PART 4

84 7 0
                                    


Yeri pun keluar dari ruangan itu. Yeri segera pulang ke apartmentnya dengan taksi. Sepanjang jalan ia berfikir.
“Rumah Chanyeol di Daegu kan berhadapan dengan rumahku. Aku jadi ingat saat malam, kita berrmain senter dari jendela kamar kita masing-masing Chany. Aku merindukan itu.” Batin Yeri.
Sesampainya di apartment, Yeri segera packing berbagai keperluannya.
Aku tidak menyangka aku akan menghabiskan waktu liburan dengan mengurusmu. Tapi bukankah seharusnya aku bahagia? Aku bisa bersamamu setiap waktu. Atau aku harus menderita karena orang yang ku tunggu selama 15 tahun telah melupakanku?” batin Yeri.
Setelah selesai, Yeri pun memasang alarm pukul 5. Sebenarnya ia sudah biasa bangun pagi sekali. Tapi, ia tak ingin membuat Kris marah-marah hingga membuat telinganya panas. Ya memang harus diakui Kris itu leader, tapi Kris bukan leader tim Chanyeol. Tim Chanyeol dipimpin oleh Suho. Dan Suho masih memperlihatkan sisi baiknya. Tidak seperti Kris yang selalu marah-marah.

🌟🌟🌟

“Sakit sekali ya?” tanya Luhan pada Chanyeol.
“Tidak sih, hanya saja nyeri sedikit hyung.”
“Aku iri padamu, kau bisa bersama bidadariku setiap waktu. Kau bahkan akan dirawat dia, diperhatikan dia setiap waktu.” Ucap Luhan.
“Hyung, kau benar-benar menyukainya?”
“Kau tahu kan aku tidak pernah seserius ini.”
“Tenang saja hyung, aku juga sudah mencintai orang lain. Teman masa kecilku itu. Aku akan segera menemukannya. Aku benar-benar merindukannya.”
“Benar ya?”
“Pasti!”
“Baiklah, kalau begitu aku lega sekarang. Jaga dia baik-baik untukku.”
“Hei, harusnya aku yang dijaga bukan dia yang ku jaga hyung!”
“Aigoo, adikku ini kenapa cengeng sekali sih?”
“Haish, pergilah aku ingin istirahat.”
“Baiklah, istirahatlah, besok kita berangkat pagi.”
“Hmmm”
Chanyeol pun tidur.

🌟🌟🌟

Pukul 6.30 mobil yang dikendarai oleh Yeri sudah berada di depan dorm EXO. Ia menunggu EXO ke luar di luar mobil dan bersandar di mobil. Pukul 6.45 para anggota EXO keluar. Suho mendorong kursi roda Chanyeol dan Baekhyun membawa krug Chanyeol.
“Hei, kau ini pembantu macam apa?!” gertak Kris
“Apalagi? Kenapa kau selalu marah sih?” kali ini Yeri melawan.
“Jika kau niat tanggung jawab harusnya kau masuk dan mendorong kursi roda Chanyeol.”
“Oh ku pikir kau mau mengadakan perpisahan dengan Chanyeol sehingga kau mau mendorong kursi roda Chanyeol dengan mesra Tuan Kris” jawab Yeri santai. Luhan dan Xiumin pun terkekeh.
“Itu mobil siapa?” tanya Tao
“Oh, itu mobilku. Aku bawa mobil sendiri karena kemarin ada yang bilang padaku ia tidak sudi satu mobil denganku lagi.” Jawab Yeri melirik santai.
“Kau membicarakanku?” tanya Kris.
“Memangnya kau merasa? Aha syukurlah.” Jawab Yeri
“Sudahlah ayo berangkat, sudah hampir jam 7, kita harus ke bandara jam 9” sahut Suho
“Ayo” jawab lainnya.
Mereka mengangkat Chanyeol ke mobil EXO, kursi roda dan krug dimasukkan ke mobil Yeri di kursi belakang.
“Yeri, bolehkah aku menyetir di mobilmu?” tanya Luhan
“Hah?” jawab Yeri balik bertanya.
“Sekarang apa lagi?” sahut Kris.
“Dia pasti tidak tahu rumah Chanyeol, jadi aku saja yang menyetir daripada ia ketinggalan mobil kita dan dia malah pulang kan gawat. Jadi aku bisa mengawasinya.” Sahut Luhan asal
“Jadi kau tidak mempercayaiku?” tanya Yeri
“Ya sudah, kau di mobilnya saja hyung.” Jawab Chanyeol
“Baiklah. Ayo. Cepat.” Jawab Kris
Mereka semua berada di perjalanan ke Daegu sekarang. Setelah itu mereka akan langsung ke bandara menuju Jeju untuk berlibur. Di sepanjang jalan, Yeri dan Chanyeol hanya diam melihat jalanan dari jendela. Keduanya sama-sama memikirkan teman masa kecilnya.
“Yeri” ucap Luhan
“Ada apa?”
“Maafkan aku.”
“Untuk apa?”
“Untuk tadi aku seperti tidak mempercayaimu. Aku melakukannya karena aku ingin berdua denganmu.”
“Oh, baiklah. Tak apa.” Jawab Yeri risih
Saat lampu merah, Luhan benar-benar menggunakan kesempatannya.
“Yeri?”
“Ya?” Yeri masih melihat ke jendela
“Tataplah orang yang mengajakmu berbicara. Tidak sopan tahu!”
Yeri menengok ke Luhan, yang saat itu wajah Luhan sudah ada di samping lengannya. Alhasil wajah mereka sangat dekat. Mata Yeri membelalak bulat sempurna. Ia membisu. Sedangkan Luhan tersenyum menggoda.
“Kau begitu cantik saat dilihat dari dekat seperti ini.”
“Hah?”
“Aku jadi ingin merasakan bibirmu” jawab Luhan dengan tatapan menggoda penuh nafsu ke arah bibir Yeri. Luhan pun memejamkan mata dan mendekatkan wajahnya ke wajah Yeri.
“Luhan, lampu hijau!” seru Yeri.
“Sial!” seru Luhan
“Syukurlah” batin Yeri.
“Kita bisa lanjutkan nanti Yeri.” Ucap Luhan genit dengan mengusap lembut puncak kepala Yeri. Sedangkan Yeri lebih memilih diam dan memakai earphone. Jalanan sungguh macet.
Sesampainya di Daegu, Suho dan yang lainnya menurunkan barang-barang Chanyeol. Dan Yeri menurunkan kursi dan krug Chanyeol. Setelah itu menempatkan Chanyeol di kursi roda.
“Sudah jam 8, kami rasa kami tidak bisa mengantarkanmu masuk Chanyeol, maafkan kami ya.” Ucap Suho.
“Baiklah, lagipula ada pembantuku ini.” Jawab Chanyeol
“Baiklah, kau jaga diri di sini baik-baik Chanyeol. Beristirahat dengan baik ya. Cepatlah sehat” sahut Kai.
“Hei kau, jaga Chanyeol baik-baik. Jika sesuatu yang buruk terjadi aku akan-“
“Akan apa? Kau mau apa? Mau mengancam apa? Tuan, aku sungguh orang yang bertanggung jawab. Dan aku bisa jika hanya disuruh mengurus dia. Sekarang pergi saja kalau tidak ingin ketinggalan pesawat.” Jawab Yeri.
“Beraninya kau memotong pembicaraanku! Tunggu, apa kau mengusirku?” jawab Kris
“Bukankah yang kukatakan itu benar?” Yeri balik bertanya.
“Dia benar, ayo kita segera berangkat.” Sahut Chen.
“Dah Chanyeol.” Sahut mereka semua dengan melambaikan tangan.
“Dah, hati-hati. Sampai jumpa lagi.” Chanyeol balas melambaikan tangan.
Mereka semua masuk ke dalam mobil dan pergi ke bandara. Kini yang tersisa hanya Yeri dan Chanyeol. Yeri mengambil kopernya dan koper Chanyeol hendak dibawa masuk.
“Hei, mau kemana kau?” tanya Chanyeol
“Aku mau memasukkan barang-barang dulu. Nanti jika aku membawa mu masuk barang-barang kita siapa yang akan menjaganya? Kalau hilang bagaimana?” jawab Yeri.
“Benar juga, ya sudah sana.” Jawab Chanyeol
“Kunci?” pinta Yeri
“Aah ini” Chanyeol menyerahkan kunci rumahnya ke Yeri
Yeri membawa semua barang bawaannya ke dalam rumah. Saat ia memasuki rumah itu, kenangan-kenangan masa lalunya kembali lagi. Ia sangat bahagia sekaligus sedih. Ia pun kembali ke Chanyeol. Ia tidak ingin lelaki itu marah karena terlalu lama menunggu.
“Kenapa lama sekali?” keluh Chanyeol
“Ah bawel, sebentar doang juga. Berdirilah, pakai krug mu ini.” Perintah Yeri sembari menyerahkan krug
“Kenapa?”
“Kau tidak lihat tangga itu?” tunjuk Yeri pada sebuah tangga yang mengarah ke pintu utama rumah itu.
“Hihi iya ya? Baiklah, bantu aku berdiri dulu.”  Yeri pun menggenggam kedua tangan Chanyeol supaya ia tak jatuh
“Kenapa kau berat sekali sih?!” keluh Yeri
“Diam kau!”
“Susah tauk! Aku harus mempertahankan supaya kau tidak jatuh sementara aku juga harus memegang krug mu!” jawab Yeri.
Setelah Chanyeol berdiri dengan krug, Yeri membawa kursi roda itu dan kedua orang itu masuk ke rumah itu dengan perlahan. Mereka sampai di ruang tamu.
“Akhirnya sampai juga.”
“Dari tadi juga sudah sampai.” Sahut Yeri
“Haish”
Setelah itu mereka diam, kikuk.
“Emmm, kamarmu ada di mana? Biar aku bawakan barangmu ke sana.”
“Kamarku ada di lantai dua, di sana ada 3 kamar, kamarku pintunya ada tulisannya Chanyeol’s Room.”
“Kekanak-kanakan!” sahut Yeri
“Itu 15 tahun yang lalu asal kau tahu saja ya!”
“Memangnya kau pikir aku peduli?”
Yeri pun bergegas ke kamar Chanyeol, ia membawa 2 koper Chanyeol ke kamar yang Chanyeol tunjuk tadi. Sebenarnya ia sudah tahu dimana kamar Chanyeol. Tapi ia harus berpura-pura tidak tahu. Sesampainya di kamar Chanyeol, ia benar-benar tak tahu harus bagaimana. Banyak sekali foto-foto mereka saat masih kecil. Banyak gambaran-gambaran mereka yang ditempelkan di sebuah papan yang ditempelkan di dinding kamar hijau itu. Yeri memandanginya satu persatu. Ia tersenyum tapi juga menangis. Betapa ia merindukan sahabat kecilnya sekaligus cinta pertamanya itu.
“Hei Pembantu!!” teriak Chanyeol. Yeri pun tersadar dan mengusap air matanya dan kembali ke bawah.
“Maafkan aku, aku bingung tadi.” Jawab Yeri
“Aah kau ini tahu apa?! Cepat antarkan aku ke kamarku!” perintah Chanyeol
“Ke atas?”
“Memangnya kamarku dibawah tanah?!” sahut Chanyeol
“Baiklah, ayo.” Jawab Yeri
Akhirnya Yeri merangkul pundak kanan Chanyeol supaya tidak jatuh. Ia menuntunnya perlahan berjalan ke atas. Sementara tangan kiri Chanyeol memegang krug. Chanyeol terlihat kerepotan dan kelelahan. Ia berhenti melangkah.
“Aku tidak mau menggunakan krug ini!” seru Chanyeol sembari melempar krug itu.
“Apa yang kau lakukan?! Kau sudah gila ya?!”
“Pegang tangan kiriku saja, eem jangan lupa kau juga harus merangkul pinggangku supaya aku tak jatuh!”
“Kan aku sudah merangkul pundakmu.”
“Kau itu lebih pendek dariku! Rangkulanmu tak akan kuat!” seru Chanyeol
“Tapi..”
“Kau mau aku jatuh lagi? Oooh apa ini yang namanya tanggung jawab hah?!” sahut Chanyeol
“Baiklah, aku kupegang tangan kirimu dan akan ku-rang-kul ping-gang-mu itu!” balas Yeri penuh penekanan.
“Kalau begini kan aku tenang.” Jawab Chanyeol dengan senyum jahat.
Yeri melanjutkan memapah Chanyeol ke kamarnya. Setelah itu, Yeri menidurkan Chanyeol. Ia menyelimuti Chanyeol. Setelah itu ia menata pakaian Chanyeol di lemari.
“Hei, ambilkan HP ku.”
“Kau tidak lihat aku sedang apa?! Ambil saja sendiri!”
“Jaga ucapanmu! Aku ini bos mu!” seru Chanyeol
“HP mu dimana?!”
“Di saku jaketku tadi.”
“Jaketmu dimana?”
“Di ruang tamu”
“Kau mau membuatku turun lagi?! Aaaaah merepotkan!”
“Salah sendiri banyak tingkah!”
Yeri harus kembali turun mengambil segalanya yang ada di ruang tamu supaya ia tak harus naik turun lagi.
“Ini” ucap Yeri kesal sambil menyerahkan ponsel hitam milik Chanyeol
“Terima kasih.” 
“Kau bisa mengucapkan terima kasih juga ternyata.”
“Tentu saja.”
Yeri kembali merapikan pakaian Chanyeol. Chanyeol pun melirik-lirik Yeri berfikir apa yang harus ia lakukan untuk mengerjai Yeri. Chanyeol pun tersenyum licik.
“Hei”
“Apa lagi?”
“Kau tidak berfikir jorok kan?”
“Tentang apa?”
“Kau sedang merapikan pakaianku pasti kau akan menemukan pakaian dalamku.”
“Kau gila?!” Yeri berdiri menghadap ke Chanyeol
“Pipimu memerah tuh.” Chanyeol semakin menggoda Yeri
“Tidak, kau salah lihat. Memang kalo cedera otaknya akan sedikit bergeser.”
“Hei, jangan sembarangan yaaa.”
“Fokus saja pada ponselmu.”
Setelah selesai merapikan pakaian Chanyeol. Yeri merapikan kamar Chanyeol karena memang sedikit kotor.
“Kau mau apa?”
“Apanya?”
“Kau mau makan atau apa tidak Tuan Chanyeol??” tanya Yeri geram
“Ooooh, memangnya kau bisa memasak?”
“Bisa.”
“Ya sudah, belanja bahan makanan sana, nanti masak terserah apa saja. Ini uangnya.”
“Baiklah, aku pergi dulu. Kau tidak apa-apa sendirian?”
“Woooo kau perhatian sekali padaku, hmmmm aku jadi yakin kalau kau akan menyukaiku.” Goda Chanyeol
“Jangan harap!”

Please Remember MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang