Part 14

5.4K 778 91
                                    

Kehidupan sialan.   

Ingatan sialan. 

Takdir sialan.
.
.
.

Jimin mengerang kecil kala mencium wangi masakan yang mengusik tidur paginya. Ia pun terbangun dan berjalan menuju sumber aroma masakan tersebut.

"Oh! Kau sudah bangun?"

Jimin mengamati Yoongi yang yang sedang menata roti dan telur di meja makan. Yoongi menarik tangan Jimin untuk mendekati meja makan. Jimin mengernyit bingung. Bukannya Yoongi begitu membencinya, lalu?

"A--aku hanya ingin berterima kasih karena semalam kau menemaniku"

Seolah bisa membaca pikiran Jimin, Yoongi duduk di hadapan Jimin dan menyeruput cokelat hangat miliknya. Ia melihat Jimin hanya memandangi dirinya dan roti isi itu bergantian.

"Jika tidak mau buang saja."

"Eoh?"

"Kau tak menyentuh makananya, jadi buang saja!"

Jimin menggeleng pelan dan mengambil roti isi tersebut, menggigit kecil tepiannya membuat Yoongi diam-diam merasa senang.

"Bisa kau turuti permintaanku?"

"Hmm?" Yoongi mendongak mendengar pertanyaan Jimin.

"Sebagai rasa terima kasihmu itu, bisakah kau menuruti satu permintaanku?"

Yoongi terdiam dan menimbang sejenak "Apa sifatmu memang begitu? senang memanfaatkan keadaan?"

Jimin menyeringai, kata-kata tajam seperti biasanya. "Ya. Terdengar seperti fakta. Aku menyukainya"

"Kau ingin apa? Jika hal aneh maka lupakan saja. Aku tak punya waktu"

"Permintaan aneh? Maksudmu--seperti bercinta penuh nafsu denganku?"

Cough cough cough.

Cokelat panas yang tengah diseruput oleh Yoongi meluncur begitu saja ke dalam tenggorokannya dan hampir menyembur kembali melalui hidungnya.

Brengsek!

"Haha tenang saja, Aku hanya ingin mengajakmu pergi, aku akan menjemputmu pulang sekolah"

"Aku akan menghubungimu nanti"

Jika hanya untuk pergi keluar sepertinya bukan masalah besar bagi Yoongi karena setidaknya dia bisa membalas kebaikan Jimin semalam padanya. Ia tak ingin berhutang apapun terlebih pada setan didepannya ini.

...

Yoongi bersenandung kecil dengan headset yang terpasang di telinganya saat jam pulang sekolah. Ia melangkahkan kakinya menuju toilet di gedung timur sekolahnya.

Ya! Toilet di gedung timur adalah yang paling jarang digunakan karena jauh dari ruangan kelas tapi Yoongi lebih suka karena sepi dari murid-murid yang lain.

"Bukankah takdir kita menyenangkan?"

BLAM!

Pintu toilet tersebut terbanting kasar. Yoongi melepas sebelah headset di telinganya saat merasakan cengkraman di bahunya dari belakang.

"Ah!--Apa yang kau inginkan?"

Yoongi hafal betul, setiap kesengsaraannya di sekolah ini berasal dari satu sumber dan tidak akan pernah berubah. NALIVE.

BULLYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang