aku menghiraukan semuanya. "Jangan, jangan tinggalkan aku Heeseul-ah. Kau harus bertahan demi aku, jangan tutup matamu Heeseul-ah. Kumohon bertahanlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE STORY [END]
RomanceSaat hati manusia saling menyukai satu sama lain, saat itu cinta mulai tumbuh. Tidak peduli jika orang yang dicintai itu sudah memiliki pilihannya dan tidak peduli jika harus saling merasakan sakit karena kebodohan dan kebohongan, saat cinta menyapa...