XXIX - Ciao Adiós

619 42 16
                                    

Playlist:
Tabu - Brisia Jodi
Di repeat ya genkz lagunya❤️ di mulmed udah ada kok lagunya, biar ga ribet search di JOOX aja ya lagunya biar bisa di repeat.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Saat gue sedang duduk sendirian di koridor kelas sehabis pulang sekolah sambil menunggu Sindy dan Gina yang lagi sibuk sama mading di ruangannya, Vando menghampiri gue. "Sendirian aja, jomblo kali?" Godanya. Gue tidak menggubris ucapan Vando itu dan lebih memilih untuk diam sambil memandangi lapangan sekolah yang terlihat sepi. Matahari lagi terik banget sinarnya, huft.

Gue menaruh kepala gue di antara tangan gue yang ada di atas kaki gue, masih sedih banget kalau inget pertengkaran gue sama Fachri seminggu yang lalu.

"Tumben diem aja, biasanya juga ketawa-ketawa sama anak-anak di dalem? Lagi ada masalah ya, Sha?"

Gue mengangguk singkat diiringin dengan senyuman miris. "Masalahnya makin lama malah makin rumit, dan gue nggak tahu harus gimana sekarang, Do. Fachri marah sama gue karena gue ngelabrak Navia waktu itu, tapi kejadiannya tuh udah lama sih dan baru diungkit sama Fachri semingguan yang lalu. Udah gitu sekarang statusnya Navia udah jadi jomblo, sialan." Senyuman getir langsung terlihat, "gue takut.. takut kalau gue harus putus dari Fachri sekarang. Gue masih belum bisa rasanya, susah buat ngelupainnya."

"Gue tahu gue salah ngelabrak Navia, tapi gue ngelakuin ini karena gue harus mempertahankan hubungan gue sama Fachri disaat ada orang asing yang mencoba untuk masuk! Tapi Fachri marah banget, gue sebel banget rasanya. Fachri lebih milih belain Navia dibanding harus ngertiin posisi gue kemarin." Tangan gue menyentuh lengan Vando, dan menggerak-gerakannya. Vando menengok ke arah gue, tatapannya..

"Menurut lo, sikap gue kemarin benar, kan? Ya siapa sih, yang mau hubungannya ada orang ketiga?" Gue berusaha untuk membela sikap gue yang kemarin, yang menurut Fachri itu salah! Please deh, namanya juga cewek!

"Gue bingung, yang penting sekarang lo janji untuk nggak ngelakuin hal itu lagi, karena nanti bakalan ada resiko juga yang bakalan lo tanggung. Ngerti kan?"

Gue mengangguk setuju, tapi perasaan gue langsung sedih karena Fachri minta gue sama dia untuk sama-sama saling introspeksi diri, ya bagus sih, cuman.. gimana kalau nanti kenyataannya Fachri malah mau putus dari gue? Duh, gimana dong?

"Terus, yang berhasil buat lo galau kayak gini, itu karena apa?"

Gue menghembuskan napas panjang.

"Fachri bilang kalau kita berdua butuh waktu untuk saling introspeksi diri masing-masing. Oke, gue ngerti. Tapi Fachri nggak pernah ngerti kalau gue ngelakuin ini semua juga buat kita berdua!" Pokoknya kesal juga! Kenapa sih Fachri nggak pernah liat pengorbanan gue? Hih, sebel!

"Lo serius? Fachri bilang kayak gitu? Nggak kebalik?"

Padahal kan kemarin-kemarin gue yang mau kayak gini sama Fachri, tapi kenapa sekarang jadi kebalikannya gini, sih? Seharusnya tuh kan gue yang ngomong kayak gitu, bukan diaaaaaa!

Padahal juga, kemarin-kemarin kan gue yang nggak terlalu ambil pusing mau Fachri kayak gimana juga, tapi sekarang beda... gue benar-benar sayang banget sama dia, itu alasannya. Salah gue sih, dariawal gue udah bilang ke diri gue sendiri kalau jangan terlalu bawa hati sama hubungan ini. Tapi yakali gitu, dua tahun gue nggak benar-benar bawa hati? Nggak mungkin, kan?

Ciao AdiósTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang