Seventeen

558 68 6
                                    

Budayakan Vote Sebelum Baca dan Comment Setelah Baca

Bambam Pov

"Mark" panggilku lirih.

Tubuhku rasanya susah digerakkan. Kuraba disampingku namun tidak ada mark. Tadi sepertinya dia tidur disampingku. Oh my god, tubuhku sakit dan kepalaku rasanya pusing. Kucoba bangkit meski sedikit susah. Kucoba berdiri dengan tumpuan pinggir kasur. Dengan pelan aku berjalan tertatih keluar kamar untuk mencari mark. Aku akan minta tolong dibawa ke ruang kesehatan dihotel ini. Mark bilang dihotel ini menyediakan segalanya. Obat yang kuminum tadi seperti tidak berpengaruh.

"Mark" panggilku lagi pelan dengan segenap kekuatanku.

Aku berjalan tertatih meski sebenarnya keringat dingin mengucur ditubuhku. Sampai diruang tamu keadaan gelap karena lampu dimatikan. Kupegang kuat dinding agar tidak terjatuh. Kulihat sekeliling dan ternyata pintu terbuka. Masih bisa kulihat mark berdiri membelakangiku meski keadaan gelap. Tampaknya ia sedang berbicara dengan seseorang. Apa aku menganggunya jika aku memanggilnya? Tapi aku sudah tidak tahan.

"Mark" panggilku lemah dan semakin erat menekan dinding agar tidak terjatuh.

Namun rasanya suaraku tidak mampu membuat mark mendengarku.

"Maarrrkkk" panggilku lagi dan akupun terjatuh dilantai.

Masih sedikit tersadar meski susah membuka mata, kudengar suara kaki melangkah mendekatiku dan mengangkat tubuhku.

"Bam, bertahanlah" suara mark. Ya itu suara mark. Kucoba tersenyum dan detik kemudian aku tidak merasakan apapun.

***

Mark Pov

"Bagaimana ?" Tanyaku kedokter yang baru saja memeriksa bambam.

"Sepertinya dia kurang beristirahat, apa sebelumnya ia juga memang sakit?"

"Ne, dia baru saja sembuh dan sudah melakukan banyak aktifitas" jawabku.

"Dia tidak bisa kelelahan dan biasakan jangan mengonsumsi obat tidur"

"Ne? Obat tidur?" Tanyaku terkejut.

"Ya, dari pemeriksaan, dia beberapa kali mengonsumsi obat tidur dan sebenarnya itu semakin membuatnya lemah"

"Ah ne, gomawo. Akan kuberitahu padanya" ucapku menunduk hormat.

"Kau sudah bisa melihatnya dan ini beberapa obat untuk menguatkan staminanya"

"Gomawo" ucapku menerima obat tersebut.

Aku masuk keruangan dimana bambam diperiksa tadi. Kulihat ia masih tertidur lelap. Dasar lemah. Kutarik kursi dan duduk disamping tempat tidurnya. Kupandangi wajah pucatnya. Entah kenapa disaat aku berdekatan dengan bambam, ada satu titik dihatiku dimana aku merasa nyaman dan senang.

Prinsip yang dulu kubuat kepada orang yang mendekatiku, hancur begitu saja karna bambam. Semua terjadi begitu saja. Disaat bambam mengatakan menyukaiku meskipun karna kemiripanku dengan kekasihnya, sikapku biasa saja dan bahkan tidak peduli. Namun setelah sekarang kekasihnya kembali, ingin rasanya menarik bambam kesampingku seperti ia dulu selalu mendekatiku. Ah ini gila. Seorang bambam mampu menghilangkan sedikit luka dihati ini.

Tadi jimin menghubungiku. Aku terkejut. Bahkan sangat terkejut. Bukan hanya itu saja, jimin bahkan mengatakan kalau ia sudah menunggu dirumahku beberapa hari ini semenjak kami pergi berlibur. Aneh, untuk apa dia kembali. Tapi disatu sisi aku merasa senang. Aku rindu pada jimin. Sungguh kenangan kami dulu masih belum mampu kulupakan. Banyak yang ingin kubicarakan padanya. Namun bukan berarti aku masih menyukainya. Meski ia sempat menorehkan luka dan membuat kepribadianku berubah, aku tetap saja sulit benci padanya, apalagi kudengar dia dirumahku. Ah aku ingin cepat pulang.

You're Mine - MarkbamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang