34

12.6K 2.4K 430
                                    

"Aku telah jatuh cinta sejak pertama kali kau datang ke bar. Kau dan teman-temanmu selalu berakhir mabuk, namun aku tetap menyukainya. Hingga hari itu datang, saat aku memberanikan diri untuk menghampirimu. Dan kau justru..." Luna tersenyum -senyum pahit.

"... menggunakanku sebagai alat pemuas nafsumu. Aku tahu, aku seharusnya tidak mendekati pria yang sedang mabuk. Tapi bagaimanapun, aku menikmatinya," kini ia menyeringai.

"Aku menikmati setiap rasa sakit yang kau berikan pada tubuhku. Aku masih ingat semuanya. Kita melakukannya di kamar ini. Aku bahkan berharap malam itu tidak akan berakhir. Berharap kita bisa melakukannya terus menerus. Selamanya. Hanya kita berdua,"

Raut wajah Luna berubah. Kini ia menatap Seokjin datar. "Tapi tidak. Tidak ada kata 'kita berdua'. Karena setelah kau puas, kau membiarkan teman-temanmu yang lain mencicipiku. Kau benar-benar teman yang loyal, bukan?"

Luna tertawa. Tawanya menggema, memenuhi ruangan yang sunyi itu. "Hahaha! Dan kau ingat yang terjadi setelahnya? Setelah kau sadar bahwa kau telah memperkosa seseorang, kau membunuhnya!"

Luna memperlihatkan pistol yang ada di tangannya tepat di depan wajah Seokjin. "Pistol ini! Kau berusaha membunuhnya dengan pistol ini! Kau pembunuh! Kau dan semua teman-teman matimu! Pembunuh!"

"Hentikan!" Seokjin menutup telinganya. Ia sudah tidak kuat lagi untuk mendengar semua flashback yang Luna ceritakan. Ia sudah cukup merasa terhantui selama setengah tahun oleh perasaan bersalah yang benar-benar besar itu. "Bunuh saja aku! Itu, kan, yang kau mau?!" teriaknya.

Luna menggeleng sambil tersenyum. Tangannya kembali meraih pipi Seokjin, mengusapnya. "Tidak. Bagaimana bisa aku membunuh orang yang kucintai?" tanyanya lembut.

Seokjin menatap gadis itu ngeri. "Apa... yang kau mau..." desisnya.

Luna tidak menjawab. Ia justru mendekatkan wajahnya pada Seokjin. Dengan perlahan, ia menempelkan bibirnya pada bibir Seokjin, lantas melumatnya dengan lembut. Tangannya berpindah ke rambut pria itu, menjambaknya pelan. Tangan satunya menggelut tubuh Seokjin, berusaha mendekap pria itu dalam pelukannya.

Seokjin tidak melawan. Dengan pasrahnya, ia menuruti apa yang gadis itu inginkan. Ia bahkan membiarkan Luna perlahan membuka satu per satu kancing bajunya, mengantar mereka berdua ke tahap selanjutnya. Namun semua itu terhenti begitu suara langkah kaki terdengar mendekat, membawa seorang pria lainnya masuk ke kamar itu.

"Noona?"

Luna melepaskan pelukannya dari Seokjin lalu sontak berpaling ke arah tamu tak diundangnya itu. Ia sedikit terkejut, namun kemudian ia berusaha tersenyum.

"Aigoo, apa yang membuatmu begitu lama?" tanya Luna pada orang itu sambil menjauhkan dirinya dari Seokjin lalu bangkit dari lantai.

Pria yang baru datang tidak menjawab. Ia menatap kedua orang di hadapannya itu dengan tajam. Seokjin, yang masih terduduk di lantai, menatapnya tidak percaya.

"J-Jungkook?"

liesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang