Chapter 2 : Le Premier Amour

1.9K 144 16
                                    

"A goodbye when you hold back your tears and smile. "Is lonely isn't it"?

Genggaman yang diberikan pangeran Atlan itu bagaikan sebuah peringatan untuknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genggaman yang diberikan pangeran Atlan itu bagaikan sebuah peringatan untuknya. Genggaman ini terasa berbeda, seperti sesuatu ada yang hilang. Bukan, tapi seperti dia telah kehilangan sesuatu yang berharga.

Aira mencoba menatap matanya, dan menyakinkan ini bukan saat yang tepat untuk merasa malu. Mata hijaunya penuh penyesalan dan rasa bersalah.

"Pangeran Rei... aku minta maaf karena sikapku yang tidak sopan,"

Aira dapat melihat mata yang tadinya memberikan tatapan dingin itu berubah membulat dan membesar, seakan tidak percaya.

"Tapi bisakah kau melepaskan tanganku, kau menyakitiku."

Hanya ada keheningan diantara mereka. Aira yang sudah mencoba mematahkan keheningan menjadi sebaliknya, dia kehilangan ide untuk membuat sang pangeran ini melepaskannya.

"Jika aku melepaskanmu... apakah kau akan pergi?"

Sekali lagi, ia mengeratkan genggaman tangannya pada Aira. Membuat Aira merintih kecil.

"Kenapa?" Aira bertanya dengan suara kecil.

"Sangat sulit untukku menemukanmu. Apakah kau bahkan nyata? Apa kau masih didalam pikiranku? Kenapa?"

Sang pangeran itu mulai merasa takut untuk melanjutkan semua pertanyaannya.

"Mengapa kau sekarang ada bersamaku, putri Athania?"

Kata 'Athania' mampu membuat mata Aira melebar. Dia sudah lama tidak mendengar kata Athania selain dari dirinya sendiri. Seperti sudah berabad-abad dia tidak mendengar seseorang memanggilnya dengan sebutan putri.

Kenapa dia mengetahui nama Aira yang sebenarnya? Dan mengapa mata pangeran ini penuh dengan sebuah penyesalan? Tidak kalah banyaknya pertanyaan Aira dari Rei. Tapi Aira hanya dapat memendam pertanyaan itu di hatinya.

"Pangeran... aku tidak tau apa yang kau katakan, bisakah kau jelaskan padaku?"

Tanpa berfikir panjang, Aira menggenggam puncak tangan Rei, mencoba menenangkan dirinya.

"Aku mohon, berikan alasan dan penjelaskan."

Desahan lega terkeluarkan dari Rei. Terlihat bahu yang tadinya canggung melemah dan mata yang menatapnya dingin menjadi hangat.

"Bisakah kita membicarakan hal itu sambil berjalan dirumah kaca disana?" rujuk sang pangeran Atlan.

Tanpa berbasa-basi Aira hanya mengangguk dan mengikuti Rei masuk kedalam rumah kaca yang penuh dengan berbagai macam jenis bunga.

unBREAKable(revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang