XIX - Ciao Adiós

610 44 4
                                    

Playlist:
Pergilau Kau - Sherina
Di repeat ya genkz lagunya❤️ di mulmed udah ada kok lagunya, biar ga ribet search di JOOX aja ya lagunya biar bisa di repeat.

🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾🌾

Kalau aja bukan karena guru fisika gue tahu kalau gue sama teman sekelas nyontek pas ulangan, mungkin sekarang gue lagi makan pecel ayam ditambah es teh manis di kantin. Shit, kenapa bisa coba sampai ketahuan gitu? Padahal jawabannya udah gue salahin 2, tapiii.. ah, sudahlah. Berdiri menghadap tiang bendera dibawah terik sinar matahari siang tuh rasanya.. hhh, nyebelin!

Dan yang lebih nyebelinnya lagi kali ini adalah, tepat pada hari ini dan jam ini pula, kelasnya si lacoste busuk alias Fachri lagi olahraga! Lengkap sudah kesialan dihidup gue hari ini. Thank, god.

Gue cuman malas jadi bahan bercandaannya Fachri dan kawan-kawan, huft.

"Aduh, aduh, pusing.." ringisan kecil keluar dari mulut Sindy, disusul keluhan demi keluhan dari mulut teman-teman cewek gue. Kalau yang cowok sih, masih diem. Strongggggg!

"Kamu lagi ngapain disini? Di hukum, ya?" Gue tersentak kaget, Fachri berdiri disamping gue dengan wajahnya yang lagi nahan ketawa.

Gue nggak mau jawab, pokoknya masih marah! "Kok bisa dihukum kayak gini? Nakal sih kamu. Kepanasan, ya?" YA MENURUT LO? Siang-siang gini dijemur di lapangan, apa nggak panas?! Lebih panas lagi kalau liat dia sama Maudy. Huft.

Gue menatap Fachri bingung saat tangannya menutupi rambut gue, menghalangi sinar matahari ke rambut gue. So sweet..

Tapi, nggak! Nggak! Nggak! Gue nggak boleh luluh gitu aja!

Gue menghempaskan tangan Fachri dari rambut gue, dan langsung berpindah posisi dengan Sindy. Males banget. Gue masih mau marahan pokoknya. "Duh, Ri, kalau si Kesha nggak mau diromantisin, sini ke gue aja deh. Kayak tadi dong tangannya, rambut gue udah bau gosong nih." Sindy menarik tangan Fachri ke rambutnya.

IH APA-APAAN COBA?!

Gue manarik Sindy menjauh dari Fachri, "nggak usah genit jadi cowok! Sekarang Sindy mau kamu modusin juga, hah?!" Gue menatap Fachri heran.

"Apasih? Siapa juga yang mau modusin Sindy?" Fachri menggaruk tengkuknya, "kamu masih marah? Ini udah 3 hari lho, Sha? Masih kuat emangnya nyuekin aku? Nggak kangen, gitu?"

Ngapain kangen sama cowok yang belum tentu kangen balik sama gue!!! Tapi kangen banget. Mau peluk. :(

"Nih Ri, gue pinjem payung punya si Putri. Nanti lo aja yang balikin ya." Gina menyerahkan payung berwarna pink ke tangan Fachri.

"Gina, lo mau-mau aja disuruh sama dia sih! Ya ampun." Gina cuman nyengir, "kasihan banget lo berdua. Tapi gue ganti baju dulu ya, udah gerah banget nih. Fachri! Lo yang bener ya payungin princess lo, kasihan mukanya merah gitu."

Fachri langsung membuka payung tersebut, dan mengarahkannya ke atas kepala gue. Ahhh, akhirnya... Sindy mendorong tubuh gue pelan, agar dirinya bisa gabung dibawah payung yang ukurannya cuman cukup buat satu orang. Gue mengelap keringat di kening dan juga leher menggunakan tisu.

"Sini aku aja yang—" gue langsung melotot kearah Fachri, mau ngapain coba? Bantu elapin keringet gue? Hih, jangan harap!

Ciao AdiósTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang