3 : Passion

19.4K 2.2K 470
                                    

"Lo bakal tahu apa passion gue di part ini." -Alvin-

" Passion gue kayaknya jadi pak comblang buat Hendra." -Alvan-

~A Thousand Stars for Nathan~

...

"Alvinando!!"

Jam pelajaran Sejarah sudah berlangsung setengah jam yang lalu, puluhan mata murid tertuju ke arah bangku belakang, menatapi Alvin yang tengah terjaga di alam mimpinya.

Awalnya, setelah kejadian pemutusan hubungannya dengan Olive, Alvin hanya ingin berpura-pura tidur, ia hanya ingin menghindari puluhan pasang mata yang senantiasa menatapnya, dan meredam suara-suara sumbang yang asyik menggosipnya dari dalam kelas. Tapi siapa disangka ia malah jadi tidur benaran?

"Alvinando!!!"

Guru dengan seragam merah muda itu berkacak pinggang melihat tingkah laku anak didiknya. Spidol yang ia gunakan sedari tadi pun langsung ia letakkan ke atas meja. Menghampiri meja Alvin.

"Ehem!" Guru itu berdehem menepuk pipi Alvin berulang-ulang, dan Alvin? Cowok itu malah membenamkan wajah di antara kedua lipatan lengannya, tertidur dengan nyenyak. Entah apa yang ada dipikiran Alvin sekarang, yang pasti suara-suara disekitarnya mendadak berubah menjadi dongeng pengantar tidur.

"Bangun! Bangun!"

Alvin berdecak, menepis tangan yang merusak acara tidur paginya. Mata bundarnya mengerjap sejenak lalu mendongak, memperhatikan wajah guru killer itu dengan malas.

"Hoahmm..." Alvin menguap, merenggangkan tubuhnya. "Ya ampun bu, ibu baru ganggu tidur saya."

Puluhan murid menegak ludah, Alvin cari mati!

"Alvin! Siapa suruh kamu tidur di jam pelajaran saya!"

"Enggak ada," jawab Alvin enteng.

"Kamu jangan menjawab ya!"

Alvin mengernyit. "Lah? Kan ibu ngomong sama saya, ya saya jawablah."

Sontak wajah guru itu memucat. Secepat mungkin anak-anak kelas membungkam mulutnya, menahan tawa.

"Alvinando! Dengarkan ibu!"

Alvin mengangguk, menopang kepala dengan sebelah tangannya dengan malas. "Ya ya, saya dengar. Belum tidur kok bu."

"Kamu itu harusnya belajar dari Alvan! Lihat! Dia patuh! Tidak pernah melanggar aturan! Nilai-nilainya jauh lebih bagus dari kamu! Kalian 'kan satu rumah, harusnya kamu belajar dengan Alvan! Contohi perilakunya!"

Alvin menyeringai, menaikkan sebelah alisnya, meremehkan. "Jadi pecundang maksud ibu?"

"Alvin jaga bicara kamu!!"

Brakk!!

Sontak, Alvin menendang mejanya dengan  kasar, murid-murid tampak terlonjak, begitu pula guru yang berada di depannya. Alvin bangkit dengan kesal. "Ibu enggak usah ikut campur! Saya ya saya! Alvan ya Alvan! Kalau ibu lebih sayang sama Alvan ya silahkan!! Asal ibu tahu, sistem mengajar ibu itu sangat membosankan! Selama apa pun ibu masuk dipelajaran kami, kami juga enggak bakalan ngerti! Dikit-dikit presentasi! Dikit-dikit pr! Orang kami buatnya dari copy-an internet kok! Benar enggak?"

Alvin mengangkat dagunya, menatap seisi kelas. Hening seketika, semua murid membungkam, tak ada yang berani menjawab pertanyaannya.

"Pengecut," desis Alvin.

"Alvinando," panggil guru itu, datar. Wajahnya sedikit tertekuk menahan amarah sekaligus malu.

Sangat-sangat-malu!

A Thousand Stars for Nathan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang