PART XXV

2.3K 188 42
                                    

Pembullyan yang terjadi sejak ia bersekolah, ternyata tak henti Yoongi terima bahkan hingga kini.

Rasa sakit karena dipukul, rasa sesak karena terus di hina mental, dan rasa menderita karena selalu disalahkan, membuat ia sadar bahwa hidupnya tak berarti apa-apa.

Jika Yoongi bisa memilih, maka harusnya ia saja yang menggantikan Suga saat ini.

Jika Yoongi bisa memutar balikkan waktu, maka harusnya ia tak terlibat pada Jimin.

Jika Yoongi bisa, harusnya tak ada Jimin di hatinya saat ini.

Jika Yoongi bisa.

.

.

.

Nyatanya, ia sama sekali tak bisa.

Satupun, ia tak bisa.

"Kau tak boleh bahagia"

Yoongi merasakan rambutnya ditarik keatas, memaksa dirinya menatap lawan bicaranya.

"Aku tak akan mengizinkanmu bahagia, setelah apa yang kau lakukan pada hidupku, Min"

Peluh Yoongi berbulir, menetes disekitar pelipisnya. "Kau harus membayarnya"

Yoongi mencoba menunduk, terlalu silau lampu disekitarnya dan terlalu sakit untuk terus dijambak seperti ini.

"Lepaskan aku!" rontanya. "Lepaskan!"

Ada suara kekehan. Namjoon melepaskan cengkramannya, berjalan tepat di depan Yoongi.

"Bawa kemari" perintah Namjoon.

Brak!

Yoongi menahan nafasnya ketika melihat tubuh Jin dilemparkan tepat dihadapannya.

"Akh---"

Ia tahu betapa besar rasa sakit yang dirasakan saat beberapa kali tendangan dan pukulan bertubi-tubi menghentam disana.

"Cukup" ujar Namjoon. Dan semua pukulan itu terhenti.

"Hyung!" teriak Yoongi sambil menangis. Ia berusaha mendekati tubuh Jin yang meringkuk kesakitan di lantai lalu memeluknya. "Lepaskan Jin hyung!"

"Akan kulepaskan" ujar Namjoon pelan. "Saat kekasihmu nanti datang"

Yoongi terhenyak.

Jimin tak boleh menemuinya saat ini.

"Bukankah takdir sudah terlalu baik padamu akhir-akhir ini?"

Yoongi diseret paksa duduk di atas kursi.

"Jawab aku Yoongi-sshi" ia menoyor dengan santai kepala Yoongi.

"Ak-- aku tidak mengerti" jawab Yoongi ketakutan.

"Bukankah kau harusnya sudah mati?" Tanya pria satu lagi, sambil memainkan asap rokok di depan Yoongi.

Dejavu, Yoongi mengingatnya.

Hoseok. Jung Hoseok.

"Sudah kembali mengingat?" tanya pria itu datar. "Kalau begitu, hadapilah sayang" lanjutnya

Matanya melihat sebuah senjata api, Yoongi jelas paham itu bukan mainan.

"Sedikit panas, tapi ampuh untuk membuatmu menghilang seketika--" ujar sang pria sambil mengacungkan pistolnya dan membidik tepat di tengah kepala Yoongi, "Kurasa Park Jimin juga akan gila jika mengetahui semua ini"

"Jangan sentuh Jimin, kumohon" ujar Yoongi pelan. "Kumohon, Namjoon-ah"

"Kau tak berhak mengatur disini" potong salah seorang pria. "Matilah dengan tenang, Yoongi-sshi dan bawa Jimin bersamamu" jawab Namjoon sambil tersenyum.

BULLYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang