PART XX

5.4K 771 166
                                    

Apa kau bahkan tahu artinya mencintai, Jim?
.

.

.

Yoongi hanya terdiam, menatap jalanan di balik kaca mobil sedari tadi tanpa memperhatikan seseorang yang tengah mencuri pandang ke arahnya dari kursi pengemudi. Ia sontak kaget saat merasakan telapak tangannya di genggam erat oleh namja disebelahnya.

"Kau kenapa, hmm?"

Yoongi menggeleng, membenarkan posisi duduknya lalu tersenyum.

"Aku hanya lelah, hyung"

"Jimin akan keluar dari rumah sakit besok. Kau tak ingin bertemu dengannya?"

Mendengar nama Jimin setelah dua bulan mati-matian menghindar, membuat Yoongi menegang. Ia menarik tangannya dari genggaman tangan Jin dan meremas ujung bajunya sendiri.

"Bisakah kau tak membicarakannya hyung?"

Jin mengelus surai hitam milik Yoongi, mencoba memberikan kenyamanan disana.

"Itu bukan salahmu ... hey--kau bukan penyebab Jimin seperti itu. Kau--"

Yoongi menggeleng kuat, Ia sepenuhnya sadar semua hal buruk yang menimpa Jimin adalah karena dirinya.

Jika dirinya menghilang dan tak berada di dekat Jimin maka Yoongi yakin semuanya baik-baik saja. Tak ada tembakan atau ruang operasi bagi Jimin.

Kau tak bisa membayangkan rasa sakit saat melihat orang yang kau cintai, tertembak dan berlumuran darah dihadapanmu dan karenamu. Takkan bisa!

Hal yang sama berlaku pada adiknya. Jika Suga bukan adiknya, jika Suga adalah orang lain maka ia tak akan merasakan penderitaan seperti itu. Suga takkan mati dibunuh. Suga masih akan terus tersenyum manis pada dirinya. Suga kecilnya ...

Semuanya karena Yoongi.

Semua ini karena dirinya.

Semua hal buruk adalah akibatnya.

Semua kesialan yang terjadi----

"Hey--Yoon, Yoongi! bernafaslah!"

Jin menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan langsung mendekap tubuh Yoongi. Menjalani terapi selama dua bulan ternyata belum mampu membuat Yoongi sembuh sepenuhnya dari trauma yang ia rasakan.

"Maafkan hyung, ne? Kau jangan selalu menahan nafasmu seperti tadi lagi. Kau membuatku takut, berjanjilah Yoon."

Yoongi tak membalas pelukan Jin, ia hanya menikmati perlakuan hangat Jin atas dirinya dan membuat dirinya sedikit lebih tenang.

...

Jimin melangkah perlahan sambil membawa bucket bunga krisan di genggamannya. Krematorium itu masih sama seperti setahun lalu saat Jimin disana.

Langkahnya terhenti pada salah satu rak kaca di barisan kedua. Sebuah foto namja dengan gummy smile yang begitu melegakan sekaligus menyakiti hati Jimin bersamaan. Sosok tersebut melihat ke arah kamera sambil memeluk boneka kumamon.

Frame foto tersebut sedikit berdebu di samping guci penyimpanan abu jasad, membuat Jimin lagi-lagi harus tersenyum getir.

Perlahan tangan Jimin membuka rak kaca dan membersihkan frame foto itu lalu menutupnya kembali. Kemudian menempelkan bunga yang ia bawa pada rak kaca tersebut.

"Bagaimana kabarmu, chagi? Maaf aku jarang mengunjungimu akhir-akhir ini. Kau pasti kesepian kan?"

Jimin menghela nafasnya berat menahan bahunya yang mulai bergetar.

BULLYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang