V - Ciao Adiós

782 53 0
                                    

Playlist:
Cold Water - Major Lazer Ft Justin Bieber & MØ
Di repeat ya genkz lagunya❤️ di mulmed udah ada kok lagunya, biar ga ribet search di JOOX aja ya lagunya biar bisa di repeat.

Baca juga ya cerita-cerita sebelum ini;
• Friendzone? [tamat]
• We Belong Together [tamat]
• Show You [on going]

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Enaknya jam kosong tuh gini, gue sama Sindy udah stay di kantin. Kalau Gina, dia masih belajar di kelasnya. Dan gue bersyukur banget karena jam kosongnya itu sampai pulang. Gila, mantap abis. Semenjak Fachri pergi ke kelasnya, Rizky—ketua kelas—bilang kalau dari jam pertama sampai pulang sekolah kelas gue nggak bakalan ada guru, memang rejeki anak sholehah, disaat gue lagi badmood kayak gini, nggak dipusingin lagi sama pelajaran-pelajaran yang rasanya bisa bikin gue mau pingsan.

"Sha.. Bentar lagi mau jam istirahat tahu, lo nggak beli makan? Nanti keburu rame." Sindy memecah keheningan, gue mendongak. Lalu berdecak, "ya ampun Sindy, lo udah jajan apa aja disini? Buang dong sampah-sampahnya." Meja kantin yang gue dudukin sekarang udah mulai penuh sama sampah bekas makanan Sindy.

"Iya ini mau gue buang, kok. Sabar aja sist."

Sindy tuh definisi makan banyak tapi nggak bisa gendut. Nggak Gina, nggak Sindy sama aja. Sama-sama doyan makan, ckckck.

"Sha, Sha, liat." Sindy memberi petunjuk lewat matanya, "apaan?" Sindy menunjuk ke arah pintu masuk kantin, "liat dulu itu cepetan."

Gue menarik tangan Sindy brutal, ya Tuhan. Rezeki apa gue bisa ngeliat Arfan si adik tampan pagi ini. "Asli, Arfan ganteng banget ya. Kayak gitu aja masih jomblo, sayang aja gue udah punya Fachri."

"Yee mulai deh lo ganjen!"

"Putus sama Fachri bisa dapetin Arfan nggak ya?"

Lagipula gapapa juga kali ya? Fachri mainin perasaan gue, ya gue juga harus mainin perasaan doi! Nggak deng. Canda akutuh.

"Nggak usah macem-macem. Nggak setuju gue kalau lo sama Arfan, gue juga mau sama dia! Tolong banget, mending lo mundur aja. Biar gue yang maju." Gue terkekeh, "lo mau maju kemana? Awas nabrak."

Sindy mendengus sebal.

"Mana nih si lacoste, biasanya sebelum istirahat dia udah ada disini." Sindy celingak-celinguk, gue mengangkat bahu acuh. "Masih belajar sosiologi, tadi Gina bilang."

"Pagi cewek-cewek manis."

Gue menatap Dino dengan senyuman manis, walaupun kelihatannya dia tuh ganteng tapi nggak usah kaget kalau ternyata dia satu tipe sama Fachri. Ya hampir 11-12 lah, tapi mendingan Dino kemana-mana sih, tetep aja, cinta kedua gue di SMA. Yang satu tetep Fachri. Astaga si bucin.

Tapi sayangnya pas tahu kelakuan dia kayak gimana, gue malah lebih suka kalau dia jadi temen gue dibandingkan jadi pacar—tapi masih ada lah rasa sedikit mengagumi ketampanan Dino yang nggak manusiawi. Tapi agak kecewa sih dulu, Dino lebih milih Sindy dibanding gue. Huft.

Yauda lah ya, lagian juga manusiawi kali suka sama cowok ganteng. Ya kan? Iyalah. Ini tuh fakta yang semua orang pasti pernah ngalamin!

"Pagi Kesha, tambah cantik aja pagi ini. Sindy enggak dulu deh. Tapi bercanda, Sindy lo tambah cantik juga, cuman sayang. Galak." Sindy lantas menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kalau Fachri denger, bisa heboh nih kantin! Lagian lo bisa diem nggak, Dinosaurus? Apa lo bilang? Gue nggak suka ya dikomentarin sama mulut lo yang kayak cewek itu."

Ciao AdiósTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang