PART XIX

5.2K 768 178
                                    

Aku ataupun kau. Saling menyakiti dengan cara yang berbeda, pada akhirnya kini, jika bukan kau ... maka aku yang berhenti.

.
.
.

Jimin berdiri, menggulung seperempat lengan kemeja miliknya dan menarik tangan Jungkook yang masih berbaring sejak perkelahian konyol mereka.

"Berdirilah! Lebih baik kau menemaniku minum"

"Kau ingin merusak image wajahku yang manis menjadi memalukan di club?"

Jimin mengambil jas hitam miliknya yang berserakan diantara barang-barang hasil amukannya di lantai.

"Kau tetap tampan, brengsek."

"Tentu saja! Kurasa idemu tak begitu buruk, kajja! Aku traktir"

Jimin tersenyum kecil. Ya setidaknya biarkan malam ini Ia melupakan tentang hatinya. Tentang Suga ataupun Yoongi. Biarkan Jimin menikmati malamnya bercumbu dengan alkohol kesukaannya.

Sesampainya di club, Jimin berjalan masuk terlebih dahulu meninggalkan Jungkook yang masih berkutat dengan seseorang di telepon.

Suasana di club sedikit renggang, mungkin karena ini belum tengah malam. Hanya terlihat beberapa pasangan yang hangover, meliuk-liukkan badan sambil mulai menelanjangi lalu berciuman satu sama lain.

Jimin duduk di salah satu kursi di bar dan langsung memesan pada bartender. Ia mengabaikan beberapa jalang yang melirik penuh napsu sambil mengigit bibir bawah mereka. Mengangkat beberapa bawahan mereka atau malah meraba bagian tubuh mereka seductive di depan Jimin seolah minta digagahi.

Katakanlah Jimin gila ... ya mungkin Ia benar-benar gila karena dari sekian banyak wanita dan uke yang menggodanya, Ia masih saja membayangkan Yoongi.

Tidak! Jimin tak sedang berhalusinasi saat sudut matanya menangkap sosok pucat tersebut sedang minum bersama Mark dan Namjoon di meja khusus tamu vip.

"Bodoh!"

Jimin mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih melihat Yoongi tak melawan sedikitpun.

BRAK!

Mata Jimin membulat, meski penerangan di club tersebut minim namun dengan jelas Ia melihat Namjoon memecahkan gelas kaca tersebut di kepala Yoongi.

Jimin dengan cepat menghubungi nomor Jungkook di handphonenya. Kesabarannya sudah diambang batas sekarang.

"Hubungi polisi sekarang dan suruh mereka ke club untuk menangkap Mark Tuan! Ppali!!"

Jimin benar-benar akan menghabisi Namjoon dan Mark Tuan dengan kedua tangannya sekarang juga.

"Berhentilah berpura-pura! Aku tahu selama ini kau baik karena menganggapku sebagai Suga. Pergilah Jimin-ah, Kau tak mencintaiku. Jika kau terus begini, Aku mungkin benar-benar takkan melepaskanmu bahkan jika itu menyakitimu."

Kata-kata Yoongi berputar di otaknya dan langkahnya pun terhenti. Ya, Jimin harus berhenti. Memang harusnya Ia begini. Jimin tak mencintai Yoongi, Ia hanya mencintai Suga.

Hanya Suga.

Jika Jimin tak bisa berhenti sekarang, mungkin sampai kapanpun Ia takkan pernah bisa melepaskan Yoongi. Melepaskan Yoongi adalah cara terbaik Jimin untuk tak menyakiti Yoongi lebih jauh lagi.

"Kau baik-baik saja? Polisi akan datang sebentar lagi."

Jungkook menepuk bahunya pelan dan membuat Jimin mengangguk kecil lalu melangkah meninggalkan club. Beberapa polisi merengsek masuk ke dalam club tersebut dan membuat Jimin sedikit lega.

BULLYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang