Part 10

422 13 0
                                    

REVISI, 27 Juli 2017



Jika saja Arsen tidak mendiamkan nya. Sudah pasti Rea akan protes, dia tidak habis pikir dengan tindakan Arsen saat ini. Bagaimana bisa Arsen dengan siap siaga menjemput seseorang yang belum ia kenal.Dan bagaimana bisa mereka saling bertukar kontak?. Semua pertanyaan berkumpul di kepala Rea.

Sakit rasa nya, ada gadis selain diri nya di mobil ini. Gadis yang ia takuti. Bukan, bukan takut karena ancaman nya atau apapun karena memang gadis ini tidak bertindak jahat atau bahkan mengancam nya. Rea takut jika Adara, akan merebut Arsen nya. Arsen hanya milik nya. Tidak boleh ada gadis lain yang merebut perhatian nya. Tapi kalimat itu kini pupus, karena sekarang gadis itu berhasil mencuri perhatian Arsen. Rasa sakit karena dijauhi Arsen saja masih terasa, ditambah sekarang perhatian Arsen sedikit lagi terbagi bukan sedikit lagi tapi sudah terbagi.

Tak sadar, kristal bening jatuh dengan pelan di pipinya. Rea pun memalingkan muka nya, menghadap luar. Berusaha menutupi tangisnya. Ia mengigit bibir bawah nya, menahan isakan yang seperti nya akan meledak.

"Berhenti" ucap Rea memecahkan keheningan diantara ketiga nya. Sontak membuat Arsen dan Adara menengok ke arah nya. Arsen tak kunjung menghentikan laju mobil nya.

"Aku bilang berhenti. Hentikan mobil nya" ucap nyalagi sedikit meninggi.

Arsen diam, lalu menepikan mobil ke pinggir. Menuruti apa kata Rea. Setelah mobil berhenti, Rea langsung membuka pintu mobil dan menutup nya dengan kasar. Membuat orang yang ada di dalam mobil terjingkut. Arsen hanya menatap kepergian Rea tanpa bertindak mencegah seperti biasa nya. Ia memijit pangkal hidung nya dan memejamkan mata nya sejenak.

Adara yang menyadari aura tidak enak di sini, jadi serba salah. Apakah mereka bertengkar karena nya?. Tapi dia tidak berniat buruk, membuat kedua nya seperti ini. Apalagi, ia sempat melihat linangan air mata Rea yang tidak kentara. Dia ikut menebeng karena tidak ada taxi atau pun angkutan umum. Dan kakak nya tidak menjemput, entah dorongan darimana ia memencet nomor Arsen yang telah laki-laki itu berikan, bukan tapi dia yangmeminta. Awal nya ia tidak yakin Arsen akan mengangkat telfon nya, tapi alangkah bahagia nya saat panggilan itu berubah menjadi suara seseorang.  Adara hanya ingin ke sekolah, tapi tak ada kendaraan jadilah menghubungi Arsen.

Tapi kenapa ada rasa senang dalam hati nya, melihat Rea keluar dari mobil ini. Adara langsung menggelengkan kepala nya. Ini tidak boleh terjadi, dia berniat berteman meskipun memang menyukai laki-laki di depannya. Tapi dia tidak berniat merebut pacar orang. Tunggu pacar? Apakah mereka memang benar pacaran? Ah.. kenapa lupa menanyakan hal itu.

Saat sibuk dengan pikiran nya sendiri, tiba-tiba mobil kembali melaju. Adara pikir Arsen akan mengejar Rea, namun tidak. Mobil itu terus melaju menuju sekolah nya. Kasihan juga Rea, pikir nya.

***

"Ma.." belum sempat Adara berterima kasih. Arsen sudah keburu pergi, dan lari dengan cepat meninggalkan nya di parkiran. Tidakada percakapan yang terjadi di dalam mobil. Arsen hanya diam, seperti nya memikirkan sesuatu. Mungkin Rea.

Wajah ceria Adara berubah masam. Dia pikir mudah mendekati Arsen. Ternyata salah, masuk diantara pertemanan mereka sungguh sulit. Baik Arsen atau Rea, sangat sulit didekati. Tunggu teman? Kenapa jadi plin-plan. Pusing jika memikirkan status mereka, karena terlalu dekat jika hanya disebut teman atau sahabat.

Dewasa Itu MenakutkanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang