TIGA

14.4K 653 18
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika bisa meminta Zia sangat ingin menukar posisi dengan bundanya sekarang, hanya mendengarnya saja membuat semua saraf Zia terasa mati sampai tidak menyadari bahwa saat ini kedua pipinya sudah basah.

"Dok, apa gak ada jalan lain dok supaya bunda saya bisa sembuh ?"Nafasnya seolah tercekat saat dokter itu menggeleng. "Kondisinya sudah sangat parah, ibu kamu sepertinya sengaja membiarkan penyakit itu terus menyerang dirinya, sudah sangat terlambat sekarang, kamu harus bisa menerimanya, apapun yang terjadi".

Dokter itu mengusap punggung tangan Zia, tidak bisa berkata apa-apa lagi, Zia keluar berjalan menemui bundanya yang terbaring lemah. Yang dilakukan Zia hanya duduk, menangis sambil menggenggam tangan bundanya sampai jam menunjukkan pukul 10 malam. Perlahan Bundanya membuka mata dan merasa asing dengan ruangan yang ditempatinya. "Ini dimana ?" tanya bundanya serak.

"Rumah sakit bunda, bunda kenapa gak bilang sama Zia kalau kanker bunda udah stadium akhir ? bunda kenapa mau kalah sama penyakit sih ? bunda gak inget bunda masih punya aku", suara Zia juga sudah parau, kedua matanya sangat sembab karena yang dilakukan hanya menangis sedari tadi. Diana menarik tangannya dari tangan Zia.

"Buat apa ? toh ujung-ujung nya juga mati, lagian mau dapet uang darimana ? kamu pikir biaya berobat itu murah ? buat hidup saja masih melarat, masih bisa makan dan gak kelaperan udah untung. Semua tujuan manusia itu mati Zia, kamu harusnya mengerti itu"

"Tapi setidaknya bunda bilang sama aku, aku bisa cari uang buat biaya berobat Bunda"

"Mau kerja apa hah ? kamu itu masih terlalu muda, mau jual tubuh kamu ? buat apa bunda susah-susah nyekolahin kamu dari kecil kalau akhirnya nasib kamu sama kayak bunda ?"

"Zia bisa bunda nyari uang dengan cara lain, Zia masih bisa kerja apapun selain itu. Zia cuma punya bunda, gimana jadinya hidup Zia nanti kalo Bunda ninggalin Zia ? bunda satu-satunya alasan Zia masih bertahan sampai sekarang bunda, seandainya bisa, Zia bakalan minta buat tukar posisi dengan bunda sekarang"

"Ngomong apa sih kamu itu ? sudah mending kamu pulang saja sana, besok kamu harus sekolah". Diana mengalihkan wajahnya agar tidak menatap Zia, ia tidak kuat melihat putrinya seperti itu, meskipun selama ini Diana tidak pernah berkata halus pada anaknya, namun jauh dalam hatinya ia sangat menyayangi putri semata wayangnya itu, Diana juga tahu bahwa Zia sudah hidup tersiksa karena ulahnya.

"Zia mau disini bunda, Zia gak mau sekolah", akhirnya pertahanan Diana runtuh, air matanya lolos, ia kemudian melihat Zia, lalu menggenggam tangan anaknya.

"Zia, masa depan kamu itu masih panjang, bunda sepeti ini itu cuma demi kamu, demi kamu biar gak dipandang rendah sama orang lain, kamu itu mahal Zia, kamu satu-satunya harta bunda, bunda cuma mau kamu sukses, jangan jadi seperti bunda ya, sekarang kamu pulang, besok sekolah, bunda baik-baik aja disini" ucap Diana lembut. Zia memeluk bundanya, tangisnya semakin menjadi, Diana membelai kepala Zia.

HEART & HURT (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang