Part 12

427 17 0
                                    

REVISI, 7 Agustus 2017



Pandangan Arsen dan Rea langsung beralih ke arah ruang tamu dan mendapati Ratih juga Daisy berdiri mematung di sana.

Daisy masih memegangi mulut nya, sehabis berteriak tadi. Ia begitu terkejut melihat Arsen dan Rea berada dalam posisi seperti itu. Bahkan sampai sekarang Arsen masih menautkan tangan nya pada pinggang gadis itu. Ratih melihat nya sekilas, lalu menyuruh Daisy duduk dan izin ke atas terlebih dahulu. Setelah itu memberi kode pada anak laki-laki nya untuk ikut  ke atas, tanpa mengikutsertakan Rea. Karena sebelum itu Ratih menyuruh Rea untuk membuatkan minum untuk Daisy. Rea tau itu, pasti ia tidak diperbolehkan nimbrung dalam pembicaraan ini. Tapi dia tidak mau memaksa untuk ikut, ia sadardiri statusnya dalam keluarga ini hanya sebagai anak asuh atau bahkan anak dari sahabat Ratih dan Hendrik. Jadi Rea masih memiliki sopan santun untuk tidak berbuat seenak nya sendiri seperti biasa.

Rea menatap kepergian Ratih dan Arsen yang perlahan meghilang lalu menatap sekilas Daisy dengan masih menampilkan ekspresi terkejutnya. Jika bukan karena Ratih yang menyuruh, ia tidak akan sudi membuatkan minum untuk perempuan mulut pedas itu. Dengan malas Rea melangkah ke dapur tempatyang tadi ingin ia pijak sebelum akhir nya Arsen menghentikan langkah nya dengan pelukan menyejukan hati.

Mengingat hal itu kedua sudut bibir nya tertarik keatas. Secepat itu mereka berbaikan. Tapi ada hal yang masih mengganjal dipikiran nya. Yaitu perihal mereka bisa bertukar kontak. Jika saja Daisy tidakberteriak histeris dengan bodoh nya, Rea mungkin sudah mengetahui akan hal itu.Memang selain mulut pedas nya juga suka merusak suasana.

Rea meletakan segelas air putih di meja dengankasar. Wanita di hadapan nya hanya melotot dan Rea membalas nya dengan tatapanyang sama.

"Cuma air putih aja?" tanya Daisy, menunjuk gelas dihadapan nya dengan remeh.

"Siapa bilang" jawab Rea ketus. Untung tidak ada Ratih kalo ada mungkin ia tidak bisa membalas perlakuan sinis wanita di hadapannya ini.

Daisy berdecak seraya bersedekap dengan angkuh.

"Kamu ini Cuma anak orang lain yang dianggep keluarga oleh Ratih. Jadi jangan ngelunjak maen peluk Arsen seenak nya. Apa gakmalu?" tanya menyindir. Rea memang cukup sakit hati mendengar perkataan Daisy. Namun dia harus bisa mengendalikan diri.

"Gak kok udah biasa. Bahkan biasa nya lebih dari itu" Rea mulai memanas-manasi Daisy. Rupanya Daisy tertarik dengan pembicaraannya itu sehingga yang awal nya duduk menyamping kini menghadap ke arah nya. Reatersenyum melihat respon tubuh wanita di hadapan nya. "Biasa nya Arsen cium ini, ini, ini" Rea menunjuk dahi, pipi kanan dan pipi kiri dengan jari. "Hidung, mata atau bahkan..." Rea menghentikan jari telunjuk nya di bibir lalumenggerakan nya ke kiri dan ke kanan. Sontak saja Daisy melotot dan menunggukalimat selanjut nya, apakah seseuai dengan apa yang ia pikirkan. Tidak sabar dengan tingkah Rea, akhir nya Daisy angkat bicara.

"Bibir?" tanya nya. Membut Rea menoleh dan tersenyum.

"Ahh.. boleh juga tuh saran tante. Nanti aku bisaminta Arsen cium di sini" Rea ingin tertawa terbahak melihat ekspresi Daisy yang kesal. Sungguh sangat jelek. Ia mengetuk bibir nya dua kali.

Daisy membuang napas jengah. Lalu menyilangkan kakinya karena saat ini ia sedang memakai rok pendek. Bukan nya dia lebih memalukan, sudah tua tapi cara berpakaian tidak tau umur. Pamer aurat. Dasar mulut pedes tidak tau diri.  Tidak punya sopan santun. Ingin rasa nya Rea mengikat mulut itu dengan kuncir rambut yang ia pakai. Sudah tua bukan nya bertobat, memperbanyak amal malah memperbanyak dosa.

Dewasa Itu MenakutkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang