32

12K 2.5K 242
                                    

Isak Seokjin mendadak terhenti. Kini ia terpaku, menatap seseorang yang muncul itu. Bahkan ia tidak percaya akan apa yang kedua matanya lihat. Mulutnya menganga, namun tak mampu mengatakan sepatah katapun seiring gadis itu menampakkan dirinya.

Ya, seorang gadis. Seokjin mengenal betul sosok gadis itu. Rambut cokelat panjangnya, mata bulatnya, dan bibir tipisnya. Gadis yang selalu berusaha Seokjin lupakan, walau usahanya selalu gagal karena bayang-bayang gadis itu selalu mengganggu Seokjin.

"Luna?" tanya Seokjin, bahkan ia tidak percaya akan apa yang ia katakan.

Gadis yang dipanggil Luna itu mengangguk. "Kau terkejut?" tanyanya sambil terkekeh pelan.

Seokjin menatap Taehyung sejenak, kemudian kembali berpaling ke arah Luna -bingung. "Tapi kau sudah-"

"Mati?" potong gadis itu.

Seokjin tidak menjawab, membenarkan tebakan Luna dalam diam. Luna menatap Taehyung, dan seakan mengerti arti tatapan itu, Taehyung memberikan pistol yang ia bawa pada gadis itu.

Luna kemudian tersenyum tipis sambil menggeleng.

"Tidak, kau bisa lihat sendiri aku belum mati," jawabnya. "Yeah, kau memang membunuhku, oh, atau tepatnya kau berpikir bahwa kau sudah membunuhku. Tapi tidak. Aku tidak mati," lanjutnya.

"B-bagaimana bisa?"

Luna mengangkat bahunya. "Kau bukan penembak jitu, Kim Seokjin. Tembakanmu waktu itu tidak membunuhku," jawabnya enteng.

"Jadi, kau unknown itu? Kau yang meneror kami? Kau bersekongkol dengan Yoongi dan Taehyung untuk membunuh kami? Benar begitu?"

Luna masih tersenyum. "Kau hampir benar, namun tidak sepenuhnya," senyum di bibirnya mendadak sirna, ekspresinya berubah datar.

Ia mengarahkan pistolnya, siap menembak. Ia lalu berkata, "Aku tidak bersekongkol dengan kedua pecundang ini,"

Dor!

liesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang