Part 1

2.2K 60 11
                                    

REVISI, 9 Juli 2017


Seorang gadis terus cemberut di depan meja makan, sedangkan laki-laki yang sebaya dengan nya terus melayangkan tawa. Bermaksud mengejek. Ia makan dengan lahap,  sedangkan gadis di seberang terus menatap tajam. Makanan yang sedari tadi hanya ditusuk-tusuk menggunakan garpu, sesekali ia melemparkan plototan tajam.

"Kalian ini kenapa sih, tiap hari kerjaan nya berantem terus. Mama pusing liat nya"ucap mama Ratih seraya memegangi kepala nya.

Meskipun kadang ada rasa lelah mengurus dua anak nya yang berbeda jenis ini, karena selalu meributkan hal-hal yang tidak penting, Ratih tetap sabar menghadapi tingkah kedua nya yang kekanakan meskipun umur mereka yang menginjak usia 17 tahun. Ia tetap menyayangi kedua anak nya. Kedua nya memang sering adu mulut, tapi jauh dari itu mereka saling menyayangi. Mungkin bertengkar adalah salah satu bentuk  rasa sayang kedua nya.

Seperti satu minggu lalu, saat liburan akhir semester kedua nya cekcok karena memiliki destination liburan mereka masing-masing, dan tidak ada yang mau mengalah karena sama-sama ingin diprioritaskan. Ratih sampai memijit dahi nya beberapa kali akibat ulah anak nya yang sama-sama mogok makan selama permintaan mereka dikabulkan. Hendra, suami nya pun sampai kualahan menghadapi tingkah mereka.  Mengajak kedua nya liburan adalah suatu keputusan yang salah. Ia sampai harus membereskan ruang kerja nya beberapa kali karena Arsen dan Rea merubah tempatitu seperti gudang. Bahkan dokumen-dokumen penting yang harus dipresentasikan besok harus ia buat kembali dalam satu malam karena ulah mereka yang melayangkan segala nya entah kemana.

Tapi setelah 3 hari membuat keributan di ruang kerja nya, mereka berbaikan entah apa alasan nya. Ia dan istri nya pikir, semua nya sudah pulih seperti semula. Nyatanya mereka menodong kedua orang tua nya untuk pergi ke destinasi liburan yang sama tapi nggak tanggung-tanggung dengan biaya yang super mahal. Bahkan hampir menghabiskan kartu ATM nya.

"Sampai  kapan kalian mau diem-dieman kaya gini hmm?" tanya Ratih sesekali melihat kearah meja makan, karena posisi nya sedang di dapur membuatkan kopi untuk suaminya.

"Sampai dia minta maaf sama aku" jawab Rea singkat, dan kembali fokus menusuk-nusuk makanan nya.

"Selamat pagi semua..."

Hening. Tidak ada yang respon seperti biasanya. Membuat kerutan di dahi Hendra terlihat karena bingung. Ia peka akan aura permusuhan di meja makan sejak di tangga tadi, langsung melihat ke arah Ratih seperti 'bertanya ada masalah lagi?'. Ratih mengangguk seraya menaruh kopi di meja makan.

"Nggak ada yang mau jelasin ke papah?"

Hening

"Oke...papah akan jual lagi peralatan gym kamu Arsen dan Rea... papah akan..."

"Memindahkan aku di samping kamer Arsen" Rea memotong ucapan papah nya karena sudah tau hal itu yang menjadi ancaman papah nya sejak dulu. Ia paling malas jika harus tidur di kamar yang berdekatan dengan kamar Arsen. Karena laki-laki di hadapan nya tidak tau waktu, aturan dan sopan santun. Pernah waktu itu Rea tidur dikamar yang saat ini ia hindari, dan Arsen dengan sengaja memainkan alat musik dan bernyanyi dengan iringan dan suara yang entah kemana arah nya. Ia menyanyi dengan suara yang begitu memekakan telinga bahkan suara nya sangat buruk untuk didengar. Sudah pasti hal itu akan menganggu kenyamanan Rea, terutama saat dia tidur.  Laki-laki itu memang tidak bakat di dunia seni. Menggambar saja dia tidak bisa, dan tulisan nya pun begitu amburadul.

Dewasa Itu MenakutkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang