Brugh!
"Jungkook!"
Jungkook terpaku. Kepalanya tertunduk, menatap pistol di tangannya, yang telah ia tembakkan salah satu dari isinya. Tangannya bergetar, begitu pula bibirnya, tak mampu menahan sakit dari hatinya.
Seokjin pun terdiam. Namun kemudian, ia melangkah perlahan mendekati Jungkook. "Jeon Jungkook, tenanglah...," katanya hati-hati.
"DIAM!" teriak Jungkook. Kini pistolnya ia arahkan pada Seokjin. Ia menatap Seokjin, dengan matanya yang berkaca-kaca.
Seokjin tak melanjutkan langkahnya. Ia balas menatap Jungkook iba. "Kau tak perlu melakukan ini, oke? Aku hyung-mu, kau ingat?" katanya lagi, berusaha menenangkan pria dengan pistol itu.
"Berhenti mengatakan itu! Kau bukan hyung-ku! Aku benci kau!" teriak Jungkook. Kini air matanya mulai mengalir membasahi pipinya. Walau demikian, tangannya masih dengan posisi akan menembak Seokjin.
"Aku hyung-mu, Jungkook, dan akan selalu menjadi seperti itu. Kau ingat siapa yang selalu mengantar dan menjemputmu saat kau masih sekolah dulu? Siapa yang memasak untukmu saat kau lapar? Siapa yang memberikan mainan besar untukmu sebagai hadiah ulang tahun walaupun kau sudah terlalu dewasa untuk itu? Siapa yang-"
"Tapi kau telah menyakitinya! Kau tidak tahu betapa aku mencintainya! Kau justru menodainya! Bahkan membiarkan teman-teman yang lain melakukannya juga! Hyung macam apa kau!"
"Aku sedang mabuk saat itu, oke? Yang lain juga sedang mabuk. Kau ada di sana saat itu, Jungkook. Kau tahu bahwa kami di bawah pengaruh alkohol, kau tahu kami tidak bermaksud melakukan itu,"
Jungkook terdiam. Kini ia menurunkan pistolnya. Ia menoleh ke arah lantai, tempat Luna terbaring -mati. Lantai di sekitarnya mulai tergenang cairan berwarna merah -darah dari kepalanya yang Jungkook tembak.
Jungkook menghempaskan tubuhnya ke lantai -bersimpuh. Kedua tangan Jungkook berpindah, menutupi wajahnya. Ia mulai menangis. Ia tidak pernah merasa sehancur itu.
Tidak. Ini kedua kalinya hatinya hancur. Dan sakit hati itu karena alasan yang sama, yaitu gadis yang ia cintai, Luna.
"Harusnya aku hentikan kalian saat itu. Harusnya tak kutinggalkan ia bersama kalian. Harusnya aku tahu kalian terlalu mabuk untuk berpikir jernih," isaknya.
Seokjin kembali mendekatinya, masih dengan hati-hati. Ia ikut bersimpuh di lantai, di hadapan Jungkook. Tangannya menepuk pundak Jungkook.
"Kookie, hentikan ini, ayo kita pulang bersama, dan aku akan mengantarmu, memasak makanan kesukaanmu, menonton film, seperti dulu," bisik Seokjin.
Jungkook menengadah. Ia menatap Seokjin. Air mata masih menggenangi kedua netranya, namun tatapannya berubah dingin.
"Baik. Ayo hentikan ini,"
Dor!

KAMU SEDANG MEMBACA
lies
Misteri / ThrillerSatu grup chat dengan tujuh laki-laki yang memiliki rahasia yang sama, satu orang asing ber-username unknown, dan kepungan rasa takut. a bts fanfiction ©nainoh #6 in Mystery / Thriller Completed: 2017, January 8.