Thirteen

513 55 1
                                    

Budayakan Vote sebelum baca dan comment setelah baca

Mark Pov

Kuraba kasurku mencari ponselku yang sedari tadi membunyikan alarm. Kulihat jam menunjukkan pukul 5 pagi. Aku bangkit dari kasur dan membuka jendela kamarku. Kuhirup udara segar dipagi hari. Ini memang kebiasaanku. Aku menyukai udara pagi. Kulihat irene yang masih terlelap disofa mahalku yang sangat disukainya.

"Irene" panggilku menggoyang kakinya. Dia menggeliat dan membuka matanya.

"Ada apa oppa?" tanyanya dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.

"Ayo lari pagi, kita sudah lama tidak melakukannya, udaranya masih segar" ajakku.

"Baiklah, sebentar"

Dulu kami memang sering berolahraga dipagi hari. Kami akan bersepeda sampai sungai han dan berlari ditaman. Selagi dia ada dikorea, kami harus melakukannya lagi. Irene dengan langkah tertatih keluar dari kamarku menuju kamarnya. Aku pun memutuskan menunggu dibawah.

"ayo oppa, aku sudah siap" suara irene menghilangkan rasa kantukku akibat menunggunya.

"Eoh, kajja"

Kamipun ke bagasi mengambil sepeda kami. Meski irene tidak dikorea tapi sepedanya sering kupakai agar tidak rusak. Setelah menaiki sepeda masing masing, kami membuka gerbang dan menjalankan sepeda kami. Tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. Jalanan tidak terlalu ramai, kebanyakan orang orang yang berolahraga dipagi hari. Sampai disungai han, kami berkeliling sebentar dan berhenti ditamannya.Kami berlari kecil mengelilingi taman tersebut sambil sesekali irene bernyanyi meski suaranya tidak terlalu bagus namun aku tidak menghentikannya.

Aku terlalu menyayanginya. Mungkin karena hanya dia anak perempuan dan perbedaan umurnya tidak jauh denganku sehingga kami bisa saling memahami. Aku bahkan menangis saat dia pergi ke new york tapi dia meyakinkanku kalau ia akan baik baik saja tanpaku disana dan itu memang terbukti. Dia semakin dewasa, sikap nya tidak berubah. Masih ramah dan rendah hati seperti dulu. Sebelum dia pindah dari sekolahku, banyak yang mengatakan bahwa kami sepasang kekasih. Saat kuberitahu bahwa kami kakak adik, banyak yang tidak percaya karena kami tidak mirip sama sekali dan mereka bahkan menyangka kami pura pura keluarga agar tidak ketahuan berhubungan. Tapi itu berlalu begitu saja semenjak dia pindah.

"Oppa, apa kau masih berpacaran dengan jimin oppa?" tanya irene menghentikan lamunanku

"Wae? Tadi kau tanya apa?" tanyaku

"Apa oppa masih berpacaran dengan jimin oppa?"

Aku menghentikan langkahku "Nggg..ngg tidak" jawabku

"Kenapa?" tanyanya lagi

Yah. Irene tahu hubunganku dengan sibrengsek itu. Aku memberitahunya saat aku dan sibrengsek itu memulai hubungan kami. Namun irene tidak terlalu banyak tau bagaimana perkembangan hubungan kami. Dan sekarang dia menanyakan yang sudah berlalu lama.

"Hmm kami berpisah, hanya tidak cocok saja" jawabku dan dia mengangguk.

Untunglah dia tidak terlalu banyak bertanya.

"Lalu apa sekarang oppa mempunyai kekasih?" tanyanya lagi.

"Tidak ada" jawabku santai

"Lalu apa ada orang yang oppa sukai?" tanyanya membuatku berpikir.

Pikiranku entah kenapa tertuju kewajah bambam. Entahlah.

"Aku tidak tau" kataku.

"Tidak tau apa oppa menyukainya atau tidak?" tanyanya

You're Mine - MarkbamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang