28 : New World : Nat and Ven

16.1K 1.3K 302
                                    

"Tak ada yang dinamakan kebohongan untuk kebaikan, karena kebohongan tetaplah sebuah kebohongan, dan sebuah kebohongan akan selalu menyakiti semuanya." -Alvin-

~A Thousand Stars for Nathan~

...

Pulang!! Bebas!!

Alvan mengangkat kedua sudut bibirnya, begitu papa menghentikan mobil sedan hitamnya di depan rumah bertingkat dua. Langit tampak biru, matahari bersinar terang dan hijaunya rumput halaman rumah tampak menyegarkan. Ini rumahnya, tempat menyimpan masa kecilnya, dan lebih bagusnya lagi tidak ada aroma obat-obatan memuakkan disana.

Papa yang dari tadi berada di bangku kemudi, menoleh ke belakang. "Turun?"

Alvan mengangguk kuat. Pintu mobil penumpang terbuka, papa yang sudah berada di samping mobil langsung meraih sebelah tangan Alvan, membantu anaknya itu berjalan.

"Alvan!!"

Alvan yang tadinya fokus berjalan sambil memperhatikan kedua kakinya sontak mendongak. Alvin, kembarannya itu terlihat bersemangat menyambut kepulangannya. Lihat saja, dihari libur seperti ini, cowok itu sepertinya tengah membersihkan rumah bersama mama. Ada kain lap menggantung di bahunya, lalu dengan tangan kiri memegang pengepel lantai, dan sebelah tangan lagi memegang kemoceng.

Multitasking.

"Wow," Bibir Alvan membulat, memperhatikan seisi ruangan. Bersih, nyaris seperti iklan-iklan pengepel lantai di dalam tv. Alvan tertawa pelan, memperhatikan kembarannya. "Lo udah ganti profesi Vin?"

"Alvan! Bicara baik-baik sama adik kamu!" tegur mama, perempuan itu keluar dari dapur lalu mengeluarkan pakaian-pakaian kotor dari tas hitam Alvan.

Alvan mendesis, Alvin tengah tersenyum puas sambil menjulurkan lidah ke arah Alvan.

Adik kurang ajar!

"Pa..." panggil Alvan. Pria itu menoleh. "Aku mau duduk di kamar Alvin."

"Oke," Pria itu mengangguk, menyingkirkan tangan Alvan dari pundaknya, lalu disambut dengan rebahan tangan dari Alvin yang tengah memajukan bibirnya beberapa senti seraya menatap Alvan dengan manja.

"Ululu... cini cini, bang Alvan kangen cama dedek ya?"

Sontak, Alvan menjitak kepala Alvin.

Alvin meringis, mengusap-usap puncak kepalanya, lalu berteriak. "Ma! Lihat ma!! Alvan jitak-jitak kepala Alvin ma!!!"

"Sstt..." Mata Alvan membulat, mengangkat jari telunjuknya. "Diam napa Vin. Nih gantian," Alvan menyambar sebelah tangan Alvin lalu membiarkan gepalan tangan cowok itu mendarat di atas puncak kepalanya. "Lo boleh balas, oke?"

"Ogah. Ntar lo koma lagi," jawab Alvin datar.

Alvan mendengus, berjalan menyusuri tangga dengan bantuan kembarannya. Alvin, memang benar-benar adik kurang ajar.

Sesampainya di kamar, Alvan mendaratkan tubuhnya di atas ranjang. Kedua matanya mengerjap memperhatikan Alvin yang tengah membuka jendela kamar, membiarkan hembusan angin siang memasuki ruangan. Hari ini, sudah resmi ia menjadi abang, kembaran, sahabat, dan guru privat Alvin. Entahlah, ia juga tidak habis pikir kenapa Alvin memberinya hukuman seperti itu.

Hukuman belajar terlalu mudah untuknya, dan mengajari Alvin ya... mungkin gampang-gampang susah, mengingat cowok itu memiliki mood yang naik turun dalam belajar.

"Vin, nih hadiah lo," Alvin menoleh belakang. Alvan meronggoh sesuatu dari saku jaketnya lalu melemparnya ke atas ranjang. Benda persegi panjang, memiliki bobot yang lumayan berat dan...

A Thousand Stars for Nathan [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang